Saturday, May 10, 2014

Indonesia Berupaya Kembangkan Biorefinery Kualitas Tinggi dan Zero Waste

| Print |

(Bogor – Humas LIPI). Indonesia saat ini tengah giat mengembangkan energi terbarukan seiring dengan cadangan minyak bumi yang berangsur habis. Salah satunya adalah pengembangan biomassa non-pati untuk berbagai produk pangan fungsional, bioethanol (penganti BBM) dan produk lainnya. Sayangnya, pengembangan biomassa non-pati secara proses pengolahan masih tidak ekonomis. “Poin penting untuk pengembangan biorefinery yang berbasis biomasa non-pati untuk kondisi Indonesia saat ini perlu dengan pendekatan yang cerdas. Artinya, biorefinery yang bernilai tinggi dan zero waste,”

jelas Prof. Dr. Bambang Prasetyo, mantan Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam acara Kick off Meeting JST-JICA SATREPS Biorefinery, Selasa (21/1) pekan lalu, di Bogor.

Bambang yang saat ini menjabat Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) menuturkan, Indonesia sebagai negara tropis kaya akan biomasa termasuk non-pati harus berupaya mengembangkannya yang berbasis pada pelestarian lingkungan. “Arahnya adalah pengembangan proses yang lebih efisien,” imbuhnya.

Kepala Pusat Penelitian (Puslit) Bioteknologi LIPI Dr. Witjaksono menambahkan, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi proses dari biomasa menjadi biofuel (bioethanol pengganti BBM) agar lebih efisien dan harga ekonomis. “Pertama, perlu pengembangan teknologi pretreatment biomasa,” katanya.

biorefineryKedua, dia melanjutkan bahwa perlu pengembangan produksi enzim yang efesien dan ketiga perlu pengembangan proses fermentasi yang lebih cepat. “Ketiga poin tersebut jika dapat dilakukan dengan tepat, akan dapat menurunkan energi, menurunkan cost produksi dan menghasilkan proses yang lebih efesien,” tuturnya.

Selama ini, lanjutnya, harga bioethanol berbasis biomasa non-pati masih tidak ekonomis. Penyebabnya adalah teknologi yang belum tepat. Dengan penerapan teknologi proses yang memperhatikan tiga hal tersebut, harga bioethanol diharapkan bisa menjadi lebih ekonomis atau terjangkau masyarakat.

“Key technology agar proses menjadi efesien adalah optimasi proses pretreatment biomasa, rekayasa genetika mikroba untuk menghasilkan rekombinan enzim yang dibutuhkan secara efesien dengan menggunakan isolat lokal, dan breeding mikroba untuk menghasilkan mikroba yang cocok untuk fermentasi,” papar Witjaksono.

Dr. Yopi Sunarya, Peneliti Puslit Bioteknologi LIPI mengimbuhkan, biodiversitas mikroba lokal Indonesia sangat luar biasa. LIPI saat ini sedang mengembangkan Indonesia Culture Collection (InaCC) sebagai pusat koleksi mikroba Indonesia.

Dikatakanya, pemanfaatan koleksi mikroba tersebut beserta kode genetikanya menjadi hal krusial yang harus dilakukan. “Adanya InaCC yang dikelola oleh LIPI, dimana koleksi potensial mikroba tersebut dapat digunakan untuk produksi enzim, senyawa biokimia dan mendesain super-mikroba untuk mendukung proses fermentasi yang lebih efesien,” tutupnya. (pw)

Sumber : Humas LIPI



View the Original article

No comments:

Post a Comment