Thursday, July 11, 2013

PISANG UNIK DARI PASURUAN

Pisang Unik dari Pasuruan
Kamis, 11 Juli 2013

TEMPO.CO, Pasuruan - Kebun Raya Purwodadi di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, meneliti pisang kates (Musa acuminata x Musa balbisiana). Pisang unik tersebut sebenarnya sudah ditanam sebagai koleksi sejak 1972 bersama ratusan jenis pisang lain. Kebun raya itu memiliki koleksi pisang 214 jenis, 103 kultivar dari tiga jenis induk silangan, dan satu marga.

Menurut peneliti pisang Kebun Raya Purwodadi (KRP) Lia Hapsari, pisang kates menjadi salah satu pisang kultivar kebanggaan KRP. Bentuknya sangat unik dan tidak ditemukan di luar Pasuruan.

Pisang kates sering berbuah, tapi tidak pernah diekspos sehingga luput dari perhatian peneliti. Akibatnya, informasi ihwal pisang kates nyaris tak ada. Dulu ditanam sebagai koleksi saja, kata Lia kepada Tempo, Kamis, 27 Juni 2013.

Penelitian pisang kates mulai dilakukan pada 2010. Selain untuk kepentingan sains, penelitian juga ditujukan untuk mengetahui potensi pisang kates sebagai pisang unggulan Pasuruan dan Indonesia. Hingga kini Lia baru bisa memaparkan deskripsi morfologi (penampakkan fisik) pisang kates.

Alumnus Jurusan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor itu menjelaskan, karakteristik morfologi pisang kates sangat unik, berbeda dibanding pisang pada umumnya. Keunikan terlihat dari buahnya. Buah pisang kates tidak bersisir dan tidak berbiji, tumbuh soliter dengan bentuk membulat dengan ujung tumpul. Bentuknya menyerupai buah pepaya sehingga boleh disebut dengan nama pisang pepaya (papaya like banana).

Pohon pisang kates berukuran sedang hingga besar dengan tinggi mencapai 3 meter. Batangnya semu berwarna hijau berlapis lilin tebal. Tandan pisang kates berukuran kecil hingga sedang dengan buah-buah soliter yang tersusun melingkar tak beraturan dan longgar.

Kulit buah tebal berlapis lilin, berwarna hijau saat muda dan kuning lemon saat matang. Daging buah yang sudah matang berwarna krem hingga kuning. Rasanya manis tanpa aroma. Dapat dikonsumsi sebagai pisang buah maupun pisang olahan. Masyarakat dari daerah asal pisang kates lebih menyukai makan pisang kates dalam kondisi segar, ujar Lia.

Pisang unik tersebut aslinya berasal dari wilayah Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Lia belum pernah menjumpai kultivar serupa di daerah lain di Indonesia.

Akan tetapi, pisang kates diketahui masih satu grup dengan pisang pitogo dari Filipina. Morfologi pisang kates dan pisang pitogo pun mirip. Bedanya, pisang pitogo sudah menjadi kultivar populer yang dibudidayakan secara komersial di Filipina, dan telah dikenal penduduk Hawaii dan sekitar Kepulauan Pasifik.

Lia memaparkan, setelah penelitian morfologi, akan dilanjutkan dengan meneliti kandungan nutrisi dan gizinya agar bisa menjadi pisang unggulan Pasuruan dan Indonesia. Jadi bisa dibudidayakan secara komersial.

KRP mengusulkan dan mengajak Pemerintah Kabupaten Pasuruan bekerja sama untuk mendaftarkan pisang kates ke Kementerian Pertanian sebagai kultivar lokal Pasuruan. Dengan begitu, pisang kates akan mendapat perlindungan varietas tanaman (PVT) lokal.

Berdasarkan ketentuan Menteri Pertanian Nomor: 01/Pert/SR.120/2/2006 tentang Syarat Penamaan dan Tata Cara Pendaftaran Varietas Tanaman, pendaftaran varietas lokal hanya bisa dilakukan oleh pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) atau lembaga yang ditunjuk atau dibentuk sesuai lokasi sebaran geografis varietas lokalnya. Selaku wakil Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Pasuruan, KRP hanya memegang otoritas keilmuan.

ABDI PURNOMO



» Arsip
» Diakses : 57 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment