Saturday, June 29, 2013

BPPT INISIASI PEMBENTUKAN FORUM JARINGAN INOVASI BATIK KOTA PEKALONGAN

Category: Berita Kebijakan Teknologi

Sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri batik dan kohesi sosial di Kota Pekalongan, Pusat Pengkajian Kebijakan Difusi Teknologi (PPKDT) BPPT telah menginisiasi pembentukan Forum Jaringan Inovasi Batik di Kota Pekalongan.

Sebagai wadah dan sarana komunikasi yang terdepan untuk meningkatkan interaksi antar pelaku dalam sistem inovasi, forum ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri batik yang sudah ada di Kota Pekalongan, menumbuhkembangkan industri batik pemula berbasis teknologi di Kota Pekalongan dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat industri batik Kota Pekalongan.

Selain itu berdasarkan penelitian OECD (2001), manfaat forum jaringan inovasi ini secara teori dan bukti empiris adalah untuk memperluas basis pelanggan, pembagian biaya dan risiko berdasarkan perjanjian kerjasama serta membantu perusahaan untuk menangani kompleksitas berbagai sumber dan bentuk teknologi. Selain itu forum jaringan inovasi diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran tentang teknologi baru, memfasilitasi pertukaran segala macam pengetahuan atas dasar saling percaya termasuk antara perusahaan besar dan kecil.

Anggota dari forum jaringan inovasi batik terdiri dari unsur SKPD Kota Pekalongan meliputi Diskominfo, Disdikpora, Disperindagkop UKM, Dissosnakertrans, Bappeda, BPMP2T dan Bagian Perekonomian. Sedangkan dari Perguruan Tinggi meliputi Unikal, Politeknik Batik Pusmanu, STMIK Widya Pratama. Anggota lainnya adalah FEDEP, Telecenter, Bank Jateng, Kospin Jasa, Paguyuban Batik.

Untuk menjalankan tugasnya, pengelola Forum Jaringan Inovasi Batik membentuk bidang-bidang seperti bidang informasi dan komunikasi, bidang riset dan teknologi, bidang manajemen (SDM, pembiayaan dan pemasaran). Selain itu Forum Jaringan Inovasi Batik juga harus mempunyai suatu tempat khusus yang berfungsi sebagai front office yang berfungsi sebagai sekretariat bersama. (AZ/ppkdt/humas)



View the Original article

KAWASAN TEKNOPOLITAN SEBAGAI PENDORONG KABUPATEN PELALAWAN MENJADI KAWASAN PEMERHATI INVESTASI (KPI)

Category: Berita Kebijakan Teknologi

Beberapa waktu lalu, BPPT melalui Kedeputian Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT) telah menyiapkan masterplan kawasan teknopolitan di beberapa daerah. Salah satunya adalah Kabupaten Pelalawan di Provinsi Riau. Pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru yang menjadi kawasan ekonomi khusus di wilayah Kabupaten Pelalawan tersebut, dinilai merupakan suatu keniscayaan dan patut didukung oleh semua pihak mengingat potensi yang dimiliki serta didukung oleh lokasi wilayah yang strategis di jalur konektivitas Koridor Ekonomi Sumatera.

Dalam kawasan teknopolitan Pelalawan nantinya, harus terdapat tiga pilar utama dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi daerah, regional dan nasional, yaitu adanya industri industri hilir yang akan memberikan nilai tambah produk daerah,  lembaga pendidikan berupa Sekolah Menengah Kejuruan dan Community College setara D1 dan D2 yang akan mempersiapkan tenaga kerja terampil, serta lembaga riset yang akan mendorong inovasi dan penemuan-penemuan teknologi baru guna menunjang industri yang efisien dan berdaya saing tinggi.

Selain tiga pilar utama tersebut tentu dibutuhkan perumahan bagi karyawan, perkantoran, fasilitas sosial dan lain sebagainya sehingga kawasan yang akan dibangun harus berada pada satu hamparan yang luas.

Kawasan yang kemudian disebut sebagai Teknopolitan Pelalawan bergerak pada industri  inti berupa pengolahan kelapa sawit sampai pada produk turunan paling hilir, pengolahan limbah pabrik yang banyak terdapat di Pelalawan menjadi produk ekonomis, dan industri pendukung lainnya.

Sementara itu sebagai syarat untuk bisa dibangunnya kawasan teknopolitan, daerah tersebut harus terlebih dahulu ditetapkan sebagai Kawasan Pemerhati Investasi (KPI) oleh pemerintah pusat.

Upaya Pemkab Pelalawan mengusulkan wilayahnya menjadi KPI sendiri telah mendapat persetujuan dari Menteri Koordinasi Perekonomian sebagai Ketua Harian Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI).  Setelah dilakukan validasi data investasi oleh Tim Kerja Koridor Ekonomi Sumatera pada 19-22 Pebruari 2013 lalu, KPI Kabupaten Pelalawan masuk dalam Dokumen Perencanaan KPI – MP3EI yang rencananya akan dilaunching oleh Presiden RI pada bulan Desember 2013 mendatang.

Berkaitan dengan persetujuan KPI Kabupaten Pelalawan tersebut, Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan bersama Tim Kerja Koridor Ekonomi, KP3EI, dan BPPT, khususnya Tim Penyusun Masterplan Kawasan Teknopolitan Pelalawan telah melakukan pembahasan Kawasan Teknopolitan Pelalawan 22 Mei 2013 lalu.

Tujuan pertemuan tersebut adalah ingin mendorong KPI Kabupaten Pelalawan melalui pengembangan kawasan teknopolitan. Mengingat kawasan teknopolitan merupakan sebuah konsep baru maka diperlukan penyamaan persepsi terhadap konsep tersebut.

Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan Teknolopolitan Pelalawan antara lain:

  1. Telah dipersiapkan lahan seluas 3.650 Ha di wilayah Kecamatan Langgam. Hal ini didukung secara bulat oleh pemangku adat dan penguasa tanah ulayat di lokasi tersebut.

  2. Telah dilakukan pencanangan Teknopolitan Pelalawan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Negara Riset dan Teknologi pada Tanggal 10 April 2012.

  3. Pada Tanggal yang sama (10 April 2012) telah pula dicanangkan Pusat Inovasi di Kabupaten Pelalawan oleh Menteri Koodinator Bidang Perekonomian dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

  4. Telah disusun Masterplan Pengembangan Teknopolitan Pelalawan bekerjasama dengan BPPT.

  5. Telah dilakukan persiapan pendirian Perguruan Tinggi Pelalawan (Community College setara D1 dan D2) dengan langkah-langkah ; menyediakan dana hibah untuk opersional Perguruan Tinggi di dalam APBD Kabupaten Pelalawan Tahun 2012 sebesar Rp. 4,3 Miliyar, mempersiapkan kantor administrasi dan kantor yayasan serta ruang belajar sementara, telah dilakukan rekrutmen tenaga dosen,  telah disusun proposal sesuai ketentuan berlaku dan telah diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk proses perizinan.

  6. Telah dilakukan promosi dan pengenalan terutama bagi calon investor baik dalam maupun luar negeri.

  7. Perlu diajukan pelepasan HPK menjadi APL secara parsial.

  8. Perlu segera ditetapkan lembaga pengelola kawasan teknopolitan Pelalawan.



View the Original article

LIPI SIAPKAN KADER UNTUK TRANSFORMASI MENJADI LEMBAGA RISET MODERN

LIPI Siapkan Kader untuk Transformasi Menjadi Lembaga Riset Modern
Jumat, 28 Juni 2013

(Bogor, 28 Juni 2013 Humas LIPI). Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi di tataran global perlu disikapi secara pro aktif oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Di usia yang menjelang 46 tahun dan tuntutan Reformasi Birokrasi, LIPI mempersiapkan langkah-langkah strategis pembenahan organisasi dan sumber daya manusia.

Pada tanggal 25-28 Juni 2013 di Cisarua Bogor, lembaga penelitian terbesar di Indonesia ini menyelenggarakan Leadership Development Program (LDP) dengan tema Leading to Change. Program ini diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari pejabat Eselon II dan III di lingkungan LIPI yang terseleksi ketat. Mereka dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan dengan target pencapaian LIPI menjadi Lembaga Riset Modern.

Dr. Djusman Sajuti, Wakil Kepala LIPI dalam sambutan pembukaan mengharapkan, agar program yang sejalan dengan Reformasi Birokrasi LIPI ini dapat menghasilkan pemimpin yang berkomitmen atas visi dan misi organisasi, memiliki integritas, menjunjung tinggi kode etik serta melakukan berbagai perubahan secara efektif dan efisien. Seorang pemimpin juga harus berpikir jangka panjang, strategis dan mampu mengarahkan sumber dayanya untuk pencapaian tujuan organisasi, tegasnya, Selasa (25/6) lalu.

Dalam LDP kali ini, LIPI tidak hanya mengundang narasumber`dari Indonesia, namun juga para pakar dari Perancis dan mitra kerjasama LIPI. Salah satu nara sumber, Prof Bernard Cambou dari ENS Lyon pun mengapreasi para peserta yang sangat kritis dalam diskusi. Materi diskusi yang disampaikan, antara lain teknik negosiasi, sistem evaluasi, public-private partnership, case studies dan team management.

Tak hanya itu, yang menarik pula dari program leadership ini adalah setiap peserta secara teamwork harus menyusun Action Learning Project (ALP) yang mengkaji permasalahan program korporat dan memberikan rekomendasi solusi dalam bentuk Pilot Projects.

Dr. Syahrul Aiman, Ketua Penyelenggara Program LDP mengungkapkan, penyelenggaraan program ini pada tahun awal telah menghasilkan berbagai inisitif baru untuk meningkatkan produktivitas penelitian. Ia berharap LDP tahap sekarang juga dapat menghasilkan berbagai rekomendasi dan solusi atas permasalahan mendasar di LIPI sehingga mampu mencapai visinya.

Dengan mempersiapkan kader organisasi yang terencana dan terukur secara bertahap, lanjutnya, akan memudahkan LIPI dalam mempersiapkan estafet kepemimpinan dan mampu bertransformasi menjadi salah satu lembaga riset kelas dunia. (nt)



» Arsip
» Diakses : 75 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Friday, June 28, 2013

INKUBATOR BISNIS DAN TEKNOLOGI PELALAWAN SEBAGAI WAHANA PENCIPATAAN PERUSAHAAN BARU INOVATIF

Category: Berita Kebijakan Teknologi

"Pilar Pengembangan Teknoprener yang akan dikuatkan merupakan salah satu pilar dalam Penguatan Sistem Inovasi Daerah (PSID) yang saat ini telah diadopsi dan diterapkan di Kabupaten Pelalawan. Keberhasilan penerapan program PSID di Pelalawan ini telah dijadikan oleh BPPT sebagai salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU) BPPT. Karena itulah Kabupaten Pelalawan menjadi salah satu daerah prioritas utama pelaksanaan program PSID,” ungkap Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT), Tatang A Taufik pada acara Training of Trainer  (ToT) Pengelola Inkubator Bisnis dan Teknologi Kabupaten Pelalawan (18/6).

Acara yang berlangsung di Aula Gedung Bappeda Kabupaten Pelalawan tersebut diselenggarakan atas kerjasama Balai Inkubator Teknologi (BIT) BPPT dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan dalam hal ini Bappeda dan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pelalawan. Peserta yang hadir terdiri dari Tim Pokja Teknopreneur dan Tim Pengelola Inkubator Pelalawan yang terdiri dari 30 orang peserta.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Pelalawan yang diwakili oleh Asisten IV, Zuhelmi menyampaikan bahwa Pemkab Pelalawan menyambut baik dan akan mendukung program-program kerjasama dengan BPPT. “Lembaga Inkubator Bisnis dan Teknologi ini tentunya kedepan diharapkan dapat berkontribusi pada upaya-upaya penumbuhan dan peningkatan kualitas UMKM di Pelalawan,” urainya.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Koperasi dan UMKM, H. Milyono, selaku Pembina Inkubator Bisnis dan Teknologi Pelalawan yang menyambut baik adanya lembaga inkubator yang akan menjadi lembaga intermediasi lintas SKPD tersebut. Program-program SKPD nantinya diharapkan diarahkan mendukung program inkubator dalam bersama-sama membina calon-calon pengusaha baru (tenant).

“Pertumbuhan perusahan baru di Pelalawan akan menjadi sebuah solusi dalam penciptaan lapangan kerja baru yang tentunya akan berkorelasi pada peningkatan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pendirian inkubator ini juga merupakan wujud dari Perjanjian Kerjasama Program Teknopreneur antara Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Pelalawan dengan BIT BPPT dalam upaya mendukung PSID di Pelalawan,” lanjutnya.

Pengelola Inkubator Bisnis dan Teknologi Kabupaten Pelalawan yang diketuai oleh T. Burhanuddin dibagi dalam tiga bidang yaitu bidang promosi dan pemasaran, bidang produksi dan inkubasi, serta bidang SDM dan keuangan. Anggota tim pengelola berasal dari lintas SKPD, sehingga diharapkan program inkubator dalam upaya mencetak perusahaan-perusahaan pemula mendapatkan dukungan dari seluruh SKPD yang terkait.

Seperti contoh misalnya tenant membutuhkan perizinan usaha maka dapat didukung oleh Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu; bila tenant memerlukan penguatan teknologi pengolahan maka dapat didukung Dinas Perindustrian; bila tenant memerlukan promosi dan pemasaran maka yang mendukung adalah Dinas Koperasi dan UMKM, dan kebutuhan lainnya disesuaikan dengan program yang ada pada SKPD terkait.

ToT ini dipandu oleh narasumber dari BPPT yang dipimpin oleh Kepala BIT BPPT, Iwan Sudrajat yang menyampaikan materi Pengembangan Teknoprener, dilanjutkan oleh Sulhajji Jompa, dengan materi Manajemen Pengelolaan Inkubator.

Pada hari kedua (20/6/2013) materi yang disampaikan mengenai Proses Inkubasi yang dipandu oleh tiga pemateri yaitu Moh. Hamdani, Salman Al Farizi dan Priyono. (SJ/bit/humas)



View the Original article

Seminar Nasional TMC Untuk Menuju Ketahanan Pangan dan Energi Nasional

Category: Berita Teknologi Sumberdaya Alam & Kebencanaan

“Mengatasi asap di Pekanbaru Riau, tim UPT Hujan Buatan BPPT sudah melakukan 8 sorti penerbangan: 6 kali pesawat Hercules dan 2 pesawat Cassa dibantu tiga pesawat helikopter untuk melakukan hujan buatan dan water bombing,” ungkap Kepala UPT Hujan Buatan BPPT,  F. Heru Widodo. Heru menjelaskan bahwa sebelumnya terdapat 164 hotspot dan sekarang tinggal 6 hotspot. “Saat ini memang hotspot mulai berkurang dan badai tropis sudah hilang. Namun kita tetap waspada memasuki musim kemarau hingga Oktober nanti, dimungkinkan hotspot bisa bertambah," ujarnya di sela Seminar Aplikasi TMC (Hujan Buatan) sebagai Alternatif Teknologi Menuju Tercapainya Ketahanan Pangan dan Energi dan Manfaatnya Bagi Provinsi, Kabupaten, Kota di Auditorium BPPT, Kamis (27/6).

Heru juga  menyebutkan bahwa musim yang dinamis membuat asap terjadi di bulan Juni, meski biasanya terjadi bulan Agustus-September. Oleh karena itu perlu penanganan dini. Sebab badai tropis di Laut China Selatan membuat massa uap air tersedot, sehingga sekitaran Sumatera kering dan miskin uap air. Namun saat ini secara riil hujan mulai sedikit terjadi di Pekanbaru dan harapannya terjadi hujan terus-menerus dan tumbuh banyak awan. Di Pekanbaru TMC pun masih akan berlangsung satu bulan.

Sementara itu, untuk memaksimalkan operasi TMC Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Ridwan Djamaluddin mengungkapkan saat ini BPPT memiliki lima pesawat yang dioperasikan untuk TMC. Ia pun berharap adanya tambahan pesawat baru untuk memaksimalkan TMC. “Apalagi tujuannya akan ditingkatkan di sektor pangan dan energi. Permintaan TMC sudah banyak dan mulai tidak terlayani. Kita butuh tambahan pesawat baru dan sedang menjajaki usulan dengan PT Dirgantara Indonesia dengan lebih besar lagi dampaknya, tidak perlu membeli dari luar dan menggunakan produk dalam negeri," ungkapnya.

Di sektor pangan, lanjut Ridwan, Thailand sudah lama memanfaatkan TMC dan memiliki satu skuadron pesawat khusus. Sehingga produktivitas tanaman, beras dan buahnya selalu baik, tidak terkendala perubahan iklim hingga bisa mengekspornya.

Heru mengungkapkan idealnya Indonesia memiliki 10 pesawat TMC. Jika nantinya akan memaksimalkan potensi pangan, 10 pesawat tersebut akan mengoptimalkan hujan buatan untuk mengisi waduk dan irigasi di 10 provinsi seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat.

Seminar Nasional TMC Untuk Menuju Ketahanan Pangan dan Energi Nasional

Perubahan iklim saat ini telah menjadi perhatian global, karena memberikan banyak dampak negative bagi Indonesia, salah satunya adalah pada sector pertanian. Kejadian banjir serta kekeringan akibat pergeseran musim dan berkurangnya curah hujan pada beberapa daerah di Indonesia menyebabkan besarnya potensi gagal panen. The Inter-Center Working Group on Climate Change (ICWG-CC) pada tahun 2002 menyatakan bahwa produktivitas pertanian di Asia diprediksi menurun sebesar 20%. Semakin bertambahnya frekuensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrim menjadi penyebab utama menurunnya produktivitas pertanian. Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang, memiliki populasi penduduk miskin cukup besar, paling rentan terkena dampak perubahan iklim tersebut. Dari paparan laporan JICA (Gollen, 2012), terkait dengan hasil studi tranformasi pertanian dan ketahanan pangan pada tahun 2040 di negara ASEAN, hasil panen padi Indonesia sejak 2000 hanya meningkat sekitar 1 persen per tahun, sementara pertumbuhan penduduk di Indonesia bertumbuh 1,5 persen per tahun. Ini terlihat dalam data jumlah penduduk Indonesia yang terus bertambah dari 213 juta jiwa (2000) hingga mencapai 242 juta jiwa (2011).

Dalam rangka menunjang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), khususnya di sector ketahanan pangan, Kementerian Pertanian telah mencanangkan program surplus 10 juta ton beras yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2014. Tekad pemerintah untuk tercapainya 10 juta ton beras bukanlah hal yang mudah. Dampak perubahan iklim (kekeringan dan banjir), diprediksi akan menjadi kendala utama yang menghambat tercapainya ketahanan pangan nasional tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung terwujudnya ketahanan pangan dan sekaligus ketahanan energi, diperlukan solusi teknologi yang dapat mengantisipasi atau meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh faktor iklim. Salah satu di antaranya yaitu dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). BPPT melalui UPT Hujan Buatan sudah cukup berpengalaman mendayagunakan TMC dalam mendukung program ketahanan pangan dan ketahanan energi, melalui pengisian waduk-waduk yang berfungsi untuk irigasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Tidak hanya itu, TMC juga kerap menjadi solusi untuk penanganan masalah bencana kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan yang hampir selalu terjadi setiap tahun di Indonesia manakala musim kemarau tiba. Contohnya, seperti yang saat ini tengah dilakukan di Pekanbaru (Riau). Sejak masalah kabut asap mulai ramai dibicarakan akibat komplain dari Negara tetangga sehingga mulai menjadi masalah nasional, TMC turut berperan aktif sebagai salah satu upaya penanganan pemadaman kebakaran lahan dan hutan melalui operasi udara.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap Program Ketahanan Pangan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui UPT-Hujan Buatan (UPTHB), bekerjasama dengan Lembaga Kajian Pembangunan Daerah (LKPD) merencanakan akan menyelenggarakan SEMINAR NASIONAL APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (HUJAN BUATAN) SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI MENUJU TERCAPAINYA KETAHANAN PANGAN & ENERGI DAN MANFAATNYA BAGI PROVINSI/KABUPATEN/KOTA. Seminar Nasional ini akan menghadirkan praktisi dan narasumber dari BPPT, Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian PPN/Bappenas, BMKG, BNPB, PemProv DKI Jakarta, PemProv Kalimantan Tengah, BUMN, dan Dunia Usaha.

Seminar Nasional ini, akan membahas 3 (tiga) agenda, yakni : (1) Teknologi Modifikasi Cuaca dari aspek teknis, mekanisme kerja sesuai dengan prosedur dan tahapan, sistem logistik, dan biaya pengoperasian TMC; (2) Manfaat Teknologi Modifikasi Cuaca dalam menanggulangi bencana kekeringan akibat iklim yang ekstrim, bencana kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan, bencana hidrometeorologi (banjir), dan manfaat lainnya dalam rangka menuju tercapainya Ketahanan Pangan (food security) dan Ketahanan Energi (energy security); (3) Peluang kerjasama antara UPT-Hujan Buatan dengan Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, BUMN, dan Dunia Usaha (khususnya di sektor Perkebunan, Kehutanan, dan Pertambangan) dalam pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (Hujan Buatan). (SYRA/humas)



View the Original article

BPPT BERIKAN DUKUNGAN TEKNIS PENERAPAN E-VOTING PEMILIHAN KEPALA DESA DI MUSI RAWAS

Category: Berita Teknologi Informasi,Energi & Material

Dalam upaya melakukan inovasi terkait penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada pemilihan Kepala Desa di Musi Rawas, Sumatera Selatan 2014 mendatang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Rawas melakukan penandatanganan Kesepakatan Bersama dengan BPPT mengenai Pengkajian, Penerapan dan Pemasyarakatan Teknologi untuk Mendukung Pembangunan Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan (26/06).

“BPPT menganggap penandatanganan ini sebagai bagian yang sangat strategis terutama di bidang TIK, karena akan menyangkut banyak hal. Salah satunya adalah bagaimana kita memperbaiki pilar-pilar demokrasi karena ini merupakan bagian bagaimana kita memperbaiki tata kita bermasyarakat dan bernegara memasuki era modern,” ungkap Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT), Tatang A Taufik.

Implementasi e-voting di Kabupaten Musi Rawas ini tentu saja perlu disiapkan,  karena menurut Tatang  akan menyangkut banyak hal. Saat ini dari sisi teknis, BPPT melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) sedang mengembangkan terus kesiapan teknologi dari perangkat-perangkat e-voting. “Karena kedepan kita perlu mempersiapkan berbagai alternatif yang sesuai untuk kondisi sosio cultural Indonesia,” jelas Tatang.

Melalui kerjasama ini Tatang berharap pemanfaatan teknologi e-voting dapat menjadi titik masuk mengembangkan kerjasama kedepan dalam rangka mendukung pembangunan kabupaten Musi Rawas. Kemudian yang penting dalam mengungkit pembangunan di Musi Rawas menurutnya adalah bidang agro. Sesuai dengan misi kabupaten yang dengan tegas disebutkan mengenai kawasan agropolitan dan pertambangan. Sehingga Kedeputian TAB dan TPSA akan memiliki peran yang terbuka untuk bersama-sama Pemkab Musi Rawas dan stakeholder setempat untuk dapat mempercepat pembangunan.

Keinginan Musi Rawas dalam menerapkan e-voting sendiri telah diajukan pada akhir tahun 2012. Studi banding pun telah dilakukan dengan melihat langsung di Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Boyolali pada pemilihan Kepala Desa dengan metode e-voting.

Pada kesempatan yang sama, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kabupaten Musi Rawas, Syaiful Anwar Ibna yang mewakili Bupati Musi Rawas, Ridwan Mukti bahwa penandatanganan kerjasama dengan BPPT tersebut penting untuk kami belajar dan mencoba menyelenggarakan pemerintahan secara baik. Terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu, pemilukada maupun pemilihan kepala desa.

“Melalui kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan perbaikan-perbaikan penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut pemilihan kepala desa. Mengingat selama ini setiap pemilihan yang dilakukan pasti menimbulkan dinamika yang luar biasa dan persoalan-persoalan di masyarakat,” ungkap Syaiful.

“Harapannya dari penandatanganan kerjasama ini dapat ditindak lanjuti dengan kerjasama-kerjasama yang lebih konkrit dan lebih operasional di lapangan sehingga kita berharap kerjasama ini dapat berbuah kemanfaatan,” tutup Tatang.          

Hadir pada acara penandatanganan tersebut Kepala BPPT, Marzan A Iskandar, Kepala Bidang Sistem Komunikasi Multimedia, Kelik Budiana yang mewakili Direktur PTIK, serta beberapa staf dari BPPT dan SKPD Pemkab Musi Rawas. (SYRA/humas)



View the Original article

BUMN INNOVATION AWARD 2013

Category: Berita Kebijakan Teknologi

“Dorongan untuk terus melakukan inovasi agar dapat menghadapi persaingan bisnis mendatang semakin terasa diperlukan. Inovasi dan produk BUMN yang ada harus terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan konsumen di Tanah Air dan menghidupkan persaingan bisnis nasional maupun global,” ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan A Iskandar, selaku Ketua Dewan Juri saat memberikan sambutan pada acara BUMN Innovation Award 2013, di JCC, Senayan (27/06).

Pada acara tersebut ada tiga kategori penghargaan, yaitu Kategori Inovasi Per Sektor, Kategori Inovasi Khusus dan Kategori Inovasi Koperasi. Marzan menjelaskan bahwa proses penilaian dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner kepada seluruh BUMN. Kuisioner ini terdiri dari 2 bagian, yakni terkait kebijakan dan budaya Inovasi perusahaan, serta indeks inovasi.

“Ada 43 BUMN dengan 110 Inovasi Unggulan BUMN, yang berhasil lolos hingga akhir penilaian (wawancara penjurian). Inovasi tersebut terdiri dari 56 Inovasi Produk dan 54 Inovasi Teknologi Unggulan BUMN,” paparnya.

Pada kesempatan yang sama  Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan BUMN Innovation Award 2013 mengambil tema Innovation for Indonesia. Berbeda dengan award lainnya, kegiatan ini fokus untuk mendorong munculnya inovasi teknologi dan produk unggulan BUMN.

Dahlan pun mengapresiasi BUMN-BUMN yang telah berhasil melakukan inovasi di bidang teknologi dan produk, termasuk BUMN yang telah berperan aktif dalam mendorong berkembangnya praktek inovasi di Indonesia. "Sebagai penggerak ekonomi nasional, BUMN sangat diwajibkan juga menjadi penggerak inovasi di Indonesia. Dengan produk unggulan yang ada BUMN siap menghadapi Asean Economy Community (AEC) pada tahun 2015 " tuturnya

Pemberian penghargaan pun berlangsung meriah, Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi (PKT), Tatang A Taufik membacakan penghargaan dari tiga kategori yang diusung tersebut berdasarkan kelompok sektor usaha BUMN, yang terdiri dari sektor logistik, infrastruktur, jasa keuangan, energi pertambangan, agrobisnis, dan manufaktur. Di samping itu, Kementerian BUMN juga akan memberikan penghargaan kategori khusus, yakni terkait dengan Green Product, Green Technologi, Innovation Commitment for SMEs dan Culture Innovation. (SYRRA/humas)



View the Original article

TAHUN 2013 INDONESIA BAKAL MILIKI 300 ILMUWAN NANOTEKNOLOGI

Tahun 2013 Indonesia Bakal Miliki 300 Ilmuwan Nanoteknologi
Jumat, 28 Juni 2013

[JAKARTA] Masyarakat Nano Indonesia menargetkan tahun 2013 Indonesia akan memiliki 300 ilmuwan yang fokus di bidang pengembangan nanoteknologi.

Executive Director Masyarakat Nano Indonesia Suryandaru mengungkapkan bahwa hingga saat ini Indonesia baru memiliki sekitar 100 ilmuwan nanoteknologi.

Jumlah itu didasari saat tahun 2008, Masyarakat Nano Indonesia pernah menerbitkan buku 100 dokter nano.

"Masyarakat Nano Indonesia terbentuk pada tahun 2005, yang didalamnya berisi peneliti LIPI, Batan, BPPT, dan beberapa kementerian," katanya di sela-sela Workshop Nasional Nanoteknologi untuk Memperkuat Kapasitas Manajemen Penelitian di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, Rabu (26/6).

Di Indonesia lanjutnya MNI fokuskan pengembangan nanoteknologi menjadi tiga hal, pertama nano material dan coating, farmasi, pangan dan pertanian.

"Produk-produk nanoteknologi yang ada di Indonesia lebih kepada produk herbal dan pertanian," ucapnya.

Ketua Komite Inovasi Nasional Zuhal memandang nanoteknologi bisa diaplikasikan ke banyak bidang, seperti energi dan coating.

"Sebetulnya peneliti-peneliti kita sudah sangat ahli dalam nanoteknologi. Tapi, yang belum terjadi adalah kerja sama dengan industri, sehingga produk-produk dari hasil penelitian belum banyak yang diaplikasikan oleh industri," ungkapnya.

Saat ini Komisi Inovasi Nasional sudah mengambil inisiatif untuk mengumpulkan ikatan Kamar Dagang dan Industri agar produk-produk nanoteknologi buatan dalam negeri yang dipakai oleh industri.

Selama ini lanjutnya banyak industri yang masih mengimpor produk nanoteknologi, padahal di Indonesia sudah banyak tersedia.

KIN pun tambahnya sudah mengumpulkan departemen-departemen yang memiliki penelitian nanoteknologi bersatu dan bersinergi untuk fokus menciptakan produk nanoteknologi untuk kebutuhan dasar manusia dan industri.

Ia menyadari dana penelitian memang masih menjadi masalah di negeri ini. Untuk mengembangkan nanoteknologi di Indonesia selama lima tahun hanya sekitar US$ 3 juta. Sedangkan China memiliki dana hingga US$300 juta per tahun.

"Meskipun kecil, kita harus tetap berusaha semaksimal mungkin," ucapnya.

Sebab menurutnya, Indonesia sudah punya peneliti, sumber daya alam yang bisa menjadi potensi besar untuk mengembangkan nanoteknologi.

Hanya tinggal sarana dan prasarana saja yang perlu ditingkatkan. [R-15]



» Arsip
» Diakses : 21 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Thursday, June 27, 2013

LEGISLATOR NILAI PUPUK LIPI BUKTI PENELITI MEMBUMI

Legislator nilai pupuk LIPI bukti peneliti membumi
Jumat, 28 Juni 2013

Ngawi (ANTARA News) - Anggota Komisi VII DPR RI bidang Ristek, sumber daya mineral dan lingkungan hidup HM Markum Singodimedjo mengemukakan bahwa pupuk organik hayati (POH) temuan LIPI merupakan wujud nyata "membumi"-nya para peneliti.

"Dengan demikian, hasil penelitian para ilmuwan itu bisa langsung diaplikasikan kepada rakyat, dan tidak sekadar menumpuk di lemari atau gudang," katanya di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Rabu.

Awalnya, kata dia, sebagai legislator di Komisi VII yang mitranya antara lain Kementerian Ristek, BPPT, termasuk LIPI, ia mencoba menggugat kemana hasil-hasil penelitian yang dibiayai APBN itu.

"Saya lihat rekan-rekan di BPPT, Ristek, termasuk LIPI punya potensi dan keahlian, tetapi hasil penelitian selama ini masuk kotak, lemari, gudang. Nah, itu yang saya gebrak," katanya.

Harapannya, kata dia, para ahli itu bisa turun ke lapangan mengaplikasikan temuan-temuannya.

"Mereka sempat bilang itu tugas Litbang di lembaga dan kementerian, tetapi saya bilang tidak. Pokoknya anda (peneliti) turun dulu," katanya.

Setelah itu, ditanya berapa kebutuhan dananya, kemudian kalangan legislatif yang mengupayakan anggarannya melalui APBN, khususnya melalui Komisi VII.

"Dalam posisi sebagai anggota Komisi VII, saya turun sesuai bidang saya, misalnya Ristek dengan program peternakan, yang kemudian bisa dilakukan kerja sama dengan rakyat untuk disebarluaskan," katanya.



» Arsip
» Diakses : 11 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

PENGAMAT: PERLU INSTITUTIONAL BUILDING DALAM PARTAI POLITIK

Pengamat: Perlu Institutional Building Dalam Partai Politik
Kamis, 27 Juni 2013

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Indria Samego mengatakan saat ini banyak politisi yang tersandera partai politik dalam menyalurkan aspirasinya karena terkungkung dengan kebijakan partai.

"Dilema kawan-kawan di Senayan sana, bahwa banyak juga anggota DPR yang mencoba memihak rakyat, tapi gara-gara PAW (Pergantian Antar Waktu) ancaman itu, kekuasaan oligarki partai, akhirnya mereka tutup mulut," ujar Indria saat ditemui usai menghadiri diskusi bertajuk "Dilema Wakil Rakyat : Antara Kepentingan Rakyat dan Kepentingan Partai Politik", Rabu (26/6/2013).

Menurutnya saat ini diperlukan perbaikan dari sisi partai politik, di mana partai politik harus bisa berbuat lebih dan berjuang untuk kepentingan rakyat.

"Ini persoalan partai bukan individu karena yang diperlukan di negeri ini bukan pembangunan personal tapi pembangunan partai, institusional building, sehingga partai hari ini lebih bagus dari partai yang kemarin," tuturnya.

Ia menuturkan bahwa partai politik seharusnya menyadari kekuatan yang mereka miliki saat ini dan menggunakan kekuatan tersebut untuk kepentingan rakyat banyak.

"Dengan suara-suara ini makin keras akan memberi masukan bagi mereka (partai politik), oh kita sekarang punya kekuatan untuk membentuk," tandasnya.



» Arsip
» Diakses : 9 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI SIAP PIMPIN IMPLEMENTASI TEKNOLOGI NANO DI INDONESIA

LIPI Siap Pimpin Implementasi Teknologi Nano di Indonesia
Kamis, 27 Juni 2013

Jakarta, GATRAnews - Lembaga Iilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan Asian and Pasific Centre for Transfer of Technology (APCTT) of the United Nations Economic and Social Commisions for Asia and the Pasific (ESCAP) menyelenggarakan Workshop Nasional Nanoteknologi untuk memperkuat kapasitas manajemen penelitian, Rabu, (26/6).

Penyelenggaraan Workshop ini didasari pesatnya perkembangan nanoteknologi di Indonesia, khususnya di dunia industri belakangan ini. "Perkembangan nanoteknologi saat ini terbilang pesat seiring permintaan kebutuhan industri dalam berbagai bidang untuk menyuplai teknologi tersebut ke dalam produk industrinya," jelas Dr. Nurul Taufiqu Rochman selaku peneliti Nanoteknologi dari LIPI di Jakarta, Rabu, (26/6).

Nanoteknologi merupakan teknologi pada skala nanometer atau sepermilyar meter. Dengan menciptakan zat berukuran nano, maka sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan.

"Nanoteknologi merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi lebih berharga dari sebelumnya," katanya.

Penerapan teknologi nano yang sangat signifikan terlihat dari perubahan bentuk komputer yang kini semakin ringkas, tidak hanya mengubahnya menjadi semakin ringkas tetapi menambah kemampuannya dan kapasitasnya meningkat luar biasa.

"Sehingga, hal tersebut memungkinkan penyelesaian progran-program raksasa dalam waktu singkat," tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Inovasi LIPI, Prof. Dr. Bambang Subiyanto menuturkan, peneltian mengenai nanoteknologi di LIPI telah mendapatkan perhatian yang signifikan, oleh karena itu LIPI siap menjadi "Leading Institution" untuk implementasi nanoteknologi di Indonesia.

"Ke depan program-program LIPI diharapkan mengakselerasi perkembangan nanoteknologi dan berbicara di kancah dunia internasional," tuturnya.

Saat ini nanoteknologi telah membanjiri produk-produk kebutuhan masyarakat Indonesia mulai; pembuatan komputer, kosmetik, pupuk, bahan polimer, suplemen makanan, hingga ramuan herbal berteknologi nano. (*/WN)



» Arsip
» Diakses : 27 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

NANOTEKNOLOGI DINIKMATI NEGARA MAJU, INDONESIA?

Nanoteknologi Dinikmati Negara Maju, Indonesia?
Kamis, 27 Juni 2013

TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai produk berteknologi nano, seperti komputer, produk elektronika, kosmetik, pupuk, bahan polimer, suplemen makanan hingga ramuan herbal membanjiri Indonesia. Sayangnya semua produk itu menggunakan teknologi nano impor, bukan hasil karya para peneliti Indonesia yang sebenarnya telah menguasai teknologi tersebut.

Ketua Komite Inovasi Nasional Zuhal mengatakan Indonesia sudah siap menerapkan nanoteknologi, cuma belum terjadi kerja sama dengan industri sehingga produk-produk hasil penelitian tidak bisa digunakan industri. Sekarang belum integrated, berjalan sendiri-sendiri, ujarnya pada Workshop Nasional Nanoteknologi untuk Memperkuat Kapasitas Manajemen Penelitian, Rabu, 26 Juni 2013, di Gedung LIPI, Jakarta.

Nanoteknologi adalah teknologi pada skala nanometer atau sepersemiliar meter. Dengan menciptakan zat hingga berukuran nano, maka sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan.

Menurut Zuhal, Komite sudah mengambil inisiatif bersama KADIN untuk mengumpulkan produk nanoteknologi yang bisa dikerjakan Indonesia, tapi masih diimpor. Komite juga berinisiatif agar masing-masing departemen yang sudah ada kegiatan nanoteknologi untuk bersinergi. Kalau tidak, teknologi ini hanya dinikmati negara maju, ujarnya.

Salah satu ketergantungan Indonesia terhadap produk nanoteknologi impor adalah cat. Meski bisa dibuat sendiri, hingga saat ini kebutuhan cat dalam negeri masih diimpor. Untuk mengurangi ketergantungan itu, harus ada diplomasi pemerintah untuk kerja sama riset dengan negara maju.

Indonesia juga harus mempermudah masuknya teknologi itu. Kalau mau mengembangkan sendiri lama. Kita perlu seperti Cina, tangkap dulu, lalu kembangkan teknologinya, ujarnya. Ia merujuk pada langkah Cina mengembangkan Lenovo sehingga menjadi perusahaan komputer terbesar kedua.

Peneliti nanoteknologi dari Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, Nurul Taufiqu Rochman, mengatakan perkembangan nanoteknologi saat ini terbilang pesat seiring permintaan kebutuhan industri dalam berbagai bidang untuk menyuplai teknologi tersebut ke dalam produk industrinya. Nanoteknologi merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya, ungkapnya.

Nurul yang juga Ketua Masyarakat Nano Indonesia mencontohkan perkembangan teknologi nano dalam dunia komputer. Teknologi tersebut tidak hanya mengubah ukuran komputer semakin ringkas, tetapi juga kemampuan dan kapasitasnya meningkat luar biasa. Sehingga, hal tersebut memungkinkan penyelesaian program-program raksasa dalam waktu singkat, tandasnya.

Tak hanya itu saja, bila diimplementasikan dalam pengolahan baja, maka nanobaja mampu menghasilkan baja yang berstruktur halus karena mampu mencapai ukuran beberapa puluh nanometer saja. Kekuatan dan umurnya pun dua kali lipat dari baja terbaik yang ada saat ini.

Kepala Pusat Inovasi LIPI, Bambang Subiyanto, menambahkan, riset nanoteknologi telah mendapatkan perhatian signifikan dan LIPI siap menjadi leading institution untuk implementasi nanoteknologi di Indonesia. Tercatat pada tahun 2008 hingga kini, LIPI telah mengalokasikan total dana sekitar Rp 30 miliar untuk penelitian material maju dan nanoteknologi.

Lebih dari itu, ujarnya, LIPI juga dipercaya sebagai focal point internasional untuk nanoteknologi Indonesia di kancah global melalui organisasi profesi dunia. Ke depan, program-program LIPI diharapkan mengakselerasi perkembangan nanoteknologi Indonesia dan mampu berbicara di kancah dunia internasional, tambahnya. Simak berita tekno lainnya di sini.

ERWIN Z



» Arsip
» Diakses : 48 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

PERKEMBANGAN NANOTEKNOLOGI SEMAKIN PESAT

Perkembangan Nanoteknologi Semakin Pesat
Kamis, 27 Juni 2013

JAKARTA, (PRLM).- Peneliti Nanoteknologi dari Pusat Penelitian Metalurgi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nurul Taufiqu Rochman mengungkapkan, perkembangan Nanoteknologi saat ini terbilang pesat seiring dengan permintaan kebutuhan industri dalam berbagai bidang untuk menyuplai teknologi tersebut ke dalam produk industrinya.

Sebagaimana keterangan pers yang diterima PRLM di Jakarta, Rabu (26/6), nanoteknologi lambat laun telah membanjiri produk-produk kebutuhan masyarakat Indonesia.

Dicontohkan, teknologi ini telah digunakan dalam pembuatan komputer, produk elektronika, kosmetika, pupuk, bahan polimer, suplemen makanan hingga ramuan herbal berteknologi nano.

Nurul menjelaskan bahwa nanoteknologi adalah teknologi pada skala nanometer. Dengan menciptakan zat hingga berukuran nano, maka sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan. Nanoteknologi merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya, ujarnya.

Nurul yang juga Ketua Masyarakat Nano Indonesia mencontohkan, perkembangan teknologi nano dalam dunia komputer. Teknologi ini mengubah tidak hanya ukuran komputer semakin ringkas, tetapi juga kemampuan dan kapasitasnya meningkat luar biasa. Sehingga, hal tersebut memungkinkan penyelesaian program-program raksasa dalam waktu singkat, tuturnya.

Sementara itu, pada Rabu (26/6), bertempat di Ruang Seminar PDII LIPI Jakarta, digelar Workshop Nasional Nanoteknologi untuk Memperkuat Kapasitas Manajemen Penelitian.

Kegiatan ini merupakan kerja sama antara LIPI dengan Asian and Pacific Centre for Transfer of Technology (APCTT) of the United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP).

Kepala Pusat Inovasi LIPI Bambang Subiyanto menuturkan, riset nanoteknologi telah mendapatkan perhatian signifikan dan LIPI siap menjadi leading institution untuk implementasi nanoteknologi di Indonesia. (A-94/A-26)***



» Arsip
» Diakses : 27 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

KOLABORASI LIPI – PEMKAB NGAWI UNTUK TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI

Kolaborasi LIPI Pemkab Ngawi untuk Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Kamis, 27 Juni 2013

(Ngawi, 25 Juni 2013 Humas LIPI). Bertempat di lahan persawahan di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Dr. Siti Nuramaliati Prijono beserta Bupati Ngawi Ir. H. Budi Sulistyono, Ketua DPRD Kabupaten Ngawi bersama jajaran terkait, dan anggota Komisi VII DPR RI Dr. Markum Singodimejo melalukan panen raya padi aplikasi Pupuk Organik Hayati (POH) Beyonic-Startmik pada Selasa (25/6) lalu.

Luas lahan persawahan yang menggunakan POH tersebut adalah seluas 12 hektar dengan pemakaian POH sebanyak 12 liter per hektar yang diberikan selama tiga periode. Pupuk tersebut diproduksi sendiri oleh petani dengan instalasi pembuatan yang ada di Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kecamatan Kedunggalar dengan kapasitas produksi 3000 liter pupuk.

Kabupaten Ngawi menjadi daerah yang pertama memberikan dukungan penuh pengaplikasian POH yang merupakan hasil penelitian dan pengembangan dari Pusat Penelitian Biologi LIPI. Kami menargetkan tahun depan setiap kecamatan mampu memproduksi POH, jelas Budi. Dengan demikian, lanjutnya, dalam 5 tahun ke depan Ngawi menjadi daerah unggulan produksi beras organik. Sekaligus juga mengentaskan petani dari ketergantungan pupuk kimia, sambungnya.

Menurutnya, POH hasil riset LIPI ini memiki keunggulan pada biayanya yang rendah. Jika memakai pupuk kimia petani harus mengeluarkan 1 juta rupiah per hektar, sedangkan dengan POH cukup 150 ribu dengan hasil panen yang meningkat 20 persen, paparnya. Selain itu, beras organik juga mempunyai nilai jual tinggi.

Percontohan

Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Dr. Siti Nuramaliati Prijono memberikan pujian untuk komitmen pemerintah kabupaten Ngawi dalam pengembangan pertanian ramah lingkungan berbasis bahan organik. Jarang ada bupati yang menjadi intermediasi antara Iptek dengan daerah. Harus jadi contoh bagi pimpinan-pimpinan daerah lain di seluruh Indonesia, ujar Lili, sapaan akrabnya.

Menurut Lili, kemampuan daerah harus dibangun untuk membantu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional. Kegiatan diseminasi yang dilakukan LIPI merupakan upaya untuk membantu peningkatan kapasitas dan daya saing daerah sehingga bisa membantu peningkatan pendapatan daerah, terangnya.

Lili melanjutkan, Indonesia sebenarnya mempunyai kekayaan hayati yang luar biasa, salah satunya adalah mikroba. LIPI memiliki koleksi mikroba di setiap tipe ekosistem Indonesia yang disimpan di Indonesian Culture Center di Cibinong Bogor Jawa Barat. Mikroba ini memiliki karakteristik untuk setiap jenis tanah, paparnya.

Selain panen raya, ada pula kegiatan pemberian POH Beyonic-Startmik dan materi pelatihan untuk para petani dari perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di seluruh Kabupaten Ngawi. Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Dr. Bambang Sunarko memberikan materi Pemanfaatan Teknologi Beyonic untuk Menunjang Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Dr. Rosichon Ubaidillah memaparkan Manajemen Pertanian Berkelanjutan, dan Dr. Sarjiya Antonius memberikan pelatihan pembuatan POH Beyonic-Startmik untuk para petani. (fz)



» Arsip
» Diakses : 33 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI, FOCAL POINT INTERNASIONAL NANOTEKNOLOGI INDONESIA DI KANCAH GLOBAL

LIPI, Focal Point Internasional Nanoteknologi Indonesia di Kancah Global
Kamis, 27 Juni 2013

(Jakarta, 27 Juni 2013 Humas LIPI). Sebagai lembaga riset terkemuka di Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki perhatian besar terhadap perkembangan riset nanoteknologi. Tak tanggung-tanggung, lembaga penelitian terbesar di Indonesia ini kini bahkan dipercaya sebagai focal point internasional nanoteknologi Indonesia di kancah global atau internasional.

Sebagai informasi, nanoteknologi merupakan teknologi pada skala nanometer atau sepersemiliar meter. Dengan menciptakan zat hingga berukuran nano, maka sifat dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan. Secara sederhana, nanoteknologi merupakan lompatan teknologi untuk mengubah sebuah materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya.

Kepala Pusat Inovasi LIPI, Prof. Dr. Bambang Subiyanto mengungkapkan, pengembangan nanoteknologi harus terus-menerus dilakukan. "Khusus penelitian ini, LIPI setiap tahun sudah menyediakan dana sebesar enam miliar rupiah. Dana tersebut memang terbilang kecil, namun kami akan berusaha maksimal untuk mengembangkannya," ujar Bambang saat diwawancarai wartawan di sela-sela acara Workshop Nasional Nanoteknologi untuk Memperkuat Kapasitas Manajemen Penelitian, Rabu (26/6) kemarin, di Gedung PDII LIPI Jakarta.

Sejak tahun 2008 sampai hari ini, LIPI sudah menganggarkan dana sebesar Rp 30 Miliar untuk penelitian material maju dan nanoteknologi. Saat ini, Bambang melanjutkan bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada mulai dari fisika, kimia, studi material, dan mekatronika, akan bergabung untuk membuat program kompetitif dalam penciptaan material yang berdasar pada nanoteknologi.

Aplikasi Industri

Dia pun mengharapkan, mampu mengembangkan nanoteknologi hingga bisa diaplikasikan ke industri-industri. "Penelitian nanoteknologi tidak hanya berhenti sampai dipatenkan, namun LIPI juga mencoba untuk mengaplikasikannya sampai ke industri," tandas pria berkacamata itu.

Prof. Dr. Zuhal, Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) mengungkapkan, Indonesia sudah siap menerapkan nanoteknologi, cuma belum terjadi kerja sama dengan industri sehingga produk-produk hasil penelitian tidak bisa digunakan industri. Sekarang belum integrated, berjalan sendiri-sendiri, ujarnya kepada para wartawan.

Dikatakannya, KIN telah berinisiatif bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk mengumpulkan produk nanoteknologi yang dapat dikerjakan Indonesia, namun masih diimpor. KIN juga berinisiatif agar masing-masing departemen yang sudah ada kegiatan nanoteknologi untuk bersinergi. Kalau tidak, teknologi ini hanya dinikmati negara maju, tandasnya.

Sementara itu, Dr. Akmadi Abbas, Sekretaris Utama LIPI dalam sambutan pembukaan acara workshop menuturkan, nanoteknologi adalah fenomena baru dalam kancah perubahan global yang membuat produk menjadi lebih baik. Pembahasan persoalan nanoteknologi tentu menjadi menarik, tak terkecuali dalam sebuah workshop.

Kami sangat mengapresiasi para delegasi Asian and Pacific Centre for Transfer of Technology (APCTT) yang telah ikut terlibat dalam workshop nanoteknologi. Tentunya, kami berharap terjadi transfer ilmu pengetahuan dan pengalaman sehingga bermanfaat bagi kedua pihak dan secara umum masyarakat, tutupnya. (pw)



» Arsip
» Diakses : 22 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Wednesday, June 26, 2013

NGAWI PANEN PADI ORGANIK PERDANA TEKNOLOGI LIPI

Ngawi panen padi organik perdana teknologi LIPI
Rabu, 26 Juni 2013

Ngawi (ANTARA News) - Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa, melaksanakan panen padi organik perdana melalui teknologi temuan peneliti LIPI, yakni menggunakan pupuk organik hayati (POH).

Panen perdana di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar itu dilakukan bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Siti Nuramaliati Prijono, anggota Komisi VII DPR-RI bidang Ristek, sumber daya mineral dan lingkungan hidup HM Markum Singodimedjo beserta gabungan kelompok tani (Gapoktan) setempat.

Di area seluas 12 hektare itu, panen ditandai dengan pemotongan tanaman padi yang selama ini ditanam dengan menggunakan teknologi POH hasil temuan Dr Sarjiya Antonius, peneliti Puslit Biologi LIPI.

Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengemukakan POH adalah upaya LIPI untuk menciptakan kemandirian daerah dalam peningkatan produksi pangan melalui pemanfaatan Iptek.

"Dengan POH biaya pemupukan menjadi lebih murah dan hasil panen meningkat. Produk pertanian organik juga punya nilai jual tinggi, sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani," tuturnya.

Sementara itu, anggota Komisi VII DPR-RI HM Markum Singodimedjo menyatakan bahwa dirinya punya perhatian khusus mendorong LIPI agar lebih "membumi" dengan karya dan produk penelitiannya.

"Saya `geregetan` karena banyak hasil penelitian yang mungkin menumpuk, namun belum bisa diterapkan. Kalau di bidang pertanian, ya...dapat digunakan oleh petani," ucap mantan Bupati Ponorogo dua periode itu.



» Arsip
» Diakses : 15 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

PANEN PADI ORGANIK TEKNOLOGI LIPI

Panen Padi Organik Teknologi LIPI
Rabu, 26 Juni 2013

Ngawi, Antara Jateng - Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Selasa, melaksanakan panen padi organik perdana melalui teknologi temuan peneliti LIPI, yakni menggunakan pupuk organik hayati (POH).

Panen perdana di Desa Jenggrik, Kecamatan Kedunggalar itu dilakukan bersama Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI Siti Nuramaliati Prijono, anggota Komisi VII DPR-RI bidang Ristek, sumber daya mineral dan lingkungan hidup HM Markum Singodimedjo beserta gabungan kelompok tani (Gapoktan) setempat.

Di area seluas 12 hektare itu, panen ditandai dengan pemotongan tanaman padi yang selama ini ditanam dengan menggunakan teknologi POH hasil temuan Dr Sarjiya Antonius, peneliti Puslit Biologi LIPI.

Bupati Ngawi Budi Sulityono mengatakan bahwa kerja sama itu menunjukkan bahwa keberpihakan bisa dibangun para pihak demi kepentingan masyarakat, dalam hal ini para petani.

"Setelah di Kedunggalar ini, kita berharap semua kecamatan akan mengikuti karena terbukti berhasil," ucapnya.

Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono mengemukakan bahwa salah satu tanggung jawab pihaknya kepada masyarakat adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyebarluasan Iptek sebagai solusi atas berbagai permasalahan kritis yang dihadapi masyarakat atau "Memasyarakatkan Ilmu, Mengilmiahkan Masyarakat".

Ia mengatakan LIPI dengan kemampuan yang dimilikinya telah melaksanakan diseminasi Iptek sekurangnya di 28 daerah di Indonesia, salah satunya adalah melalui program Iptekda.

Tujuan diseminasi Iptek, khususnya di bidang pertanian, kata dia, adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan Iptek, meningkatkan kapasitas SDM daerah, dan membantu meningkatkan daya saing ekonomi dengan memanfaatkan potensi daerah.

Panen di Ngawi itu, katanya, adalah diseminasi Iptek LIPI yang bersumber atau berbasiskan dari sumber daya mikroba.

POH, kata dia, adalah upaya LIPI untuk menciptakan kemandirian daerah dalam peningkatan produksi pangan melalui pemanfaatan Iptek.

"Dengan POH biaya pemupukan menjadi lebih murah dan hasil panen meningkat. Produk pertanian organik juga punya nilai jual tinggi, sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani," tuturnya.

Sementara itu, anggota Komisi VII DPR-RI HM Markum Singodimedjo menyatakan bahwa dirinya punya perhatian khusus mendorong LIPI agar lebih "membumi" dengan karya dan produk penelitiannya.

"Saya 'geregetan' karena banyak hasil penelitian yang mungkin menumpuk, namun belum bisa diterapkan. Kalau di bidang pertanian, ya...dapat digunakan oleh petani," ucap mantan Bupati Ponorogo dua periode itu.

Karena itulah, dirinya terlibat dalam mendorong bagi lahirnya kerja sama kolaboratif sehingga terwujud di Kabupaten Ngawi, yang melibatkan Pemda, Bappenas, LIPI dan juga Komisi VII DPR.

Khusus di Ngawi, kata dia, karena bupatinya memiliki visi yang sama dengan dirinya, yakni berpihak kepada petani, maka kerja sama yang dilakukan lebih mudah.

Apresiasi atas peran Bupati Ngawi juga disampaikan Deputi IPH LIPI Siti Nuramaliati Prijono, sehingga selama setahun terakhir dilakukan kerja sama pemakaia POH pada lahan pertanian padi petani.

"Tidak banyak bupati yang punya kepedulian semacam ini, sehingga kita berharap dapat diikuti kepala daerah lain," tandasnya.

Pihaknya memberikan apresiasi karena Bupati Ngawi mampu menjadi intermediasi aspirasi petani dengan LIPI, sehingga terjalin kerja sama dan kemudian diwujudkan dalam bentuk keberhasilan panen itu.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan paparan peneliti LIPI dan dialog dengan Gapoktan setempat di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Kedunggalar.

(Andi Jauhari)



» Arsip
» Diakses : 15 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

INI PONSEL PINTAR RASA LOKAL BUATAN LIPI

Ini Ponsel Pintar Rasa Lokal Buatan LIPI
Rabu, 26 Juni 2013

Masih prototipe. Menggunakan OS buatan anak bangsa. Impresif.

VIVAnews - Di antara produk hankam dan kedirgantaraan yang dipamerkan di acara Pameran dan Peluncuran Produk Teknologi Hankam dan Kedirgantaraan, terselip sebuah ponsel pintar yang menyedot perhatian.

Ponsel itu menggunakan sistem operasi open source buatan anak bangsa, yaitu para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"Saya sangat gembira dengan prototipe ponsel pintar yang akan memanfaatkan sistem operasi open source buatan anak bangsa," kata Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta.

Nama yang diusung untuk sistem operasi prototipe ponsel pintar ini pun mengedepankan nama lokal, yaitu BandrOS, kepanjangan dari Bandung Raya Operating System.

"BandrOS adalah sistem operasi open source yang berbasis Linux. Sistem operasi itu merupakan pengembangan dari sistem operasi desktop yang sudah diciptakan sebelumnya," ujar Wawan Wardiana, Kepala Bidang Komputer LIPI, kepada VIVAnews, 25 Juni 2013.

Wawan menambahkan, setelah berhasil menciptakan sistem operasi untuk desktop pada tahun 2006 sampai 2009, maka mulai tahun 2010, LIPI mulai beralih untuk membuat sistem operasi untuk perangkat lain.

"Terciptanya prototipe ponsel pintar ini adalah buah hasil kerja sama Kominfo dan Kemenristek. Ke depan, kami menginginkan ponsel ini bukan untuk consumer good, tapi untuk segmen pemerintahan dan korporat," ujar Wawan.

Sebenarnya, diakui Wawan, sistem operasi ini bisa digunakan oleh vendor-vendol ponsel lokal, tapi untuk rencana ke depan, akan dibicarakan lagi dengan Kominfo dan Kemenristek.

"Mudah-mudahan akhir tahun ini pemanfaatan dari sistem operasi BandrOS bisa digunakan oleh siapa saja. Kami peneliti hanya menciptakan, selanjutnya terserah industri mau menggunakan atau tidak," tutur Wawan.

Prototipe dari ponsel pintar ini menggunakan processor MTK 6575-cortex A9 1Ghz, memanfaatkan jaringan GSM, layar touchscreen, Dual SIM, dan kamera 2MP.

"Keunggulan dari ponsel pinter ini akan dipamerkan kepada masyarakat di acara puncak Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang digelar di TMII pada 27 Agustus sampai 1 September mendatang," tutup Gusti. (eh)



» Arsip
» Diakses : 38 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

TERSANDUNG KORUPSI, PKS TAK AKAN DAPAT PENCITRAAN DIZALIMI

Tersandung Korupsi, PKS Tak Akan Dapat Pencitraan Dizalimi
Rabu, 26 Juni 2013

JAKARTA - Hubungan antara Partai Demokrat (PD) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) saat ini tengah memanas. Padahal partai dakwah tersebut telah berkoalisi dengan PD sejak 2009 silam.

Pengamat Politik dari LIPI Siti Zuhro, menuturkan PKS tak akan mendapatkan kesan dizalimi oleh Sekertariat Gabungan (Setgab), jika PKS di keluarkan dari koalisi partai pendukung pemerintah.

"PKS tidak akan mendapat pencitraan dizolimi, karena PKS saat ini tengah tersandung kasus di KPK," ucap Zuhro, saat berbincang dengan Okezone, Senin (25/6/2013).

Lebih lanjut Zuhro mengatakan bahwa saat ini nasib PKS tengah terkatung-katung. Karena secara De jure PKS masih berada di dalam koalisi, namun secara de facto PKS tak lagi menjadi partai pendukung pemerintah.

"Jadi PKS sendiri yang membuat dirinya terkatung-katung. PKS saya rasa juga sudah tidak nyaman dengan kondisi ini," ucapnya.

Untuk diketahui, dalam rapat paripurna Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2013. PKS menolak salah satu usulan kenaikan harga BBM. Tindakan ini, tidak sejalan dengan Setgab yang menerima kenaikan tersebut.

Sebelumnya Sekretaris Setgab Koalisi, Syarif Hasan meminta tiga menteri asal PKS mudur secara terhormat. Menurutnya, permintaan itu sesuai dengan Code of Condact Setgab. "Kalau Code of Conduct itu kan ada dua alternatif, mengundurkan diri atau dimundurkan. Memang lebih terhormat mengundurkan diri," kata Syarif di Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Kamis 20 Juni lalu.

Tiga kader PKS yang menjabat menteri di kabinet SBY adalah Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Sosial Salim Segaf al Jufri, dan Menteri Pertanian Suswono. (ydh)



» Arsip
» Diakses : 9 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI GELONTORKAN DANA RP6 M UNTUK NANOTEKNOLOGI

LIPI Gelontorkan Dana Rp6 M untuk Nanoteknologi
Rabu, 26 Juni 2013

VIVAnews - Penggunaan nanoteknologi semakin banyak digunakan untuk produk-produk kebutuhan masyarakat Indonesia. Teknologi itu banyak digunakan dalam pembuatan komputer, produk elektronik, kosmetik, pupuk, polimer, sumplemen, hingga ramuan herbal.

Untuk diketahui, nanoteknologi adalah teknologi pada skala nanometer atau sepersemiliar meter hingga diciptakan berupa zat berukuran nano. Sehingga, sifat dan fungsi zat itu bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan.

Sederhananya, nanoteknologi merupakan lompatan teknologi untuk mengubah sebuah materi menjadi jauh lebih berharga dari sebelumnya. Misalnya, jadi ponsel, komponen komputer, TV, dan semacamnya.

Menurut Nurul Taufiqu Rochman, peneliti nanoteknologi dari Pusat Penelitian Metalurgi LIPI, perkembangan nanoteknologi di Tanah Air saat ini terbilang sangat pesat, seiring permintaan kebutuhan industri dari berbagai bidang untuk mengadopsi nanoteknologi ke dalam produk-produknya tinggi.

"Agar lebih berkembang, diperlukan sebuah pengembangan penelitian agar teknologi tersebut bisa diimplementasikan lebih luas oleh masyarakat Indonesia," kata Nurul, di acara Workshop Nasional Nanoteknologi untuk Memperkuat Kapasitas Manajeman Penelitian, di LIPI, Jakarta, Rabu 26 Juni 2013.

Senada dengan Nurul, Kepala Pusat Inovasi LIPI Bambang Subiyanto mengatakan, pengembangan nanoteknologi harus terus dilakukan.

LIPI akan terus mendanai pengembangan setiap tahunnya. Sejak tahun 2008 sampai hari ini, LIPI sudah menggelontorkan dana sebesar Rp30 miliar untuk penelitian material maju dan nanoteknologi.

"Khusus untuk penelitian nanoteknologi, setiap tahunnya LIPI telah menyiapkan dana sebesar enam miliar rupiah. Dana itu memang sangat kecil, tapi kami akan berusaha maksimal untuk mengembangkannya," ujar Bambang.

Saat ini, semua ilmu pengetahuan yang ada mulai dari fisika, kimia, studi material, dan metatronika, akan bergabung untuk membuat program kompetitif dalam penciptaan material yang berdasar pada nanoteknologi.

"Kami sebagai peneliti berharap untuk mengembangkan nanoteknologi sampai bisa diaplikasikan ke industri-industri," ujar Bambang.

"Jadi, penelitian nanoteknologi tidak hanya berhenti sampai dipaten, tetapi LIPI juga mencoba untuk mengaplikasikannya sampai ke industri," tandas Bambang. (eh)



» Arsip
» Diakses : 54 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Tuesday, June 25, 2013

TINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN PENERAPAN K3 SECARA MENYELURUH

Category: Berita Teknlogi Hankam,Transportasi & Manufakturing

Acara sosialisasi ini merupakan suatu rangkaian upaya untuk merevitalisasi dan mereposisi peran serta fungsi dari UPT Balai. Selama ini UPT balai tersebut sudah melaksanakan tugas sebagai laboratorium penguji. Namun demikian tentunya perlu adanya pengaitan antara visi misi UPT Balai dengan visi misi BPPT. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan peran UPT Balai sesuai dengan lima peran BPPT yaitu sebagai lembaga intermediasi, technology clearing house, audit teknologi, pengkaji teknologi dan solusi teknologi. Karena jika UPT balai tersebut hanya melakukan kegiatan pengujian, ini tidak akan berdampak terlalu signifikan terhadap pembangunan nasional,” ungkap Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR), Erzi Agson Gani pada acara Sosialisasi Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja B2TKS BPPT di Serpong (24/06).

Selain itu menurut Erzi, dalam penetapan standar ISO terdapat komponen K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang harus dipenuhi. “Karena itu kalau kita ingin menjadi lembaga sertifikasi dan inspeksi harus memahami Sistem Manajemen K3. Selain memahami kita juga harus menerapkan ke internal bahwa kita bisa dan menyatakan bahwa kita siap menjadi lembaga sertifikasi dan inspeksi,” ungkapnya.

Jika BPPT ingin  menjadi suatu lembaga yang one step ahead, maka sistem K3 ini harus dibudayakan. “Pada 2015 Sistem Manajeman K3 ini sudah harus diberlakukan, kita juga mencoba belajar menerapkan didalam dan melakukan suatu koordinasi intensif dengan Kemenakertrans agar bisa menjadi partner,” tandas Erzi.

Untuk tahap awal akan dibuat pilot project di Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS). Nantinya akan dilihat bagaimana penerepan K3 di internal B2TKS, mengingat selama ini B2TKS banyak melakukan inspeksi-inspeksi serta uji kontruksi. “Jadi sistem K3 ini bukanlah suatu kewajiban tapi suatu keharusan karena keselamatan kesehatan kerja bukan hanya tools untuk keluar tapi kedalam juga. Jadi budaya K3 itu dapat meningkatkan moral untuk peningkatan kinerja yang lebih baik,” tegas Erzi.

Pada kesempatan yang sama, Dirjen BINWAS Ketenagakerjaan Kemenakertrans, Mudji Handaya mengatakan bahwa dengan meningkatkan perhatian terhadap pentingnya K3 maka dapat tercipta situasi kerja yang aman, tentram dan sehat. Sengan demikian dapat mendorong produktivitas kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui penerapan Sistem Manajeman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen Perusahaan.

SMK3 sendiri merupakan bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko  yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efesien dan produktif.

Adapun tujuan diterapkanya SMK3 diataranya, pertama, untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi. Kedua, mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja, atau serikat pekerja. Ketiga, menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efesien untuk mendorong produktifitas.

Hadir juga pada sosialisasi tersebut, Kepala Balai B2TKS, Hamir Hamzah, Direktur Pengawasan Norma K3, Amri AK, serta para peserta dari setiap UPT/Balai di BPPT. (SYRA/humas)



View the Original article

HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL TAHUN 2013 TAMPILKAN PUNA BPPT SEBAGAI PRODUK UNGGULAN

Category: Berita Layanan Info Publik

Kementerian Riset dan Teknologi menggelar acara peluncuran Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-18 yang jatuh setiap 10 Agustus (24/6). Untuk peringatan kali ini mengusung tema Inovasi untuk Kemajuan Bangsa. Pembukaan tersebut  ditandai dengan prosesi gunting pita oleh Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta dan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro. Marzan A Iskandar selaku Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), beserta Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) lainnya seperti Kepala LIPI, Lukman Hakim, Kepala BAPETEN, As Natio Lasman, Kepala BATAN, Djarot S Wisnubroto, Kepala BIG, Asep Karsidi, Ketua BSN, Bambang Prasetya, serta Kepala LAPAN, Bambang Tejsukmana juga turut hadir pada acara tersebut.

Dalam sambutannya Gusti mengatakan jika Tema “Inovasi untuk Kemajuan Bangsa” dipilih agar penelitian dan pengembangan Iptek menjadi sebuah solusi di tengah masyarakat yang dihadapkan pada berbagai permasalahan yang muncul. “Seiring perkembangan zaman, tuntutan masyarakat akan kemudahan dan kecepatan dalam peningkatan produktivitas serta pelayanan harus didukung dengan teknologi yang inovatif, tema ini diangkat sebagai representasi melalu peran teknologi dalam salah satu komponen penentu kemajuan bangsa,” tuturnya.

Gusti juga mengatakan jika pada setiap peringatan Hakteknas selalu ada teknologi baru yang dikenalkan dan menjadi ikon pada setiap peringatan. Khusus untuk tahun ini, Gusti mengatakan produk unggulannya yaitu Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung dan Roket Balistik Tanpa Kendali Roket Rhan 1210.

Pada kesempatan yang sama Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mengatakan kebanggaannya atas setiap produk hasil anak bangsa yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga pertahanan dan kedaulatan NKRI. “Dengan Peringatan Hakteknas ini, berbagai inovasi anak bangsa bisa dilihat dan terbukti bahwa kita tidak kalah dari bangsa-bangsa lain,” ungkapnya.

Dalam rangkaian kegiatan yang diselenggarakan Kemenristek ada pula Pameran dan Peluncuran Produk Teknologi Hankam dan Kedirgantaraan di halaman Gedung Kemenristek. Beberapa produk-produk yang hadir yaitu PUNA dalam tiga varian (Wulung, Alap-Alap dan Sriti) dari BPPT, Roket Rhan 1210 dari LAPAN. Selain itu PT. Dirgantara Indonesia menampilkan beberapa maket pesawat N212, N235, N295 dan N219. Sedangkan Kementerian Pertahanan juga menampilkan beberapa model kapal angkut tank, kapal cepat rudal dan panser.

Puncak peringatan Hakteknas ke 18 ini akan dilaksanakan pada 27 Agustus-1 September 2013 di Taman Mini Indonesia Indah, dengan berbagai rangkaian kegiatan seminar, rakornas, karnaval Iptek dan pameran Ritech Expo. (SYRRA/humas)



View the Original article

SINERGI DAN KORDINASI HUMAS LPNK RISTEK, PERKUAT PENYAMPAIAN INFORMASI TEKNOLOGI KEPADA MASYARAKAT

Category: Berita Layanan Info Publik

“Forum Kehumasan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dibawah  koordinasi Kementerian Riset dan Teknologi (Ristek) RI seperti ini sangatlah penting  karena humas memiliki tugas penting guna mensosialisasikan kegiatan yang telah dilakukan oleh masing-masing lembaga,” ungkap Sekretaris Utama BPPT, Jumain Appe, pada acara Forum Kehumasan LPNK Ristek di Komisi 3 BPPT (24/6).

 Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik, menurut Jumain melalui forum ini juga diharapkan dapat saling mengetahui dan melakukan koordinasi diantara humas LPNK dalam rangka memperkuat penyampaian dan penyebaran informasi teknologi ke masyarakat luas sehingga masyarakat dapat memanfaatkan teknologi yang telah dihasilkan.

“Saat ini, bangsa kita masih memiliki krisis kepercayaan terhadap teknologi yang dihasilkan oleh bangsa sendiri. Sebagian besar masyarakat hanya ingin mendapatkan teknologi dengan mudah yaitu membeli teknologi yang sudah jadi dari negara asing. Karena itu perlu kita tanamkan pada masyarakat untuk cinta terhadap teknologi dalam negeri. Disinilah peran humas sangat diperlukan,” ungkapnya.

Sebagai pejabat humas di lingkungan LPNK Ristek yang ingin melihat bangsa ini maju, Jumain menekankan sudah seharusnya teknologi memiliki peran penting dan membutuhkan media massa untuk mendukungnya muncul ke permukaan. “Melalui forum ini saya mengharapkan dapat kita gali bersama hal-hal baru terkait cara lainnya untuk meningkatkan awareness media untuk menganggap teknologi sebagai top issue di Indonesia. Karena kalau media sudah menganggap teknologi sebagai isu utama maka saya meyakini bahwa bangsa ini dapat bergerak maju menuju perubahan dan menjadi bangsa yang mandiri berkat kemampuan, teknologi dan inovasi,” tegasnya.

Dalam forum yang bertema Sosialisasi Kegiatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BPPT dan Menjalin Hubungan dengan Media untuk Pencapaian Pemberitaan yang Maksimal Berimbang dan Bertanggungjawab tersebut menghadirkan dua narasumber yaitu Kabid Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan, UPTHB BPPT, Tri Handoko Seto dan Kapus Informasi dan Humas, Kemenkominfo, Gatot S Dewa Broto.

“TMC ini diperlukan untuk pemberdayaan sumberdaya air yang meskipun banyak terdapat di bumi ini namun hanya 2,5% yang berupa air tawar dan salah satu sumbernya yaitu awan. Teknologi ini dibutuhka untuk dapat menyeimbangkan siklus air yang ada, karena jika air kurang akan menimbulkan kesulitan, namun jika terlalu banyak pun akan menimbulkan malapetaka,” ungkap Seto.

Di berbagai negara di dunia menurut Seto TMC sudah banyak digunakan selain untuk menambah curah hujan, juga dilakukan untuk mengurangi curah hujan dan menghilangkan kabut. “Di Indonesia, kebutuhan TMC untuk pengurangan hujan sangat tinggi. Bahkan pada banjir Jakarta beberapa waktu lalu menggunakan TMC untuk mengurangi curah hujan. Dengan metode operasi TMC yang telah dilakukan selama penanggulangan banjir Jakarta, telah berhasil mengurangi curah hujan hingga 35%. Ini dapat dinilai menjadi sebuah keberhasilan,” jelasnya.

Sementara itu di kesempatan yang berbeda, dalam paparannya mengenai Mencari Strategi PR yang Efektif, Gatot menekankan perlunya branding activation, menghilangkan stigma negatif huma pemerintah dan menerapkan etika humas yang baik untuk dapat mengefektifkan informasi yang ingin disampaikan melalui media.

“Humas itu tidak bekerja berdasarkan jam kerja. Kita harus bisa memberikan informasi yang dibutuhkan kapan pun dan dimanapun. Karena jika kita sampai terlambat memberikan respon, maka yang akan muncul adalah pemberitaan yang bisa jadi tidak sesuai dengan maksud yang kita inginkan,” ungkapnya.

Hadir pada acara tersebut praktisi humas dari beberapa LPNK Ristek seperti LIPI, BATAN, BIG, LAPAN, BAPETEN, dan BSN. (SYRA/humas)



View the Original article

PELAKSANAAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DALAM MENDUKUNG PENANGGULANGAN KABUT ASAP DI PROVINSI RIAU 2013

Category: Berita Teknologi Sumberdaya Alam & Kebencanaan

Kebakaran lahan dan hutan di provinsi Riau dan beberapa provinsi lainnya di Indonesia hampir setiap tahun terjadi. Lokasi kebakaran umumnya di daerah bergambut yang menyebabkan sulit dipadamkan. Apalagi akses ke lokasi juga sulit dijangkau sehingga pemadaman di darat tidak mudah. Untuk itulah BPPT atas permintaan BNPB menggelar Operasi Hujan Buatan untuk mengatasi bencana asap yang terjadi hampir setiap tahun tersebut.

Kepala BNPB, Syamsul Maarif, langsung memimpin operasi penanggulangan asap di lapangan. Pada hari Sabtu (21/6) dilakukan gelar pasukan di Lanud TNI AU Roemin Nurjadin Pekanbaru. Apel diikuti 500 personil dari TNI, Polri, manggala agni, pemadam kebakaran, BPBD dan relawan. Hadir dalam apel tersebut Menteri LH, Deputi 1 Kemenkokesra, pejabat BNPB, Kapolda, Kepala UPT Hujan Buatan BPPT dan lainnya. Penanggulangan asap ini direncanakan selama 30 hari.

Bencana asap yang terjadi saat ini di Propinsi Riau, merupakan salah satu yang terparah. Sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas warga baik di Riau maupun di negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Guna mengatasi bencana asap tersebut, Pemerintah Indonesia malakukan langkah penangulangan dengan melakukan pemadaman kebakaran lahan dan hutan di darat, pemadaman di udara melalui water bombing menggunakan helicopter, serta hujan buatan menggunakan pesawat terbang. Lalu dilakukan juga sosialisasi dan penegakan hukum.

Fenomena terjebaknya kabut asap di wilayah Singapura, meskipun jumlah dan luas hotspot relatif kecil, disebabkan pengaruh anomali cuaca. Munculnya pusat-pusat tekanan rendah merubah sirkulasi massa uap air. Hal ini mengakibatkan terjadinya bencana asap yang tidak mengikuti pola umum. BMKG menyatakan bahwa siklon Yagi dan Siklon Leepi yang berada di timur laut Philipina menyebabkan tertariknya massa udara dari Indonesia ke arah Philipina. Kabut asap dari daerah Riau juga mengalir ke arah Philipina melalui Singapura sehingga kualitas udara mengganggu Singapura.

Operasional TMC di Riau untuk menanggulangi bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan di dukung oleh satu pesawat Casa 212 BPPT dan satu pesawat Hercules C-130 TNI AU. Sampai dengan hari Senin 24 Juni 2013 telah dilakukan penyemaian awan sebanyak 4 sorti dengan pesawat Cassa BPPT dan pesawat Hercules TNI AU. Pada hari minggu (22/6) dilaporkan terjadi hujan di sesa Bukit Kapur Dumai serta sore tadi terdeksi oleh radar adanya hujan di daerah Indragiri Hilir. (EM, HW)



View the Original article