Thursday, July 11, 2013

MASYARAKAT DAERAH RAWAN GEMPA PERLU LAKUKAN PENYELAMATAN DINI SEDERHANA

Masyarakat Daerah Rawan Gempa Perlu Lakukan Penyelamatan Dini Sederhana
Rabu, 10 Juli 2013

Jakarta - Intensitas gempa yang akhir-akhir ini menguncang sejumlah tempat di Indonesia menuntut masyarakat yang berada di lokasi rawan gempa untuk menyiapkan penyelamatan dini sederhana, ketika gempa dan pascagempa.

Praktisi Pendidikan Publik dan Kesiapsiagaan Masyarakat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Irina Rafliana, mengimbau, tatkala gempa terjadi masyarakat harus melihat kondisinya apakah berada dalam posisi rentan dan mengancam atau tidak.

"Jika berada di rumah bisa berlindung di bawah mebel atau kursi. Itu merupakan hal-hal sederhana," katanya di Jakarta, Rabu (10/7).

Selain itu ia pun mengingatkan agar masyarakat memulai untuk menyiapkan logistik cadangan di tas atau yang sebelumnya disiapkan bersama komunitas masyarakat lainnya. Sehingga logistik ini bisa dipakai dalam keadaan mendesak.

Masyarakat pun diminta untuk selain menerima informasi resmi pihak terkait bencana. Membahas bersama tentang ciri-ciri goncangan juga perlu dilakukan sebagai bekal evakuasi dini.

Terkait gempa, Manajer Nusantara Earth Observation Network Penerapan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Agustan sebelumnya mengungkapkan gempa 6,2 Skala Richter yang terjadi di Bener Meriah 2 Juli 2013 lalu, sebenarnya masih ada hubungannya dengan gempa yang terjadi di Aceh 2004 silam. Seperti dikutip dari situs BPPT, Agustan menyebutkan bahwa gempa Aceh 2004 lalu memiliki kekuatan besar yang mencapai 9,3 Skala Richter.

Sehingga energinya tersalurkan. Namun masih ada juga energi yang belum tersalurkan kemudian masuk ke patahan yang ada," kata Agustan.

Sebagai informasi, di Aceh terdapat tiga patahan yakni patahan Aceh, Seuleumeum dan Batee. Gempa pada Selasa (2/7) terjadi pada patahan Seuleumeum. "Daerah tersebut merupakan daerah patahan gempa. Akibat akumulasi energi yang masuk ke daratan maka terjadi gempa tersebut," ujarnya.

Ia menyebut di Aceh potensi gempa masih sangat besar, bisa mencapai 7 Skala Richter. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memperkirakan kapan gempa terjadi.

"Teknologi tercanggih yang ada saat ini baru bisa mengetahui terjadi gempa tiga detik setelah kejadian. Itu di Jepang. Kalau di Indonesia paling 10 detik setelah kejadian," ungkap Agustan yang juga pakar Geodinamika ini.

Untuk itu ia mengimbau masyarakat mengingat Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Gempa bumi berkekuatan 6,2 SR dengan kedalaman 10 kilometer (km) terjadi di wilayah Aceh pada pukul 14.37 WIB, Selasa (2/7). Pusat gempa di daratan berada 35 km barat daya Kabupaten Bener Meriah atau 43 km tenggara Kabupaten Bireuen, atau 50 km barat laut Kabupaten Aceh Tengah. Gempa selama 15 hingga 45 detik itu dirasakan sangat kuat oleh warga Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)Sutopo Purwo Nugroho mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terkait terjadinya gempa dengan magnitude yang cukup besar, seperti di Aceh 6,2 SR, Pagai Selatan 6,1 SR dan Malang 5,9 SR.

"Gempa bersifat mendadak dan tidak dapat diprediksikan. Saat merasakan gempa segera keluar dari rumah dan mencari tempat yang aman. Jika di pantai segera mencari tempat yang tinggi dan aman," ucapnya.

Berdasarkan catatan BNPB, pascagempa Aceh (2/7) lalu terdapat 52.113 jiwa pengungsi atau 12.301 kepala keluarga (KK), di mana di Bener Meriah terdapat 19.984 jiwa (5.034 KK) dan di Aceh Tengah ada 32.129 jiwa (7.267 KK) serta korban meninggal 39 orang.

Sedangkan gempa 5,9 SR di 112 km tenggara Malang, Jawa Timur pada Senin (8/7) pukul 09:13:39 WIB, di kedalaman 10 km juga memberikan dampak kerusakan rumah dan bangunan di daerah selatan Malang.

Tercatat 124 rumah rusak yang meliputi 11 rumah rusak berat, 18 rumah rusak sedang, dan 95 rumah rusak ringan di 5 kecamatan serta terdapat 1 orang korban patah tulang, akibat lari dari rumah dan terjatuh.



» Arsip
» Diakses : 28 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment