Sunday, May 11, 2014

KEBUN RAYA BOGOR DAN SAMPAH...

Kebun Raya Bogor dan Sampah...
Sabtu, 10 Mei 2014

Bagaimanakah cara kesuburan tanah di Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, dijaga? Jawabannya antara lain datang dari ranting dan daun yang bertebaran di seantero kebun besar tersebut.

Salah seorang pewarta warga Kompasiana, Fauziyyah Putri Awalia, pada Selasa (29/4/014) mengunggah tulisan tentang pengalamannya terlibat langsung dengan pengolahan ranting dan dedaunan menjadi "penjaga" kesuburan tanah Kebun Raya Bogor.

Putri terlibat dalam proses mandiri Kebun Raya Bogor mengolah ranting dan dedaunan menjadi BioPoska pada Maret 2014. Dia bertutur, para pengunjung Kebun Raya Bogor pun bisa mendapatkan pengalaman serupa sepertinya dalam proses pembuatan BioPoska itu.

Ranting dan daun yang tak cuma "nyampah"...

Ranting dan daun jelas bukan barang langka di kebun raksasa ini. Namun, mereka tak dibiarkan jadi sampah, ketika telah jatuh terlepas dari pohon dan berserakan di tanah. Justru, dari bahan yang semula sekadar sampah ini bisa dibuat sampah organik dan menjadi bahan utama pupuk kompos.

Kepala Pengawas Kebersihan Kebun Raya Bogor Dayat mengatakan bahwa selama ini sampah organik tersebut berhasil diolah kembali menjadi pupuk BioPoska. Pemanfaatan tersebut tak hanya membantu membersihkan sampah ranting dan dedaunan, tetapi juga sangat berguna untuk menjaga kesuburan tanaman di Kebun Raya Bogor.

Tak pernah, kata Dayat, sampah dari dedaunan dan ranting di kebun ini langsung dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah. "Selalu dipilih dahulu mana yang bisa diolah menjadi pupuk yang berguna bagi kebutuhan Kebun Raya Bogor."

Lokasi pengolahan pupuk BioPoska ini berada di samping Gedung Herbarium Kebun Raya Bogor. Mesin-mesin pengolah yang digunakan terdiri atas mesin penyortiran, penggilingan, pengayak, dan mesin penghalus.

Pengunjung bisa melihat dan mengikuti proses pembuatan BioPoska ini setiap Senin hingga Jumat. Pada Sabtu dan Minggu tak ada pengolahan BioPoska di sana.

Cara mengolah sampah itu...

Seluruh tahapan pembuatan BioPoska dimulai dari pengumpulan sampah dedaunan dan ranting di seantero Kebun Raya Bogor. Sampah yang terkumpul dicacah dengan mesin penggiling guna mendapatkan ukuran yang sama.

Sesudahnya, proses berlanjut dengan tahap fermentasi, dengan menutup sampah yang sudah dicacah itu menggunakan plastik hitam selama tiga hari. Setelah lewat tiga hari, berlangsunglah proses pembalikan bersamaan dengan penambahan pupuk kandang sebagai penambah nutrisi kompos.

Pupuk yang telah "matang" disaring hingga didapatkan pupuk BioPoska yang halus. Langkah terakhir tinggal pengemasan pupuk "jadi" itu dalam kemasan 30 kilogram dan 5 kilogram. Selesai sudah.

Masih prioritas untuk Kebun Raya Bogor

Dayat menambahkan, meski pupuk BioPoska telah dijual untuk umum di gerai yang tersedia di Kebun Raya Bogor, tetapi jumlah yang dijual itu masih terbatas. Pasalnya, jumlah pupuk BioPoska yang dihasilkan masih belum mencukupi kebutuhan Kebun Raya Bogor sendiri.

Seperti sebelumnya diwartakan Kompas.com pada 15 Mei 2009, pupuk BioPoska diluncurkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pupuk tersebut disebutkan bebas unsur kimiawi.Berdasarkan informasi yang dikutip dari laman ristek.go.id pupuk BioPoska diproses secara biologis menggunakan mikroba perombak dan ditambahkan mikroba pengaya (Azotobacter).

Pupuk "bermodal" sampah dan kotoran binatang ini menurut laman ristek.go.id tersebut bisa mengikat nitrogen dari udara sehingga mengoptimalkan pertumbuhan tanaman. Ketika pembuatannya berlangsung di Kebun Raya Bogor, pupuk ini bisa menjadi tontonan sekaligus "tuntunan" yang bisa diterapkan para pengunjung dalam keseharian.

Bagi Kebun Raya Bogor, proses pembuatan BioPoska ini merupakan "atraksi" tambahan selain tawaran kesejukan berkeliling hutan kota itu. Proses ini pun melengkapi Kebun Raya Bogor sebagai kawasan wisata, pendidikan, dan penelitian.



» Arsip
» Diakses : 17 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment