Monday, June 24, 2013

DR. LAKSANA TRI HANDOKO: PENELITI CUKUP FOKUS PADA SUBSTANSI RISET

Dr. Laksana Tri Handoko: Peneliti Cukup Fokus pada Substansi Riset
Senin, 24 Juni 2013

LT Handoko, orang mengenalnya sebagai sosok di belakang keberhasilan rekruitmen LIPI secara online, pengembangan website LIPI, dan keaktifannya menjadi coach dalam kompetisi ilmiah remaja. Belum pernah menjabat dalam posisi struktural sebelumnya, peneliti Fisika ini kini dipercaya menjadi Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI. Untuk mengetahui pandangannya tentang riset, Humas LIPI mewawancarai beliau. Berikut ini hasil wawancara tersebut:

T: Bagaimana rasanya jadi pejabat dengan background bapak sebagai Peneliti?

J: Saya sejak dulu tidak menganggap ada perbedaan sebagai peneliti dan pejabat, kecuali bahwa kalau jadi pejabat harus "secara formal" wajib memikirkan orang dan hal lain. Peneliti kewajibannya adalah sebagai problem solver, meski itu tidak langsung terkait dengan orang lain. Itu sebabnya sejak dulu saya terlibat di banyak hal, selama saya anggap bisa berkontribusi maksimal.

Di lain sisi, karena jadi pejabat lembaga litbang (Penelitian dan Pengembangan), tentu saja latar belakang sebagai peneliti memudahkan saya untuk memahami apa yang harus dan bisa saya lakukan di lembaga yang saya pimpin.

T: Adakah kendala selama bapak menjadi struktural terkait dengan aktivitas penelitian bapak?

J: Tentu saja waktu penelitian terpotong, mungkin sekitar 90 persen. Tetapi saya masih berusaha menjaga aktivitas penelitian dengan waktu yang hanya 10 persen. Itu sebabnya saya masih membimbing mahasiswa, meski waktu diskusi di malam hari selama akhir pekan di rumah. Tapi ini bukan merupakan kendala untuk saya dan mahasiswa karena selama ini kami juga sering begitu. Karena sebelum jadi pejabat, saya banyak berurusan dengan hal-hal lain di luar penelitian.

T: Dari beragam penghargaan/Award yang pernah diterima, mana yang paling berkesan dan mengapa?

J: Wah ini sulit, karena saya tidak pernah pusing dengan itu. Yah kalau diberi, terima kasih dan diterima. Yang berkesan untuk saya adalah proses melakukan penelitian, mencari solusi dari problem penelitian maupun bukan.

T: Apakah bapak punya ide untuk LIPI ke depan?

J: Jelas, banyak ide... Tapi ujungnya adalah LIPI sebagai lembaga ilmiah yang mampu berkiprah dan diakui secara global sesuai luaran ilmiahnya.

T: Bagaimana pandangan bapak mengenai perencanaan riset di LIPI?

J: Kegiatan utama LIPI adalah riset di level yang seharusnya sebagai otoritas lembaga ilmiah tertinggi di Indonesia. Dengan karakteristik ini, perlu dilakukan perencanaan yang sangat berbeda dengan umumnya perencanaan di Kementerian / Lembaga (K/L) lain. Hal-hal detail terkait perencanaan yang sesuai dengan riset ini yang belum dipahami oleh sebagian besar Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di LIPI. Karena tipikal Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAKL) di LIPI masih mirip dengan apa yang telah dilakukan dari waktu ke waktu sejak dulu. Padahal, tantangan saat ini dan ke depan semakin tinggi di tengah kompetisi global yang semakin ketat. Sehingga perlu ada terobosan dan kreativitas dalam koridor regulasi yang ada untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya (manusia, finansial) yang ada. Semua ini harus dimulai dari proses perencanaan yang masuk sampai ke detail dan teknis terdalam terkait riset.

T: Menurut Bapak, bagaimana menyikapi karakter riset LIPI yang multidisipliner agar bisa lebih fokus dan hasilnya BSN (Besar, Signifikan, Nyata)?

J: Sesuai tugas dan fungsi (tusi-nya) LIPI memang menaungi hampir semua disiplin keilmuan. Tidak ada yang salah dengan hal ini. Masalah utama riset di LIPI bukan pada fokus atau tidak. Yang lebih penting adalah bagaimana bisa meningkatkan substansi riset. Bila banyak riset yang diakui di LIPI, akan mudah menentukan fokus bilamana diperlukan. Tetapi bila riset dengan substansi bagus, alias telah well-proven, belum banyak akan sulit sekali menentukan fokus. Karena menentukan fokus pasti membutuhkan keberanian bahwa riset yang menjadi fokus benar-benar akan berhasil secara ilmiah.

T: Menurut Bapak, apa pentingnya pemahaman manajerial khususnya research management bagi peneliti LIPI?

J: Idealnya peneliti tidak perlu memahami manajemen riset, mereka cukup fokus pada substansi riset sesuai kepakaran dan minatnya. Manajemen riset sangat krusial untuk manajemen pelaksana pemegang anggaran. Manajemen ini tidak hanya paham masalah manajerial, tetapi seyogyanya memiliki intuisi periset, sehingga lebih mudah untuk memadukan kebutuhan dan karakteristik riset dengan regulasi eksternal khususnya yang terkait anggaran negara.

T: Bagaimana pandangan bapak mengenai peran peneliti LIPI dalam menghadapi era digitalisasi?

J: Peneliti LIPI secara umum tidak memiliki kendala terkait dengan era internet saat ini. Meski masih banyak (sekali) yang belum mencapai level 'melek internet' selayaknya seorang peneliti. Ini merupakan salah satu tantangan LIPI ke depan bagaimana meningkatkan tingkat 'melek internet' sampai level yang seharusnya. Hal ini sebagian besar terjadi pada peneliti yang memang sudah kurang aktif melakukan riset di garda terdepan ilmu pengetahuan.

T: Apa pesan bapak untuk para kandidat peneliti LIPI?

J: Harus banyak belajar, berdiskusi dan mencari jam terbang yang tinggi di dunia penelitian. LIPI membutuhkan peneliti-peneliti handal di berbagai bidang. Jadi tidak sekedar menjadi peneliti karena berstatus PNS LIPI.

T: Bagaimana kesan dan pesan bapak selama menjadi narasumber di kegiatan curah pikir strategi kehumasan 2013?

J: Inisiasi kegiatan ini merupakan awal yang baik, meski harus terus diteruskan dengan aneka program lain. Yang penting adalah bagaimana mencari "model bisnis" dimana semua pihak di LIPI merasakan manfaat dan tidak sekedar disuruh untuk bekerja menyelesaikan tusi-nya. Ini sebenarnya ide dasar dari pengembangan Intra LIPI sejak awal dulu di tahun 2003, dan luaran final terkait informasi adalah Situs LIPI. Untuk mencapai ini, BKPI merupakan pemeran utama, baik sebagai fasilitator, motivator dan tentu saja regulator. (dee/nta)



» Arsip
» Diakses : 81 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment