Monday, July 15, 2013

FORUM KONSERVASI SATWA LIAR SESALKAN MASALAH KBS BERKEPANJANGAN

Forum Konservasi Satwa Liar Sesalkan Masalah KBS Berkepanjangan
Senin, 15 Juli 2013

KBRN, Surabaya : Konflik soal Kebun Binatang Surabaya yang berkepanjangan disesalkan Forum Konservasi Satwa Liar (Foksi). Foksi berharap terbentuknya Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) yang mengelola manajemen Kebun Binatang Surabaya (KBS) tidak semakin memperpanjang masalah.

"KBS kebanggaan warga Surabaya, juga masyarakat di Indonesia. Masyarakat Internasional juga bisa belajar tentang satwa yang ada di KBS," kata Manager Program Foksi, Indra Harsaputra, di Surabaya, Minggu (14/7/2013).

Indra mengatakan kesejahteraan satwa di KBS yang saat ini telah diupayakan, termasuk upaya pihak pengelola KBS untuk mempertahankan kondisi Melanie, harimau Sumatera yang mengalami gangguan pencernaan merupakan cermin dari upaya keras dari masyarakat menjaga kondisi satwa di KBS.

"Upaya ini perlu terus diapresisi. Mereka sudah bekerja keras menyelamatkan satwa yang ada, meskipun kondisi Melani sulit disembuhkan karena akibat konsumsi daging yang tercemar formalin yang begitu lama serta usia yang sudah tua yakni berumur 15 tahun," katanya.

Saat ini, Melani telah menambah berat badannya sebanyak 6 kg selama 3 minggu di Taman Safari Bogor (TSI) Bogor. Dengan demikian membuktikan suatu kenyataan perawatan satwa, SDM dan fasilitas di KBS belum sebaik di TSI, untuk itu KBS harus terus dibimbing menjadi baik dan bertaraf international.

Selain upaya itu, pihak pengelola juga melakukan pemindahan satwa surplus di KBS ke beberapa kebun binatang. Berita acara penentuan satwa surplus dari Tim yang terdiri dari Perguruan tinggi (IPB, UNAIR, UGM), LIPI, PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan), LSM dan PKBSI.

"Pihak KBS bisa mengundang perwakilan masyarakat dan jurnalis untuk menyaksikan langsung pemindahan satwa dari KBS ini. Sehingga jurnalis tahu standar teknis pemindahan satwa," katanya.

Hal ini, untuk menghindari pemberitaan yang bergantung pada statemen yang berpotensi memunculkan konflik yang tiada henti di KBS.

"Kuda nil tidak termasuk satwa langka atau endanger spesies karena mudah berkembang biak di alam. Kuda nil adalah satwa pembunuh manusia dengan angka kematian tertinggi di banding singa dan satwa lainnya di Africa," katanya.

Sementara itu, Ketua Harian Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS Tony Sumampau mengatakan pemberitaan yang ada baru-baru ini seakan-akan dibuat untuk menjadikan konflik KBS berkepanjangan. Padahal sesuai rekomendasi Tim Evaluasi Kesehatan dan Pengelolaan KBS September 2012 sudah jelas satwa surplus KBS harus dievakuasi ke lembaga konservasi lain yang memenuhi standar kesejahteraan satwa.

"Kami di TPS menentukan kebun binatang mana saja yang dapat menerima satwa-satwa surplus KBS dengan imbalan satwa 'fresh blood' untuk menyehatkan genetik atau memberi sumbangan pembangunan KBS," katanya.

Tony mengatakan berkaitan dengan kuda nil dan lainnya ke Pematang Siantar Sumut adalah hasil kesepakatan bahwa Pematang Siantar benyumbang 1 museum satwa lengkap dengan peralatan edukasi.

"Kami juga tidak pernah mengunakan kekerasan seperti penjelasan para keeper KBS. Saat ini, keeper KBS justru trauma karena pemberitaan media massa," katanya.

Tony mengatakan dalam rapat di Pemkot Surabaya pada 11 Juli lalu telah disampaikan kegiatan ini dan memang pemindahan satwa ke suatu daerah adalah kewenangan Kemenhut.

"Semua ini akibat oknum yang mengatur untuk memperburuk situasi di KBS. Kalau seperti ini terus kasihan satwa KBS," katanya. (Indriatno/WDA)



» Arsip
» Diakses : 4 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment