Wednesday, July 31, 2013

SINYAL KUAT, KECEPATAN MAKSIMAL

Sinyal Kuat, Kecepatan Maksimal
Rabu, 31 Juli 2013

Internet telah menjadi bagian dari pekerjaan Muchid Murtadho sebagai desainer rumah lepas. Dia biasa berkomunikasi dengan koleganya menggunakan surat elektronik (email) ketika mendapatkan pesanan desain interior maupun eksterior rumah.

Praktis, Muchid sering sekali mengunduh dan mengunggah data berupa gambar. Proses itu terkadang membuatnya galau. "Jangan putus. Jangan putus," kata Muchid berulangkali, beberapa waktu lalu.

Apa sebab Muchid galau? Saat proses mengunduh dan mengunggah gambar terkadang koneksi Internet terputus dengan sendirinya. Dengan terpaksa dia harus mengulang mulai dari awal mengunduh atau mengunggah kalau sinyal jaringan muncul lagi.

"Saya sudah mencoba ganti kartu modem dari beberapa provider, tapi tetap saja jaringan timbul dan tenggelam," keluh Muchid yang tinggal di bilangan Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, pekan lalu.

Setelah ganti beberapa kartu modem, Muchid menduga ketidaksetabilan sinyal bukan karena kartu modemnya, melainkan di sekitar tempat tinggalnya di kelilingi bangunan bertingkat. "Ya, mau bagaimana lagi, mesti sabar."

Sejauh ini Muchid pasrah dengan koneksi Internet yang tidak stabil, terkadang juga sangat lemah. Tapi bukan hanya Muchid yang bermasalah dengan jaringan Internetnya, sebagian besar pengguna Internet yang mengaksesnya melalui perantara modem.

Tak dimungkiri akses internet malaui jaringan nirkabel memang banyak kelemahan, bahkan masalah. Mulai dari sinyal lemah hingga sambungan yang seringkali terputus dan terputus lagi.

Peneliti dari Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Priyo Yantyo menjelaskan ketidak stabilan atau lemahnya sinyal yang diterima perangkat penerima seperti modem 3G/HSDPA/CDMA maupun Wi-Fi Card disebabkan sifat sinyal frekuensi tinggi tidak dapat merambat. Artinya, apabila sinyal mengenai halangan (struktur bangunan atau material lainnya), maka sinyal akan terpantul.

Akibatnya, jika penerima sinyal berada di belakang penghalang, maka penerima tidak dapat menerima sinyal yang terhalang. "Namun demikian, biasanya perangkat penerima masih dapat menerima sinyal atau akumulasi dari beberapa sinyal pantulan (sinyal tak langsung)," jelas Priyo.

Nah cara memperkuat penerimaan sinyal perangkat nirkabel, tambah Priyo, dapat menggunakan penguat sinyal, baik aktif maupun pasif. Penguat sinyal aktif membutuhkan catu daya (power) tersendiri semisal tambahan booster sebagai perangkat repeater. Perangkat ini berfungsi menerima, menguatkan, dan memancarkan kembali sinyal untuk dapat dipakai oleh beberapa penerima di lokasi dekat repeater.

Sedangkan penguat sinyal pasif tidak membutuhkan catu daya tersendiri, namun menggunakan catu daya dari jalur (port) antena eksternal yang tersedia pada perangkat. Pasalnya, secara umum perangkat penerima nirkabel sudah memiliki antena built-in di dalamnya. "Antena penguat pada dasarnya menggantikan fungsi antena internal tersebut ketika antena penguat dipasang pada jalur antena eksternal," jelas Priyo.

Penguat Sinyal

Menariknya, tutorial merancang penguat sinyal pasif banyak sekali tersedia di laman-laman Internet. Mulai dari cara yang sederhana dengan bahan yang ada di sekitar kita, maupun yang harus dipesan secara khusus. Sebagai contoh tutorial penguat sinyal pasif menggunakan antena Wajanbolic, yaitu antena nirkabel dari wajan alias alat penggorengan yang dirancang sedemikian rupa untuk memperkuat sinyal radio.

Wajanbolic ini dipopulerkan teknisi komputer asal Yogyakarta bernama Pak Gunadi. Wajan berfungsi sebagai reflektor yang di tengahnya terdapat bagian sensitif antena berbentuk tabung dari paralon berisi modem (USB WLAN). Perangkat antena saling terhubung dengan komputer melalui sebuah kabel UTP atau kabel LAN.

Cara kerja antena ini seperti parabola pada umumnya, yakni bagian sensitif antena yang berada di bagian tengah wajan berfungsi menangkap semua gelombang electromagnet. Peralatan Internet yang bekerja pada frekuensi 2.4GHz ini memiliki jangkauan hingga 1-2 kilometer (Km), bahkan sampai 5 Km.

Kalau tidak ingin repot merancang sendiri, Wajanbolic siap pakai banyak di jual secara online. Selain antena Wajanbolic hasil pengembangan karya pak Gunadi, antenna penguat sinyal modem masih banyak di pasaran. Sebagai contoh antena penguat sinyal modem "Quad" (baca kuat). Antena Quad merupakan hasil penelitian dan pengembangan ilmuwan LIPI.

Quad didesain berdasarkan perancangan dan pengukuran di laboratorium. Spesifikasi Quad bekerja pada frekuensi 1800 MHz hingga 2400 MHz. Dengan demikian dapat dipakai untuk memperbaiki penerimaan sinyal pada perangkat GSM 1800 MHz (EDGE), CDMA EVDO Rev A/B 1900 MHz, WCDMA 2100 MHz, Wi-MAX 2300 MHz, dan Wi-Fi 2400 MHz.

Priyo sebagai perancang Quad mengklaim antena ini mampu memberikan penguatan (gain) hingga 25dB. Penguatan 25dB dapat diartikan penguatan 18x (delapan belas kali) daya. Apabila dilihat pada aplikasi hyper terminal, diperoleh kenaikan 25 poin.

"Penguatan ini dapat diamati pengguna berupa penambahan garis sinyal yang ditampilkan oleh aplikasi modem sebanyak 2-3 garis," ujar Priyo.

Beda Quad dengan Wajanbolic di antaranya berdasarkan ukurannya, Quad lebih kompak dan kecil sedangkan Wajanbolic sebesar alat penggorengan. Perbedaan lainnya, jika Wajanbolic ditempatkan di luar ruangan, Quad di dalam ruangan sehingga bisa dibawa-bawa untuk mendukung aktifitas mobile. Adapun persamaan keduanya dibandrol sekitar 200 ribu rupiah. agung wredho



» Arsip
» Diakses : 102 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Tuesday, July 30, 2013

KURANGI RESIKO BENCANA KEBAKARAN LAHAN DAN KABUT ASAP, HUJAN BUATAN KALI INI DIGELAR DI PALEMBANG

Category: Berita Teknologi Sumberdaya Alam & Kebencanaan

Fenomena kebakaran lahan dan hutan di wilayah Indonesia hampir secara rutin terjadi setiap tahun. Selain merusak keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan, dampak negatif lainnya adalah gangguan kesehatan dan transportasi yang disebabkan oleh kabut asap. Sementara itu dengan banyaknya jumlah hotspot di wilayah Sumatera sejak pertengahan bulan Juni 2013 lalu, juga mengakibatkan mulai munculnya gangguan kabut asap pekat dari wilayah Sumatera. Hal ini kemudian berkembang menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah Republik Indonesia, karena sempat menimbulkan reaksi keras dari Singapura dan Malaysia, dua negara tetangga terdekat yang terkena imbasnya.

Terkait dengan hal itulah BPPT bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menggelar operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di beberapa wilayah, salah satunya di Sumatera Selatan. Pembukaan pelaksanaan operasi TMC sebagai bentuk siaga darurat asap regional Sumatera yang dipusatkan di Palembang tersebut dibuka secara langsung oleh Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin (25/7).

Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA), Ridwan Djamaluddin yang hadir pada acara tersebut mengatakan bahwa kaitannya dengan operasi hujan buatan di Sumsel, tim Unit Pelaksana Teknis Hujan Buatan (UPTHB) BPPT sudah hadir di Palembang sejak delapan hari lalu. “Saat ini juga sudah didirikan posko di Lanud dan kantor BPDB Sumsel. Tim juga terdiri dari personil BMKG. Kami juga telah menyiapkan satu pesawat hercules dan cassa,” ungkapnya.

Frekuensi kegiatan hujan buatan yang dilakukan BPPT menurut Ridwan sekarang ini cukup banyak dan tidak hanya diupayakan untuk mengisi waduk saja. Namun dengan seringnya terjadi bencana baik kebakaran hutan maupun banjir dan longsor, kegiatan TMC juga bervariasi mulai dari kegiatan mengisi waduk intuk kebutuhan irigasi juga untuk pengurangan resiko bencana.

Sebagai upaya pengurangan resiko bencana juga Ridwan menambahkan bahwa tim UPTHB akan melakukan operasi TMC di sembilan provinsi dengan penempatan tiga posko antara lain di Riau, Palembang dan Palangkaraya serta satu posko di Jakarta. Direncanakan kegiatan TMC akan berlangsung hingga akhir september.

“Walaupun kondisi secara umum di beberapa wilayah yang tadinya mengalami kebakaran lahan cukup parah sudah relatif terkendali, namun peluang masih ada. Sehingga rakor yang dilakukan hari ini sangat penting adanya sebagaimana mazhab pengurangan resiko bencana yaitu mencegah jauh lebih penting daripada melakukan penanggulangan setelah bencana,” terangnya. (SYRAA/humas)

 



View the Original article

Lomba Teknologi Tepat Guna untuk STBM

Lomba Teknologi Tepat Guna untuk STBM

Posted on 30 Juli 2013

Lomba Teknologi Tepat Guna untuk Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Latar Belakang:

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Menurut Survei Demografi Kesehatan terakhir (2007), angka kematian bayi dan balita yaitu 44 per 1000 kelahiran hidup, dimana diare memberikan kontribusi terbesar. Hal ini terjadi baik di perdesaan dan di perkotaan. Untuk menjawah tantangan tersebut Kemeterian Kesehatn meluncurkan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang merupakan keputusan Menteri Kesehatan No. 852 tahun 2008.

Peserta:

Lomba ini terbuka untuk umum, baik perorangan maupun kelompok. Peserta lomba bisa berasal dari: akademisi (mahasiswa dan dosen), profesional di bidang sanitasi dan higien, NGO dan masyarakat umum.

Kategori:

pilarhomepage




View the Original article

MERANCANG ULANG DUNIA DENGAN BAMBU

Merancang Ulang Dunia dengan Bambu
Selasa, 30 Juli 2013

JAKARTA, KOMPAS.com Bambu merupakan material lokal yang terdapat hampir di seluruh pelosok Nusantara. Populasinya yang banyak dan sifatnya yang lentur nan kokoh, dapat menggantikan material beton yang biasa digunakan untuk pengembangan rumah atau bangunan lainnya.

Saat peluncuran Festival Internasional Arsitektur Bambu, Elizabeth Widjaja, peneliti bambu dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengatakan, daya tahan bambu yang telah mengalami proses perendaman, bisa sampai 100 tahun. Sifatnya yang lentur dapat beradaptasi dengan pergerakan bumi (tanah) adalah nilai tambah yang tidak dimiliki oleh material lain dalam sebuah konstruksi bangunan.

Lebih jauh, Elizabeth menekankan, konstruksi berbahan baku bambu yang ditopang kekuatan batang, dengan teknik tegak-tarik dan "melenturkan" akan sangat kuat sekali. Contoh konstruksi bangunan yang menggunakan bambu adalah rumah tradisional Toraja. Rumah ini dapat bertahan puluhan hingga ratusan tahun dengan kapasitas yang dapat menampung beberapa keluarga berbobot besar.

Secara tradisional, bambu telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan daerah tropis maupun subtropis. Penggunaan bambu juga sudah digunakan secara luas untuk keperluan industri baik kertas, kayu lapis, kerajinan, kesenian, maupun bahan makanan. Walaupun bambu memiliki banyak keunggulan, penggunaannya masih menemui banyak kendala.

"Padahal, bambu dengan sifat khasnya dapat menjadi pemecah masalah urban. Bambu juga merupakan material yang ramah lingkungan dan sustainable. Sayangnya, data populasi pasti juga tidak ada, sehingga kita tidak dapat melihat seberapa besar potensi baik secara ekonomis dan fungsi jika memanfaatkan bambu secara massal untuk kepentingan proyek perumahan nasional, misalnya, atau karya arsitektur," imbuh Elizabeth kepada Kompas.com, di Jakarta, Senin (29/7/2013).

Dari data yang benar, lanjut Elizabeth, maka akan dapat dihasilkan sebuah rancangan strategis terkait bambu dan kegunaannya. Oleh karena itu, Festival Internasional Arsitektur Bambu yang akan diselenggakaran di Lombok pada 1-14 Desember 2013 mendatang merupakan rintisan dari sebuah mimpi besar; merancang ulang dunia dengan bambu.

Penggunaan bambu menjadi penting ketika dihadapkan pada sejumlah masalah kekinian di mana pembangunan sering kali abai terhadap kandungan dan kearifan lokal. Apalagi globalisasi dengan kredo "penyeragaman", menutup ruang kreativitas yang seharusnya diakomodasi secara maksimal.

Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan IPTEK, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Harry Waluyo, mengungkapkan, bambu merupakan media terbukanya kembali ruang kreativitas. Dengan bambu, para arsitek dapat merancang kembali dunia secara lebih baik, lebih berkelanjutan dan berefek secara ekonomis, sosial, sekaligus fungsional untuk masyarakat juga dunia arsitektur.

"Karya arsitektur juga merupakan sebuah identitas budaya. Budaya dihasilkan dari sebuah kreatifitas. Nah, sejauh mana sang arsitek dapat memanfaatkan bambu menjadi sebuah karya budaya yang dapat menjawab permasalahan dan memengaruhi dunia?" tandas Harry.

Green School yang berlokasi di Ubud, Bali, imbuh Harry, merupakan contoh nyata bahwa karya arsitektur bisa berbasis bambu. Dan ia dapat mengubah paradigma; sebuah bangunan yang merupakan karya arsitektur dapat harmoni dan lestari bersama lingkungan sekitarnya. Bukan sebaliknya; mengalienasikan diri.



» Arsip
» Diakses : 57 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Sunday, July 28, 2013

MAHASISWA ITB MENJADI WAKIL PERTAMA INDONESIA DI CERN

Mahasiswa ITB Menjadi Wakil Pertama Indonesia di CERN
Sabtu, 27 Juli 2013

ITB sebagai salah satu institut teknologi kenamaan di Indonesia jelas memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Lulusan lulusan ITB diharapkan mampu menjadi tonggak terdepan dalam cipta dan karya untuk memajukan segenap bangsa Indonesia. Bagi mahasiswa, tentunya banyak yang harus disiapkan sebelum dapat lepas landas dan menjadi pemimpin dalam arus perubahan Indonesia. Dalam bidang ilmu pengetahuan, banyak upaya yang dapat dilakukan mahasiswa untuk menambah jam terbang dan mengasah kemampuan mereka. Salah satu opsi yang ampuh untuk mengaktualisasikan diri adalah dengan terjun langsung ke lapangan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Ada mahasiswa yang mencoba bekerja magang di lokasi penambangan, laboratorium ternama ataupun menjajal pengalaman menjadi interns di perusahaan multinasional.

Nathaniel Chandra Harjanto (Teknik Fisika 2010) mempunyai impian untuk dapat bekerja di sebuah pusat penelitian tersohor di dunia, Centre Europeen pour la Recherchee Nucleaire (CERN). CERN merupakan pusat penelitian Particle Physics, terkenal karena memiliki akselerator partikel paling canggih dan mutakhir yaitu Large Hadron Collider (LHC). Kontribusi dan buah dari penelitian CERN sangat berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang asal-usul alam semesta. Beberapa penemuannya seperti penemuan partikel Higgs boson yang merupakan partikel dasar penyusun seluruh partikel di dunia, serta beberapa penelitian lain seperti Super Symmetry dan Quark-Gluon Plasma benar-benar membuka mata dunia tentang fenomena pembentukan alam semesta.

Nathaniel yang akrab disapa Nathan ini sangat tertarik dengan teori dan penelitian CERN tentang parallel universe serta fenomena ruang-waktu seperti teleportasi dan mesin waktu. Dimulai dari posting di grup akademik Himpunan Mahasiswa Fisika Teknik (HMFT), Nathan mendengar kesempatan untuk mengikuti CERN Summer Studentship Program (CSSP). April 2013, Suharyo Sumowidagdo, satu-satunya peneliti Indonesia di CERN menghubungi Nathan untuk menyampaikan kabar gembira. Nathan diinformasikan dapat melanjutkan ke proses seleksi terakhir yaitu menghadap pada Professors Board di CERN. Akhirnya pada Maret 2013 Nathan dan 2 orang mahasiswa lainnya, Muhammad Firmansyah Kasim (Teknik Elektro 2009) dan Imre Nagi (Teknik Elektro 2010) terpilih untuk mewakili Indonesia dalam program CSSP.

Ini adalah kali pertama Indonesia ikut serta dalam program tersebut, hal itu menjadikan mereka bertiga sebagai wakil pertama Indonesia di CERN. Menurut Laksana Tri Handoko dari LIPI, penerimaan ketiga mahasiswa di program CSSP memiliki efek positif dalam kerjasama antara Indonesia dengan CERN. Indonesia yang diwakili oleh Kementerian Riset dan Teknologi, Dinas Pendidikan Tinggi, serta LIPI akan memulai kerjasama tersebut pada akhir tahun 2013. Oleh karena itu, performa kerja dari Nathan dan teman-teman menjadi sangat diperhitungkan.

Pengalaman Bekerja di CERN

Setiap musim panas mahasiswa akan ditempatkan ke salah satu eksperimen penelitian di CERN. ATLAS, CMS, LHCb, dan ALICE adalah beberapa penelitian yang sedang digarap dan merupakan empat detector partikel utama dalam lingkaran LHC yang terbentang sejauh 27 km dari Swiss hingga Perancis. Nathan ditempatkan di penelitian ATLAS yang merupakan detector partikel terbesar di dunia. Proyek yang ia kerjakan adalah dalam bidang Outreach yaitu membuat aplikasi simulasi pendeteksi partikel dan fasilitas LHC untuk iPhone dan Android yang diramu dalam bentuk game.

Nathan bercerita bahwa semangat dan dedikasi dalam pekerjaan adalah hal yang selalu tercermin pada peneliti-peneliti di CERN. Mereka bekerja sangat efisien, namun tetap tidak melupakan waktu istirahat sebagai bagian untuk optimasi kinerja, tutur Nathan. Pekerja dan peneliti CERN juga menaruh perhatian yang besar terhadap lingkungan, hal tersebut dibuktikan dengan tidak digunakannya AC pada semua ruangan kecuali perpustakaan dan ruang computer. Selain itu sebagian besar pekerja dan peneliti di CERN menggunakan sepeda sebagai moda transportasi utama. Nathan dan teman-teman setiap hari melakukan perjalanan sejauh 3 km dengan menggunakan sepeda untuk mencapai lokasi kantornya.

Semangat dan perjuangan Nathan dan teman-teman untuk selalu menggali kemampuan dan menimba ilmu bahkan hingga ke luar tanah air patut untuk dicontoh. Seperti prinsip CERN, belajar dan pencarian terhadap jawaban akan alam semesta merupakan proses tanpa akhir. Semakin banyak pengetahuan kita, justru semakin banyak pertanyaan yang muncul. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan mendorong kita untuk terus maju dan berkembang dalam hidup ini, ujar Nathan menutup wawancara dengan Kantor Berita.



» Arsip
» Diakses : 117 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Friday, July 26, 2013

SKOTLANDIA JAJAKI KERJA SAMA DENGAN LIPI

Skotlandia Jajaki Kerja sama dengan LIPI
Kamis, 25 Juli 2013

(Jakarta, 25 Juli 2013 Humas LIPI). Pemerintah Skotlandia melalui Scottish Development International (SDI) pada Selasa (23/7) lalu mengadakan kunjungan ke Kampus LIPI Gatot Subroto, Jakarta. Rombongan yang terdiri Senior Executive Education SDI Scottland Kimberly Daly dan Senior Executive Education SDI Singapore Shirin Pang diterima oleh Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim beserta jajaran pimpinan LIPI di ruang rapat Sasana Widya Sarwono.

Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk menjajaki lembaga riset dan universitas potensial di Indonesia untuk kerjasama di bidang penelitian dan akademik. Cakupan tema kerjasama meliputi bidang energi, kesehatan, teknologi, pangan, infrastruktur, transportasi, konstruksi, pariwisata, lingkungan hidup, dan seni, terang Daly.

Pada bulan September mendatang, sebanyak 12 universitas di Skotlandia direncanakan mengujungi Indonesia. Keduabelas universitas tersebut adalah University of Aberdeen, University of Glasgow, University of Abertay, University of Dundee, Edinburgh Napier University, Glasgow Caledonian University , University of Edinburgh, Strathclyde University , Heriot Watt University, Glasgow School of Art, University of the West of Scotland, dan Queen Margaret University.

Kepala LIPI Prof.Dr. Lukman Hakim menyambut postif rencana tersebut. Pertemuan lanjutan yang intensif dengan peneliti-peneliti LIPI perlu dilakukan untuk menentukan bidang-bidang yang potensial untuk dilakukan kerjasama tersebut, pungkasnya. (fz)



» Arsip
» Diakses : 42 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

TINGKATKAN EXPOSE HASIL PENELITIAN LIPI MELALUI MEDIA MASSA

Tingkatkan Expose Hasil Penelitian LIPI Melalui Media Massa
Kamis, 25 Juli 2013

(Jakarta, 25 Juli 2013 Humas LIPI). Prof. Dr. Lukman Hakim, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menegaskan bahwa LIPI perlu lebih meningkatkan expose hasil penelitiannya melalui media massa. Hal tersebut disampaikannya dalam pertemuan antara jajaran pimpinan LIPI dengan jajaran pimpinan Media Group yang membawahi Media Indonesia (MI) dan Metro TV, Kamis (25/7), di Kedoya, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Lukman pun menyambut baik atas cover pemberitaan yang dilakukan oleh Media Group. Banyak hasil penelitian LIPI yang perlu lebih disosialisasikan lagi ke masyarakat. Kami berharap bisa bekerja sama dengan MI maupun Metro TV untuk hal itu, tandasnya.

Hal itu terkait dengan langkah LIPI untuk lebih mengekspos hasil-hasil penelitian agar lebih tersosialisasikan ke masyarakat. Ia menandaskan, hasil riset selama ini belum menjadi mainstream bagi media maupun khalayak.

Dalam kunjungan tersebut, Kepala LIPI Prof. Lukman Hakim didampingi oleh Wakil Kepala LIPI Dr. Djusman Sajuti, Sekretaris Utama LIPI Dr. Akmadi Abbas, Deputi IPK LIPI Dr. Iskandar Zulkarnain, Deputi IPH LIPI Dr. Siti Nuramaliati Prijono, Deputi IPT LIPI Dr. Syahrul Aiman, dan Deputi IPSK LIPI Prof. Dr. Aswatini. Tak hanya itu, Kepala BKPI LIPI Dr. Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono, Kepala Bagian Humas LIPI Nur Tri Aries S, MA beserta rombongan lainnya turut serta pula dalam kegiatan kunjungan ini.

Jajaran pimpinan dan rombongan dari LIPI ditemui oleh Direktur Pemberitaan Media Indonesia Usman Kansong, Manajer Gathering Metro TV Charles Meikyansah dan sejumlah karyawan Media Group.

Usman Kasong mengatakan, sangat mengapresiasi jajaran pimpinan LIPI dan rombongan yang bersilaturahmi dengan Media Group. Kami senang sekali atas kehadiran pimpinan LIPI dan berharap bisa bekerja sama dengan baik. Pemberitaan di MI maupun Metro TV dihiasi pula oleh para peneliti LIPI, ungkapnya.

Ia mencontohkan, sejumlah peneliti terlibat aktif dalam pengisian tulisan artikel opini di Media Indonesia. Selain itu, Metro TV juga beberapa kali pernah meliput hasil riset LIPI. Dengan kunjungan ini, ia berharap bisa melanjutkannya menjadi kerja sama antara kedua belah pihak.

Dalam kesempatan itu, Kepala LIPI pun mempresentasikan tentang LIPI dan hasil riset unggulannya sembari sesekali berdiskusi dengan hangat. Acara diakhiri dengan sesi tukar cindera mata dan foto bersama. (pw)



» Arsip
» Diakses : 95 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

KEBUN RAYA LIPI KINI JADI ASET DUNIA

Kebun Raya LIPI kini Jadi Aset Dunia
Jumat, 26 Juli 2013

Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI Profesor Lukman Hakim MSc PhD Apt memaparkan pentingnya LIPI bagi Indonesia. Hal itu disampaikan Lukman dan rombongan saat berkunjung ke Kantor Media Grup, Jakarta Barat, Kamis (25/7). Menurut Lukman, saat ini LIPI memiliki empat kebun raya yang menjadi aset dunia.

Pemerintah mendukung dengan membuat peraturan untuk membangun kebun raya tersebut. Menurut Lukman, karena telah menjadi aset dunia, empat kebun raya yang dimiliki LIPI perlu dikembangkan. Indonesia patut bangga akan hal tersebut.

Selain itu, jelas Lukman, hampir semua ahli dari pelbagai disiplin ilmu berada di LIPI, kecuali hukum dan kedokteran. Lukman berharap media massa tidak menjadikan pengamat sebagai narasumber. Jika itu dilakukan, jelas Lukman, berarti orang yang tidak berkompeten dalam ilmu penelitian dijadikan narasumber dalam pemberitaan.

LIPI menyediakan para peneliti yang kompeten di bidang masing-masing. "Terdapat 1500 peneliti, yang 70 persennya belajar dari luar negeri," ujar Lukman. Tenaga LIPI diakui Lukman akan membantu agar kualitas siaran dan berita di media lebih baik lagi. (Lesi Setiawati)



» Arsip
» Diakses : 108 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

INDONESIA HARUS PUNYA 200 RIBU PENELITI

Indonesia Harus Punya 200 Ribu Peneliti
Jumat, 26 Juli 2013

Metrotvnews.com, Jakarta: Dunia riset di Indonesia sekarang ini tertinggal dibandingkan negara berkembang lain. Jumlah peneliti yang dimiliki pun masih jauh dari ideal.

"Kita hanya memiliki 8000 peneliti dari 234 juta penduduk Indonesia. Sementara, standarnya paling tidak kita harus memiliki 200 ribu peneliti. Jika setidaknya kita ingin dibawah China dan India," kata Kepala LIPI Prof Dr Lukman Hakim di Jakarta, Kamis (25/7).

Padahal potensi dunia riset di Indonesia terbilang besar, apalagi LIPI juga kini berada di urutan ke-56 dari 100 lembaga riset ngetop di dunia. Namun, anggaran riset di sini masih rendah.

"Anggaran riset ilmu pengetahuan dan teknologi kita baru 0,03 persen dari PDB. Betapa rendahnya biaya riset yang dibelanjakan pemerintah. Sekarang, Indonesia merupakan negara ke-16 dengan perekonomian terbesar di dunia," papar Lukman.

Padahal, riset sangat penting dalam upaya membangun daya saing bangsa. Walaupun pondasinya tidak cukup kuat, pemerintah menargetkan Indonesia masuk tujuh besar.

"Harus ada presiden yang mengatakan dengan tegas bahwa anggaran riset harus 1 persen. Korea Selatan saja, investasi risetnya capai 4 persen dari PDB dalam waktu tujuh tahun. Bagaimana kita mau mencapai kesana jika anggaran kita masih terbatas terus." (Siska Nurifah)



» Arsip
» Diakses : 184 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Thursday, July 25, 2013

Dasar Laut pun Dipenuhi Sampah

Sampah di orbit bumi sudah kita ketahui sejak adanya satelit dan ruang angkasa. NASA dan banyak institusi yang mengawasi luar angkasa mengakuinya.

Lalu bagaimana dengan kedalaman laut yang bahkan tak terlihat dengan teknologi radar dan teleskop secanggih yang dimiliki NASA? Adakah sampah di dasar laut?

Beruntung, karena kini kita tahu jawabannya berkat Monterey Bay Aquarium Research Institute, meski sejak lama kita yakin bahwa dasar laut penuh dengan sampah.

Institusi yang sejak 20 tahun lalu melakukan penyisiran menggunakan video dari perairan Vancouver ke Teluk California hingga Kepulauan Hawai, mendapati bahwa dasar lautan juga dipenuhi dengan sampah.

Logam menempati 1/5 dari total sampah yang ada. Sedangkan plastik, material yang sulit diurai justru jumlahnya 1/3 dari keseluruhan sampah tersebut. Sisanya adalah kertas, kain, tali dan lain-lain.

Dari banyak sampah tersebut, yang berpotensi menjadi masalah adalah sampah plastik. Hasil penelitian menunjukkan dari 1/3 total sampah plastik, 1/2 adalah sampah kantong plastik yang berbahaya. Dalam kedalaman laut dimana suhu rendah, oksigen sedikit dan tidak banyak bakteri, maka sampah plastik akan berumur panjang di dasar laut.
mbari



View the Original article

Wednesday, July 24, 2013

BPPT DUKUNG PEMBANGUNAN PEKALONGAN BERBASIS IPTEK DAN INOVASI SECARA BERSISTEM MELALUI RPJMD

Category: Berita Kebijakan Teknologi

“Kerjasama BPPT dengan Pemerintah Kota Pekalongan dalam penguatan sistem inovasi (PSI) kini tengah memasuki tahun kedua. Pada periode tahun pertama pelaksanaan PSI sudah ada capaian yang baik di Kota Pekalongan, sehingga dibutuhkan percepatan di 5 Pilar PSI di Daerah Otonom. Dukungan BPPT sebagai institusi pemerintah pusat dalam menyediakan tim ahli dari berbagai perguruan tinggi dan profesional di bidangnya, akan membantu mitra daerah termasuk Pekalongan, dalam melakukan pembangunan berbasis iptek dan inovasi secara bersistem,” ungkap Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT), Tatang A. Taufik, saat pertemuan dengan Walikota Pekalongan, Basyir Ahmad, di Kantor Pemerintah Kota Pekalongan (28/6).

Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk memantau kemajuan, mengevaluasi, dan menetapkan rencana tindak pelaksanaan PSI di Kota Pekalongan. Dalam kesempatan tersebut, Walikota Pekalongan menyampaikan tentang Dokumen Revisi RPJMD Kota Pekalongan yang mengakomodasi PSI berdasarkan masukan Tim BPPT. “Dokumen tersebut sudah difinalisasi pihak Pemkot dan sudah dikirim ke Pemprov Jawa Tengah. Agenda yang tertuang di dalam RPJMD revisi tersebut akan ditindaklanjuti dengan program yang berkaitan dengan PSI hingga 2015 sehingga diharapkan ada keberlanjutan,” ungkap Basyir.

Dalam acara tersebut juga dilaporkan mengenai perkembangan kegiatan setiap pilar PSI yang disampaikan oleh setiap Kepala Unit PKT. Untuk Pilar Penguatan Sistem Inovasi Daerah (PSID) disampaikan antara lain bahwa akan dilakukan kajian proses perijinan yang lebih inovatif bersama BPMP2T (Badan Penanaman Modal, Pelayanan dan Perijinan Terpadu), pengembangan SMK Incorporated, dimana diharapkan SMK dapat memiliki unit produksi.

Dari Pilar Pengembangan Jaringan Inovasi disampaikan tentang pemilihan alternatif “pusat/sentra kegiatan” untuk kawasan teknopolitan Pekalongan, yaitu di kawasan Jatayu (Gedung Bakorwil) atau gedung eks Disperindagkopumkm di Jl. Urip Sumoharjo. Kemudian dari Pilar Pengembangan Klaster Industri disampaikan bahwa tim akan melakukan kajian klaster industri khususnya batik sebagai produk unggulan Kota Pekalongan yang didukung proses SNI, yang diharapkan akan memberi nilai tambah produk.

Tim Pilar Pengembangan Teknoprener menyampaikan kebutuhan akan ruang inkubator yang diusulkan di gedung bekas kantor Dinsosnakertrans di Jl. Majapahit, serta review SK Pengelola Inkubator Bisnis Teknologi Kota Pekalongan agar lebih solid, dan pengembangan kelembagaan Pusat Inovasi berbentuk BDSP (Business Development Service Provider) di Disperindagkop, serta Pusat Inovasi berbentuk Inkubator perguruan tinggi di Universitas Pekalongan. Tim Pilar Pengembangan Tematik membahas rekomendasi perijinan IMB dalam mendukung green innovation sehingga konsep pembangunan gedung menganut konsep green building yang ramah lingkungan dan hemat energi, serta ketersediaan taman terbuka hijau serta penyediaan air bersih di kota Pekalongan.

Selanjutnya pada kesempatan yang berbeda juga dilakukan pertemuan, diadakan pertemuan dengan Relawan Muda Indonesia Berinovasi Kota Pekalongan sebagai salah satu komponen penting PSI di Hotel Dafam Pekalongan. Ketua kelompok “balarela” yang telah dibentuk setahun lalu, menyampaikan aktifitas sampai saat ini, kendala yang dihadapi, dan rencana kegiatan selanjutnya. Pertemuan dengan relawan ini selain memberi dukungan juga memotivasi mereka untuk terus beraktifitas dengan tujuan membangun Kota Pekalongan dalam keseharian kegiatan mereka.

Deputi Kepala BPPT Bidang PKT memberikan dorongan dengan memfasilitasi 5 anggota relawan untuk berkunjung ke Puspiptek - Tangerang Selatan agar mendapatkan wawasan mengenai pemanfaaatan iptek dan inovasi dengan kunjungan ke beberapa fasilitas BPPT. Walikota Pekalongan sangat mengapresiasi partisipasi para Relawan Muda Indonesia Berinovasi tersebut dan menyatakan komitmen Pemkot Pekalongan dalam mengakomodasi ruang kesekretariatan dan pembinaan/bimbingan secara berkala karena semua ini tidak terlepas dari program pemerintah dalam mengadopsi PSI di Kota Pekalongan. (sh/bit/humas)



View the Original article

E Voting Pilkades Jembrana, Sebuah Miniatur Pemilukada

Category: Berita Teknologi Informasi,Energi & Material

Proses demokrasi di Indonesia semakin hari kian semarak. Genta demokrasi seiring berjalannya waktu terus berubah, mulai dari jumlah partai, metode kampanye, hingga metode pemilihan atau pemungutan suara, khususnya yang mulai dirambahi oleh teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Tak bisa dipungkiri, masyarakat kian hari kian cerdas. Kejenuhan mereka akan metode pemilihan suara yang kian hari dianggap kerap dimanipulasi, membuat kehadiran e voting layak menjadi sebuah metode baru yang patut untuk diujicobakan.

“Teknologi e-Voting yang menjamin berlangsungnya pemungutan suara dan perhitungan menggunakan TIK untuk menjamin pemilu yang transparan, jujur dan akuntabel serta dapat diaudit di tiap tahapannya, layak dijadikan metode yang tepat untuk melaksanakan pemilu,” ungkap Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, Hammam Riza, Jakarta (24/7).

Pria bergelar Doktor tersebut juga menyampaikan bahwa BPPT Senin besok akan menggelar  e voting Pilkades di empat dusun atau banjar di Desa Mendoyo Dangin Tukad, Jembrana, Bali pemilihan kepala desa (Pilkades) dengan pemilihan elektronik (e-voting) dilengkapi sistem verifikasi pemilih menggunakan e-KTP. “Pilkades yang akan digelar 29 Juli 2013 ini merupakan e-voting pertama dengan verifikasi e-KTP di Indonesia,” jelasnya.

Hammam juga mengatakan Pilkades di Jembrana ini merupakan terobosan bagi Indonesia, karena pertama kali melakukan pemanfaatan e-KTP untuk pemilu dengan e-voting. “Pilkades Jembrana patut kita saksikan sebagai miniature Pemilukada,” bangganya.

Evoting, dimulai dari Pilkades

Kepala Program Sistem Pemilu Elektronik BPPT, Andrari Grahitandaru mengungkapkan bahwa Pilkades dengan e-voting jelas menciptakan penghematan yang signifikan. Sebagai contoh pemilihan pilkades Boyolali dilakukan di 160 desa dengan biaya operasional Pilkades per desanya sebesar Rp 25 juta. “Jika ditotal biayanya mencapai Rp 4 miliar. Melalui e-voting menghemat Rp 2 miliar,” terangnya.

Andrari menjelaskan jika melaksanakan e-voting pemerintah daerah hanya butuh menginvestasikan lima perangkat e-voting seharga Rp 50 juta dan bisa dipakai berulang-ulang, karena setiap Kabupaten praktis hanya tinggal membeli minimal 5 perangkat e voting tersebut dan dapat digunakan di tiap penyelenggaraan Pilkades.

"Yang terjadi selama ini, Pilkades bisa diulang beberapa kali dalam satu periode pemungutan suara. Malah ada sebuah desa yang melaksanakan Pilkades sampai empat kali untuk satu pencalonan yang sama. Ternyata biaya demokrasi itu mahal. Di Indonesia terdapat 76.665 desa dan biaya pilkadesnya mencapai sebesar hamper Rp 2 triliun," jelasnya.

Tentu penggunaan TIK diharapkan memberikan efek yang baik dalam warna baru berdemokrasi. Diyakini pro dan kontra pasti akan terjadi. Oleh karenanya metode Pemilu Elektronik (e-voting) membutuhkan persiapan dan perbaikan guna memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai sebuah metode pemilihan yang layak digunakan. “Intinya adalah, e voting, Solusi terindah dalam Demokrasi,” ungkap Hammam. (SYRA/humas)



View the Original article

Riset Mahasiswa Bielefeld University Temukan Baterai e-Coli

Satu tim yang terdiri dari mahasiswa Bielefeld University di Jerman telah berhasil menemukan sumber energi listrik baru. Dalam riset yang mereka lakukan, bakteri yang lazimnya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia tersebut digunakan untuk mengubah glukosa menjadi energi.

Meningkatnya kebutuhan akan energi alternatif, konservasi bahan bakar fosil serta mulai dihapusnya energi nuklir di Jerman menjadi latar belakang penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa tersebut.

Menurut salah seorang dari tim yang akan mengikuti kompetisi International Genetically Engineered Machine (IGEM) yang diselenggarakan di Massachusetts Institute of Technology tersebut, salah satu faktor lainnya adalah polusi lingkungan yang disebabkan oleh baterai konvensional. Baterai konvensional mengandung material-material berbahaya yang jika terserap dalam tanaman, ternak dan manusia.

Riset sumber energi listrik yang dilakukan oleh tim mahasiswa Bielefeld University itu masih merupakan bagian dari fuel cell. Tidak berbeda jauh dengan fuel cell lainnya, riset tersebut menggunakan bakteri sebagai katalisatornya dan dikenal sebagai microbial fuel cell (MFC).

Berprinsip kerja yang menyerupai baterai yang memiliki anoda dan katoda. Seperti lazimnya fuel cell, MFC memiliki kompartemen anoda dan katoda dipisahkan oleh sebuah membran yang spesifik. Di dalam kompartemen anoda, bakteri mengurai glukosa dan menghasilkan CO2, elektron dan proton. Elektron dialirkan ke katoda melalui rangkaian eksternal, sementara proton mengalir melalui membran menuju katoda untuk kemudian bereaksi kembali dengan oksigen membentuk air.
phys.org



View the Original article

Monday, July 22, 2013

PERPRES 27 TH 2013: PEMERINTAH DUKUNG PERTUMBUHAN INKUBATOR WIRAUSAHA

Category: Berita Kebijakan Teknologi

Dukungan pemerintah terhadap perkembangan inkubator wirausaha semakin tegas dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha pada bulan April 2013. Sesuai amanat Perpres tersebut, pelaksanaan pengembangan Inkubator Wirausaha dikoordinasikan oleh Menko Bidang Perekonomian. Dalam rangka pelaksanaan Perpres tersebut juga perlu dilakukan pengumpulan informasi yang terkait dengan kegiatan inkubator guna menyusun Grand Design Inkubator Wirausaha,” demikian disampaikan Asisten Deputi Inovasi Teknologi dan Rekayasa Industri, Iga Mai Sukariyati, saat melakukan kunjungan ke Balai Inkubator Teknologi (BIT) BPPT di Puspiptek, Tangerang Selatan (25/6).

Dalam penerimaan kunjungan tersebut, Kepala BIT, Iwan Sudrajat, menyampaikan bahwa BIT memfasilitasi tumbuhnya perusahaan-perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT) melalui proses inkubasi.

Selain itu BIT juga melakukan kerjasama Penguatan Sistem Inovasi di Kota Pekalongan melalui pendampingan pembentukan dan pelaksanaan Unit Inkubator Bisnis dan Teknologi Kota Pekalongan di bawah Dinsosnakertrans.  “Sebagai wahana pembelajaran dan proses alih pengetahuan pendampingan proses inkubasi bagi Unit Inkubator Pekalongan, BIT turut membina satu tenant bersama di Kota Pekalongan yang sedang merintis memproduksi mesin pelorot malam kain batik,” ungkap Iwan.

Dalam kunjungan tersebut Iga juga berkesempatan melihat langsung kegiatan beberapa tenant binaan BIT di Puspiptek antara lain CV Nanotech Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi nano.  Produk-produk inovatif menggunakan bahan baku berukuran nano dari CV Nanotech antara lain propolis, sabun mandi, herbal, serta kosmetik berbasis beras dan seng oksida. Tenant yang sudah dibina BIT dari tahun 2010 ini juga berkompeten dalam bidang pelatihan nano teknologi, jasa pengujian nano, dan jasa produksi nano material baik padat maupun cair. Direncanakan CV Nanotech akan menyelesaikan proses inkubasi di BIT (lulus) tahun ini.

Selain itu Iga juga mengunjungi tenant binaan BIT lainnya yaitu PT Atsiri Indonesia (Atsirindo) yang bergerak dalam bidang pengembangan minyak atsiri terutama Eugenol dari minyak cengkeh. Menjawab pertanyaan Iga tentang prospek pasar dan pengembangan produk Eugenol, penanggung jawab PT Atsirindo, Nur Istizam, menjelaskan saat ini Atsirindo telah mampu memproduksi Eugenol USP dengan kadar hingga 99,8% dan telah banyak pesanan dari dokter gigi untuk komponen penambalan pada perawatan gigi. Selain itu juga sedang disiapkan dokumen untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor. (an/bit/humas)



View the Original article

Kepala BPPT: Efisiensi Energi Perlu Digalakkan

Category: Berita Teknologi Informasi,Energi & Material

Indonesia merupakan negeri yang kaya sumber daya alam. Sumber daya inipun sangat bisa dikembangkan menjadi energi alternatif, sebagai pengganti bahan bakar minyak yang terus menurun dan menyusut. “Oleh karena itu, efisiensi energi perlu digalakkan,” tegas Kepala BPPT, Marzan A Iskandar, Jakarta (22/7).

Kepala BPPT juga mengingatkan pentingnya energi terbarukan untuk terus dikembangkan. “Di Indonesia ada banyak potensi sumberdaya alam untuk menghasilkan energi  terbarukan. Kami di BPPT sudah mengenal Perkebunan Energi sejak tahun 80an, namun kurangnya dukungan dari berbagai sektor menjadikan sumber energi terbarukan yang kita kembangkan kurang diminati,” ungkapnya.

Menurut Marzan, hal yang jelas terlihat mengenai  mengapa energi terbarukan di Indonesia sulit mengemuka, adalah karena dinilai tidak ekonomis. Subsidi bahan bakar minyak (BBM)-lah penyebabnya. “Subdisi BBM menyebabkan harga energi terbarukan  kurang ekonomis, oleh karena itu masyarakat masih susah untuk berpaling dari penggunaan BBM bersubsidi,” jelasnya.

Marzan juga menuturkan jika subsidi BBM dihentikan, mungkin pemerintah bisa lebih fokus memberikan insentif pada pengembangan energi tebarukan, baik dari segi teknologi, maupun produksinya. “Jika tidak seperti itu, sangat susah untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia, karena subsisidi BBM menjadikan energi terbarukan tidak kompetitif di pasaran,” tambahnya.

Pengembangan energi terbarukan di Indonesia, lanjut Marzan, seperti energi matahari, angin dan biodesel tentunya sangat potensial untuk dikembangkan, namun perlu  upaya yang lebih keras dalam pelaksanaannya. Hal ini jelas butuh pionir dan Marzan mengharapkan penggunaan EBT ini bisa dimulai oleh industri dalam negeri. “BPPT pun akan mendukung semaksimal mungkin bagi siapa saja yang mengembangkan energi terbarukan,” tukasnya. (SYRA/Humas)



View the Original article

MAHASISWA KEMBANGKAN ALAT PEMANTAU CUACA

Mahasiswa Kembangkan Alat Pemantau Cuaca
Senin, 22 Juli 2013

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Banyak cara dilakukan orang untuk menyalurkan kreativitas. Mahasiswa Universitas Sangga Buana (USB) YPKP misalnya, mengembangkan perangkat pemantau cuaca yang dapat mendeteksi suhu, arah dan kecepatan angin.

Alat yang dikembangkan oleh Hendrik Ridwan, mahasiswa jurusan elektro USB ini dinamakan rancang bangun perangkat keras pemantauan cuaca dengan microcontroller artmega 8385. Perangkat tersebut dipasang sensor kecepatan angin, arah angin dan suhu, kemudian dapat ditampilkan pada PC dan layar LCD.

Adapun aplikasi perangkat ini dikembangkan oleh Arif Wicaksono yang juga rekan satu jurusan elektro. Keduanya menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk membuat pemantau cuaca dengan modul yang orisinil.

Arif Wicaksono merancang perangkat lunak dengan menggunakan sistem "Visual Basic" dalam menyusun bahasa program. Dari sensor itulah kemudian, dapat dibaca berapa suhu, arah dan kecepatan angin. Selain itu, perangkat ini juga bisa menyimpan data-data lama.

Arif mengatakan, perangkat stasiun cuaca mini ini dapat digunakan untuk mendukung pertanian, kebun hidroponik dan juga di kawasan yang memerlukan stasiun cuaca. Model ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan parameter cuaca lainnya seperti kelembaban, curah hujan dan lainnya.

Hendrik dan Arief membutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk merakit alat pemantau cuaca ini. Sementara biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 1,5 juta.

Rektor USB Asep Effendi mengatakan, selalu mendorong mahasiswanya untuk berkarya dan membuat produk unggulan. "Alat pemantau cuaca ini salah satu produk unggulan di wisuda tahun ini,"kata dia.



» Arsip
» Diakses : 23 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Friday, July 19, 2013

DUA MAHASISWA SANGGA BUANA KEMBANGKAN ALAT PEMANTAU CUACA

Dua Mahasiswa Sangga Buana Kembangkan Alat Pemantau Cuaca
Jumat, 19 Juli 2013

Bandung - Dua mahasiswa Universitas Sanggabuana (USB) merancang perangkat keras pemantau cuaca. Melalui alat tersebut bisa diketahui suhu di ruangan, arah angin, hingga kecepatan angin.

Dua mahasiswa tersebut adalah Hendrik Ridwan dan Arif Wicaksono, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektro USB. Hendrik yang merupakan mahasiswa tingkat akhir itu, membuat rancang bangun perangkat keras pemantau cuaca dengan mikrokrokontoler ATMega8535 untuk stasiun cuaca mini. Dengan melakukan kerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hendrik berhasil menyelesaikan alat pemantau cuaca yang juga dijadikan tugas akhir pada studinya di Sangga bUana.

"Dengan menggunakan alat ini, kita bisa mengetahui tiga parameter cuaca. Mulai dari suhu, arah angin dan kecepatan angin," kata Hendrik saat ditemui di Jalan PHH. Mustofa, Bandung, Kamis (18/7/2013).

Cara kerja alat ini yakni menggunakan sensor yang dihubungkan dengan LCD atau PC. "Alat ini bisa mengetahui langsung tiga parameter cuaca. Sedangkan kalau alat pemantau cuca lainnya hanya bisa mengukur satu parameter," ungkapnya.

Mahasiswa lainnya yakni Arif Wicaksono, juga memperkenalkan rancang bangun parameter cuaca berbasis personal computer untuk stasiun cuaca mini. Berbeda engan buatan Hendrik, buatan Arif ini bersinergu dengan perangkat keras pemantau cuaca.

"Alat ini menggunakan komunikasi serial RS232 sebagai alat komunikasi data dari hasil pemantauan cuaca yang diterima oleh mikrokontroler AVR ATMega8535," jelasnya.

Cara kerja perangkat keras ini yakni, komunikasi data yang dikirimkan oleh komunikasi serial RS232, akan diproses dengan menggunakan program Visual Basic 6.0.

Program visual tersebut nantinya akan menampilkan informasi pada personal komputer yang dapat dijadikan acuan untuk berbagai bidang, seperti transportasi udara, pelayaran, pertanian, komunikasi dan lain-lain.

"Tujuannya adalah agar bisa membuat alat yang dapat menampilkan keadaan cuaca secara online dan dapat disimpan dalam sebuah database," jelasnya.

Dengan alat tersebut, diharapkan bisa membantu kerja para pengamat cuaca, sehingga tidak perlu ke luar ruangan dan hanya bekerja melalui layar komputer.

"Mungkin progam ini masih berbentuk propotype. Tapi ke depan kami menginginkan menjadi sofware, dapat diakses oleh siapapun lewat internet.

Sementara itu, di tempat yang sama Rektor USB, Asep Effendi mengungkapkan, kedua mahasiswa yang menunjukkan karyanya tersebut merupakan calon wisudawan terbaik USB pada tahun ini.

"Mudah-mudahan pengembangan alat-alat ini, dapat memberi manfaat lebih bagi masyarakat pada umumnya," terangnya.

(avi/tya)



» Arsip
» Diakses : 8 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

MAHASISWA RANCANG DETEKTOR CUACA 3 IN 1

Mahasiswa Rancang Detektor Cuaca 3 in 1
Jumat, 19 Juli 2013

BANDUNG - Mahasiswa asal Universitas Sanggabuana(USB) YPKP berhasil mengembangkan pendeteksi cuaca 3 in 1, yakni mampu mendeteksi suhu, arah dan kecepatan angin oleh satu alat saja dan langsung ditampilkan dalam layar LCD.

Alat tersebut dikembangkan dua mahasiswa yakni Hendrik Ridwan yang mengembangkan perangkat keras. Sedangkan aplikasi perangkat itu dikembangkan oleh Arif Wicaksono keduanya merupakan mahasiswa program tekhnik elektro.

Untuk mengembangkan alat tersebut dikatan Hendrik ia bekerjasama dengan dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI).

Ini merupakan tugas akhir dan kami kembangkan lagi dan bekerjasama dengan LIPI yang memberikan fasilitasi peminjaman perangkat sensor pendeteksi alat deteksi cuaca itu, ujarnya yang ditemui di kampusnya, Jalan Suci, Bandung, kemarin.

Dijelaskannya jika alat sensor itu dikembangkan dan dibaca oleh hardwere yang merupakan pengembangannnya, untuk kemudian dipantau dalam sistem digital, sedangkan aplikasinya dikemas dalam format personal computer.

Hendrik menyebutkan alat sensor cuaca untuk kepentingan stasiun cuaca mini tersebut. Rancang bangun pengamat cuaca mini tersebut dilakukan dengan menggunakan mikro kontroler ATM-EGA 8535.

"Perangkatnya kami rancang sendiri, dan disinergikan dengan softwere yang dikembangkan teman saya Arif Wicaksono. Dalam hal ini kami bekerja team work dan bersinergi," Hendrik.

Dalam display perangkat keras yang dirancang Hendrik, dapat diketahui prameter suhu ruangan dengan maksimal 35 derajat celcius, kemudian arah angin dan kecepatan angin.

Sementara itu Arif Wicaksono yang membuat perangkat lunak dengan menggunanakan sistem "Visal Basic" dalam menyusun bahasa programnya. "Dari sensor itu dapat dibaca berapa temperatur, arah dan kecepatan angin. Selain itu perangkat ini juga bisa menyimpan data untuk beberapa hari ke belakang. Data semuanya langsung disaving," kata Arif.

Ia menyebutkan, perangkat stasiun cuaca mini ini bisa digunakan untuk mendukung pertanian, kebun hidroponik dan juga di kawasan yang memerlukan stasiun cuaca. Model ini sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan parameter cuaca lainnya seperti kelambaban, curah hujan dan lainnya.(tie)



» Arsip
» Diakses : 34 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Thursday, July 18, 2013

KICK OF MEETING JICA PPP FS STUDY ON NARC BPPT-ITB-IPB DENGAN JICA

Category: Berita Teknologi Agroindustri & Bioteknologi

Kick of Meeting Japan International Cooperation Agency (JICA) Public Private Partnership (PPP) Feasibility Study (FS) on New Academic Research Cluster (NARC) merupakan pertemuan formal sebagai tahapan dimulainya  Feasibility Study (FS) pembangunan NARC  dengan skema PPP yang dilaksanakan oleh JICA. Pembangunan NARC merupakan salah satu flagship project dalam kerangka kerjasama Indonesia - Jepang.  

NARC adalah suatu kawasan terpadu dimana para peneliti, perekayasa dan industri (research industry) melakukan penelitian, pengembangan, inovasi dan inkubasi teknologi dalam rangka pengembangan produk dan mendorong berkembangnya industri berbasis sumberdaya alam dalam dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Ada tiga klaster yang akan dibangun dalam NARC, yaitu kluster NARC – BPPT Serpong untuk bidang kesehatan, klaster NARC-IPB Dramaga untuk bidang pangan dan pertanian dan klaster NARC-ITB Bekasi untuk bidang energi

Acara ini dibuka dan dipimpin langsung oleh Kepala BPPT, Marzan A Iskandar dan dihadiri oleh, DeputiV Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian, Lucky Eko W, Atsushi Sasaki, Chief Representative of JICA, perwakilan BAPPENAS, IPB, ITB, BPPT dan tim pelaksana FS dari CHIYODA CORPORATION.

Kemenko Perekonomian, BPPT dan JICA memahami dan bersepakat bahwa FS ini merupakan milestone dan langkah penting bagi pihak Indonesia dan Jepang dalam perspektif pembangunan NARC untuk mendorong perekonomian Indonesia melalui pemanfaatan bioresources. Hasil FS ini dapat memberikan gambaran  yang detil tentang konsep NARC dalam aspek teknologi dan inovasi yang akan dikembangkan, stakeholder, konsep bisnis, regulasi, organisasi dan manajemen pengelolaannya.

Deputi Bidang Teknologi Agroindustri Bioteknologi (TAB) BPPT, Listyani Wijayanti menyampaikan progress report rencana pembangunan NARC dan menegaskan bahwa prinsip kesetaraan antara Indonesia dengan Jepang menjadi persyaratan utama dalam kerjasama ini.

Beberapa aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah (i). penguatan komunikasi dengan pihak industri utamanya yang memiliki concern kuat pada bidang riset dan teknologi serta sosialisasi yang kuat sejak dini, (ii). kajian dan analisis tentang aspek legal utamanya payung hukum skema PPP, keterlibatan perguruan tinggi dan lembaga riset pemerintah dalam komersialisasi hasil inovasi teknologi dan aspek lainnya (iii). identifikasi stakeholder (nasional dan internasional) yang potensial untuk dimasukan dalam proyek NARC ini dan (iv) kajian substansi kegiatan NARC untuk menghasilkan produk teknologi dan inovasi yang berkualitas dan dibutuhkan pasar. (tab/humas)



View the Original article

Wednesday, July 17, 2013

MANFAATKAN GEOTHERMAL DAN BAHAN BAKAR NABATI, KURANGI PENGGUNAAN BBM

Category: Berita Teknologi Informasi,Energi & Material

Geothermal dan bahan bakar nabati berpotensi untuk mengurangi penggunaan minyak dan gas bumi yang kini masih dominan. Geothermal merupakan salah satu sumber energi baru terbarukan di Indonesia yang diproyeksikan sebagai sumber pembangkit listrik, sedangkan bahan bakar nabari sebagai alternatif energi di sektor transportasi.

Seperti dikutip dari energitoday, Kepala BPPT, Marzan A Iskandar mengatakan bahwa penggunaan BBM yang selama ini menguras anggaran negara harus ditekan dengan memanfaatkan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan belum banyak dimanfaatkan.

Lanjutnya, penggunaan energi terbarukan hanya 5,7 persen dari total energi yang dipakai masyarakat. Padahal, sumber energi ini tergolong besar.

Menurut Marzan, BPPT memiliki kemampuan untuk mendesain dan merancang bangun pembangkit tenaga listrik geothermal/panas bumi (PLTPB) skala kecil 3 MW dengan menggunakan komponen 65 persen buatan dalam negeri.

Sedangkan untuk sektor transportasi, dapat ditekan dengan meningkatkan bahan bakar nabati (BBN), antara lain dari kepala sawit. Indonesia saat ini menjadi pengekspor minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Sumber : energytoday



View the Original article

LIPI BANGUN PUSAT EKOHIDROLOGI ASIA PASIFIK

LIPI Bangun Pusat Ekohidrologi Asia Pasifik
Rabu, 17 Juli 2013

(Cibinong, 17 Juli 2013 Humas LIPI). Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof.Dr.Lukman Hakim melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gedung Asia Pacific Center for Ecohidrology (APCE) di Cibinong Science Centre, Cibinong, Jawa Barat, Jumat (12/7) lalu.

Hadir dalam acara tersebut adalah jajaran pimpinan LIPI, pimpinan Satuan Kerja (Satker) LIPI di lingkungan Cibinong Science Center, dan para tamu undangan.

Pembangunan gedung APCE mempunyai arti simbolik bagi peran LIPI di dunia internasional karena permasalahan air adalah permasalahan yang long lasting, ujar Lukman saat memberikan sambutan.

Status APCE sebagai pusat riset hidrologi dunia di tingkat Asia Pasifik, lanjutnya, merupakan aktualisasi misi LIPI sebagai lembaga riset kelas dunia. Posisi Indonesia saat ini sudah makin diperhitungkan, Indonesia harus menyumbang lebih banyak ke komunitas ilmiah internasional, tandasnya.

APCE merupakan hasil dari konferensi UNESCO di Paris tahun 1998 yang mengangkat isu krisis air dunia. APCE berada di bawah koordinasi Kedeputian Ilmu Pengetahuan Kebumian. Pembangunan gedung APCE sendiri menghabiskan biaya Rp 8,4 miliar dan ditargetkan selesai pada tahun ini. (fz)



» Arsip
» Diakses : 48 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

SEDAN LISTRIK HEVINA MASIH URUS IZIN

Sedan Listrik Hevina Masih Urus Izin
Rabu, 17 Juli 2013

JAKARTA- Masih ingat dengan Sedan Hevina? Ya sedan listrik milik Kementerian Riset dan Teknologi yang dikembangkan dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kini telah melewati masa uji coba.

Sebelumnya sempat diwartakan Okezone, Sedan Listrik milik Menristek Gusti Muhammad Hatta ini akan diperkenalkan kepada publik pada 20 Mei. Namun karena alasan kesibukan Menristek, proses launching tersebut urung dilaksanakan.

"Sebelumnya memang rencana 20 Mei, tapi kebetulan Pak Menteri sedang ada kesibukan, jadi kami undur sampai akhir bulan atau awal bulan pas tanggal 1 Juni," ungkap Abdul Hapid, Koordinator Penelitian LIPI, saat dikonfirmasi Okezone beberapa waktu lalu.

Namun menurut Gusti Muhammad Hatta, di samping karena kesibukan dirinya, batalnya peluncuran sedan listrik Hevina tersebut karena saat ini mobil listrik kebanggaannya sedang dalam proses mengurus semua izin yang diperlukan.

"Sedan listrik Hevina sedang dipersiapkan surat-surat izinnya, dan uji coba resminya. Setelah semua selesai baru akan kami perkenalkan," jelas Gusti muhammad Hatta kepada Okezone di kantor Kementrian Perindustrian, Jakarta Selatan.

Lebih lanjut, Gusti Muhammad Hatta menegaskan, peluncuran mobil listrik Hevina ini akan dilakukan dalam waktu dekat. Namun dia masih menutup rapat keran informasi tentang mobil listriknya ini. "Pokoknya peluncuran akan kami lakukan dalam waktu dekat ini, tunggu saja," pungkasnya sambil tersenyum.(zwr)



» Arsip
» Diakses : 66 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

DUA BULAN LAGI, TIM LIPI AKAN SAMPAIKAN HASIL RISET LAUT DALAM

Dua Bulan Lagi, Tim LIPI Akan Sampaikan Hasil Riset Laut Dalam
Rabu, 17 Juli 2013

Ekspedisi ini merupakan kerja sama LIPI dengan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization dan IOC Sub-Commission for the Western Pasific (WESTPAC).

Jakarta - Tim Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) 2013 dalam satu hingga dua bulan ke depan siap menyampaikan hasil penelitiannya seputar biota laut dalam dan fisika oseanografi dari hasil ekspedisi di Selat Makassar.

Kepala Bidang Sumber Daya Laut Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pramudji mengatakan setelah tim kembali 22 Juni lalu, saat ini tim EWIN sedang menganalisa data. Diperkirakan dalam satu hingga dua bulan lagi akan digelar workshop.

"Dalam workshop akan disampaikan informasi seputar hasil penelitian, sebab EWIN kali ini berbeda dengan EWIN sebelumnya karena meneliti biota laut dalam. Rencananya dalam penelitian yang akan datang akan memperluas kerja sama dengan peneliti luar negeri. Dalam EWIN 2013 hanya peneliti China dan Korea yang terlibat," katanya, di Jakarta, Rabu (17/7).

Seperti diberitakan sebelumnya, Kapal Riset Baruna Jaya VIII milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan EWIN 2013 untuk meneliti keanekaragaman sumber daya hayati (biodiversity) laut dalam Selat Makassar.

Ekspedisi EWIN 2013 berlangsung 3 Juni-22 Juni 2013. Ekspedisi ini merupakan kerja sama LIPI dengan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization dan IOC Sub-Commission for the Western Pasific (WESTPAC).

Kapal riset ini membawa 23 orang peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dua peneliti dari Korea Institute of Ocean Science and Technology Korea Selatan dan dua peneliti dari Lab Marine Chemistry and Environmental Monitoring Technology TIO-SOA Xiamen China.

Saat pelepasan tim EWIN di Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Deputi Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnain yang melepas langsung tim ekspedisi mengatakan selama ini ekspedisi riset yang dilakukan di Indonesia tidak terkonsentrasi di laut dalam. Sebab data-data tentang laut dalam terbatas dan hal ini harus menjadi perhatian.

"Sehingga hal ini harus dimulai. Apapun yang kita temukan akan menjadi basis data. Untuk itu ekspedisi sekarang fokus pada biodiversity di laut dalam," katanya.

Iskandar menyatakan ekspedisi riset memang memerlukan biaya yang besar. Untuk EWIN 2013 ini saja biaya operasional kapal per harinya mencapai Rp 100 juta. Ia menambahkan perairan laut di Selat Makassar yang akan menjadi tujuan ekspedisi merupakan bagian dari sirkulasi arus laut global. Arus laut ini merupakan unsur penting bagi penentu siklus nutrien dan karbondioksida di laut.

Rantai makanan di laut secara global dipengaruhi pula oleh massa air laut yang dingin, kaya nutrien dan terangkat kepermukaan bersamaan dengan proses kenaikan massa air laut (upwelling).

Hal senada juga disampaikan Ketua Tim EWIN 2013 Susetiono. Ia mengungkapkan penelitian ke Selat dan laut dalam Makassar disebabkan karena hasil penelitian yang sudah ada memperkirakan 8-9 ton air laut per detik mengalir dari utara ke selatan yakni dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melalui Makassar.

"Apa yang dibawa dengan massa air yang sedemikian besar, kita tidak tahu belum ada publikasinya," ucapnya.

Oleh karena itu lanjutnya tujuan ekspedisi kali ini untuk mengungkap proses-proses fisika, kimia, pencemaran dan biologi yang berlangsung di Selat Makassar sebagai lintasan arus laut Indonesia. Selain itu untuk meneliti studi ekologis larva pada perairan pelagis atau biodiversity di kolom air dan ekologi benthik (biodiversity dasar laut) di dasar perairan Selat Makassar.

EWIN memang sudah dilakukan sejak tahun 2007 dan diawali di Raja Ampat. Oleh karena itu Plh Kepala Pusat Oseanografi LIPI Dirham Syah pun berharap EWIN 2013 dapat menghasilkan makalah, paper dan jurnal internasional.

Baginya fokus EWIN 2013 tentang laut dalam merupakan hal istimewa, karena negara lain sama sekali belum ada yang melakukan ekspedisi biodiversity laut dan hanya sebatas fisika oseanografi.

Hasil dari ekspedisi ini akan mengidentifikasi semua temuan, kemudian dilakukan inventarisasi sebagai basis data dan upaya melakukan langkah antisipatif jika diketahui dampak tertentu. dari riset ini.

Penulis: R-15/FER



» Arsip
» Diakses : 33 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Monday, July 15, 2013

MENGANDALKAN IKAN DARI DANAU

Mengandalkan Ikan dari Danau
Senin, 15 Juli 2013

Ketika pasokan perikanan tangkap dari laut tidak dapat diandalkan, budi daya ikan tawar di beberapa danau menjadi alternatif untuk mencukupi konsumsi ikan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Kebutuhan ikan di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring pertumbuhan penduduk setiap tahun. Pada saat ini, jumlah penduduk Indonesia 245 juta jiwa, sedangkan kebutuhan ikan mencapai 3233 kilogram (kg) per kapita per tahun.

"Angka itu diperkirakan meningkat menjadi 40 kg per kapita per tahun pada tahun depan," kata Riza Damanik, Dewan Pembina Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), ditemui Koran Jakarta di kantornya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (3/7).

Sejauh ini, pemenuhan kebutuhan ikan untuk konsumsi berasal dari perikanan tangkap di laut dan budi daya ikan air tawar. Kedua tempat ini menghasilkan 13 juta ton ikan per tahun. "Pada 50 tahun ke depan dibutuhkan 20 juta ton ikan per tahun," ujar Riza.

Upaya menggenjot produksi ikan, lanjut Riza, sekarang ini tidak bisa mengandalkan perikanan tangkap. Data produksi perikanan laut 2012 mencapai 5,8 juta ton. Angka tersebut berarti mendekati ambang batas penangkapan ikan dari potensinya di laut Indonesia sebesar 6,4 juta ton setiap tahun. "Kalau kita dorong penangkapan ikan laut lebih besar maka berimplikasi terhadap pengelolaan perikanan yang tidak berkelanjutan," tegasnya.

Indonesia perlu mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan pemenuhan ikan. Salah satu solusi yang bisa ditempuh dengan peningkatan budi daya ikan air tawar melalui tambak di pinggir pantai atau di daratan, yaitu marine culture (budi daya di laut), aqua culture (pesisir pantai), dan potensi perairan di persawahan atau danau. "Ini belum digarap secara optimal," jelasnya.

Walaupun demikian, Riza mengakui 60 persen pemenuhan ikan di dalam negeri memang telah dipasok ikan air tawar. Tantangan terbesar lain dari budi daya ikan air tawar adalah lingkungan tercemar di tempat budi daya ikan air tawar seperti di danau akibat pembuangan limbah dari perusahaan-perusahaan di sekitarnya.

Riza mencontohkan Danau Toba di Sumatra Utara merupakan perairan yang dimanfaatkan untuk budi daya perikanan tawar, tapi terancam pencemaran. "Dari sisi tata ruang, apakah Danau Toba diletakkan sebagai tempat budi daya ikan atau sebagai tempat pembuangan limbah," ujarnya.

Gadis Sri Haryani, peneliti Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sependapat, tata ruang dan pembuangan limbah industri maupun pertanian menjadi persoalan yang dihadapi danau-danau di Indonesia. Penebangan hutan dan pengolahan tanah di sekitar danau untuk lahan pertanian berakibat erosi di wilayah daerah aliran sungai (DAS) yang membawa sedimen ke danau. Akibatnya, tidak sedikit danau yang mengalami pendangkalan.

Pendangkalan yang terjadi di danau berdampak berkurangnya ruang hidup ikan di lahan basah tepian danau dan peningkatan suhu kumulatif memusnahkan tempat pemijahan ikan. "Berkurangnya luasan danau yang dangkal menyebabkan hilangnya sebagian besar habitat karena dapat kehilangan elemen ekologi penting disebabkan oleh fluktuasi air," ujar Gadis.

Belum lagi permasalahan pencemaran air di danau yang berdampak terhadap penurunan kualitas air danau. Ujung-ujungnya, musnahnya organisme air yang berperan sebagai mata rantai makanan ikan seperti fitoplankton, zooplankton, dan bentos.

Selain itu, danau sebagai perairan tawar mengalami eksploitasi perikanan dan mekanisasi transportasi air. "Keseluruhan ekosistem danau mengalami dampak akibat aktivitas manusia," tegasnya.

Penyelamatan Ekosistem

Untuk menyelamatkan ekosistem danau, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah menyusun grand design. Dari 840 danau yang ada, sebanyak 15 danau diproritaskan pertama dalam langkah tersebut. Kelima belas danau itu antara lain Danau Toba, Danau Kerinci, Danau Matano, Danau Limboto, Rawa Danau, Rawa Pening, Danau Batur, Danau Tempe, Danau Singkarak, Danau Semayang Melintang Jepang, Danau Kaskade, Danau Sentarung, dan Danau Sentani.

"Ada danau yang perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga kita prioritaskan, seperti Danau Matano karena di situ ada ikan endemik," jelasnya.

Gadis mengemukakan danau yang termasuk dalam grand design KLH itu masih bisa dimanfaatkan untuk tempat budi daya ikan air tawar dengan memperhatikan karakternya. Suatu danau bisa dikelola sebagai budi daya ikan air tawar dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hal itu dapat dilakukan dengan mengombinasikan berbagai disiplin ilmu yakni hidrografi, hidrokimia, meteorologi, dan biologi. Sebagai contoh, LIPI mengembangkan teknologi histografi untuk menganalisis reproduksi ikan, termasuk kondisi ikan migrasi yang menempuh ribuan kilometer.

Pengelolaan daerah tepian danau (ekoton riparian) juga menjadi perhatian LIPI karena merupakan habitat ikan air tawar. "Daerah riparian mendukung kehidupan ikan sebagai tempat perlindungan, tempat asuhan, dan tempat mencari ikan," jelasnya.

Selain danau yang masuk dalam grand design KLH, menurut Gadis, ada beberapa danau yang cocok untuk membudidayakan ikan air tawar. Danau-danau lain yang dikenal sebagai tempat berkembangnya ikan air tawar adalah Danau Sentarum (Kalimantan Barat), Danau Kerinci (Jambi), Danau Ranau (Lampung), Danau Maninjau dan Danau Singkarak (Sumatra Barat), Danau Sentani dan Danau Paniai di Papua, Danau Semayang, Danau Melintang, dan Danau Jempang (Kalimantan Timur), Danau Malili, Danau Matano, Danau Tempe, Danau Mahalona, Danau Towuti (Sulawesi Selatan). mochamad ade maulidin



» Arsip
» Diakses : 5 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

FORUM KONSERVASI SATWA LIAR SESALKAN MASALAH KBS BERKEPANJANGAN

Forum Konservasi Satwa Liar Sesalkan Masalah KBS Berkepanjangan
Senin, 15 Juli 2013

KBRN, Surabaya : Konflik soal Kebun Binatang Surabaya yang berkepanjangan disesalkan Forum Konservasi Satwa Liar (Foksi). Foksi berharap terbentuknya Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) yang mengelola manajemen Kebun Binatang Surabaya (KBS) tidak semakin memperpanjang masalah.

"KBS kebanggaan warga Surabaya, juga masyarakat di Indonesia. Masyarakat Internasional juga bisa belajar tentang satwa yang ada di KBS," kata Manager Program Foksi, Indra Harsaputra, di Surabaya, Minggu (14/7/2013).

Indra mengatakan kesejahteraan satwa di KBS yang saat ini telah diupayakan, termasuk upaya pihak pengelola KBS untuk mempertahankan kondisi Melanie, harimau Sumatera yang mengalami gangguan pencernaan merupakan cermin dari upaya keras dari masyarakat menjaga kondisi satwa di KBS.

"Upaya ini perlu terus diapresisi. Mereka sudah bekerja keras menyelamatkan satwa yang ada, meskipun kondisi Melani sulit disembuhkan karena akibat konsumsi daging yang tercemar formalin yang begitu lama serta usia yang sudah tua yakni berumur 15 tahun," katanya.

Saat ini, Melani telah menambah berat badannya sebanyak 6 kg selama 3 minggu di Taman Safari Bogor (TSI) Bogor. Dengan demikian membuktikan suatu kenyataan perawatan satwa, SDM dan fasilitas di KBS belum sebaik di TSI, untuk itu KBS harus terus dibimbing menjadi baik dan bertaraf international.

Selain upaya itu, pihak pengelola juga melakukan pemindahan satwa surplus di KBS ke beberapa kebun binatang. Berita acara penentuan satwa surplus dari Tim yang terdiri dari Perguruan tinggi (IPB, UNAIR, UGM), LIPI, PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan), LSM dan PKBSI.

"Pihak KBS bisa mengundang perwakilan masyarakat dan jurnalis untuk menyaksikan langsung pemindahan satwa dari KBS ini. Sehingga jurnalis tahu standar teknis pemindahan satwa," katanya.

Hal ini, untuk menghindari pemberitaan yang bergantung pada statemen yang berpotensi memunculkan konflik yang tiada henti di KBS.

"Kuda nil tidak termasuk satwa langka atau endanger spesies karena mudah berkembang biak di alam. Kuda nil adalah satwa pembunuh manusia dengan angka kematian tertinggi di banding singa dan satwa lainnya di Africa," katanya.

Sementara itu, Ketua Harian Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS Tony Sumampau mengatakan pemberitaan yang ada baru-baru ini seakan-akan dibuat untuk menjadikan konflik KBS berkepanjangan. Padahal sesuai rekomendasi Tim Evaluasi Kesehatan dan Pengelolaan KBS September 2012 sudah jelas satwa surplus KBS harus dievakuasi ke lembaga konservasi lain yang memenuhi standar kesejahteraan satwa.

"Kami di TPS menentukan kebun binatang mana saja yang dapat menerima satwa-satwa surplus KBS dengan imbalan satwa 'fresh blood' untuk menyehatkan genetik atau memberi sumbangan pembangunan KBS," katanya.

Tony mengatakan berkaitan dengan kuda nil dan lainnya ke Pematang Siantar Sumut adalah hasil kesepakatan bahwa Pematang Siantar benyumbang 1 museum satwa lengkap dengan peralatan edukasi.

"Kami juga tidak pernah mengunakan kekerasan seperti penjelasan para keeper KBS. Saat ini, keeper KBS justru trauma karena pemberitaan media massa," katanya.

Tony mengatakan dalam rapat di Pemkot Surabaya pada 11 Juli lalu telah disampaikan kegiatan ini dan memang pemindahan satwa ke suatu daerah adalah kewenangan Kemenhut.

"Semua ini akibat oknum yang mengatur untuk memperburuk situasi di KBS. Kalau seperti ini terus kasihan satwa KBS," katanya. (Indriatno/WDA)



» Arsip
» Diakses : 4 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article