Tuesday, June 18, 2013

MONSTER GUA YANG TAK BERBAHAYA

Monster Gua yang Tak Berbahaya
Selasa, 18 Juni 2013

KOMPAS.com - Sinar senter kami mengarah ke suatu titik di dinding Gua Cikaray, di kawasan Citeureup, Bogor, Jawa Barat dekat dasar gua yang dibasahi aliran air setinggi mata kaki. Seekor makhluk berwarna hitam, berkaki delapan, terdiam membeku pada dinding gua. AB Rodhial Falah sedang sibuk memotret makhluk itu ketika tiba-tiba ia menjerit. Aaah! Bau!

Nah, kamu terkena semprotan bau cuka dari dia. Mungkin dia merasa terlalu terganggu, celetuk Cahyo Rahmadi,seorang penelusur gua, ahli arachnology (ilmu yang mempelajari laba-laba dan kerabatnya), sekaligus peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Makhluk itu disebut kalacuka (Uropygi), salah satu jenis Arachnids atau Arachnida. Ciri-cirinya mudah dikenali, yakni bertungkai delapan, memiliki sepasang pengisap yang merupakan bagian mulut, serta tubuh yang terdiri dari dua bagian, kepala-dada serta perut.

Kalacuka, menurut Cahyo cukup mudah ditemukan di Gua Cikaray. Satu jenis Arachnida lain yang hari itu terlihat adalah kalacemeti (Amblypygi). Secara umum, ciri-cirinya mirip dengan kalacuka. Namun, pada kalacuka terdapatsepasang tungkai yang lebih panjangmirip cemetidi antara empat pasang tungkainya. Bagian mulutnya berbentuk mirip sepasang capit.

Kalacemeti tampak seperti monster kecil. Akan tetapi ia tidak berbisa. Cahyo dengan santai meletakkan fauna unik ini di telapak tangannya. Terkadang, kalacemeti ini juga tampak di permukaan tanah, masuk ke kamar mandi atau merayap di dinding rumah, jelasnya. Hari ini kita melihat tiga satwa gua di kawasan karst. Satu di antaranya sangat langka. Namun banyak sekali yang belum dikenali dari ekosistem ini.

Pada tahun 2004 di Gua Cikaray ini, Cahyo menemukan sejenis udang air tawar. Setelah proses identifikasi selama dua tahun, temuan itu terbukti merupakan spesies baru dan diberi nama jenis Stenasellus javanicus.

Spesies itu masuk ke dalam bangsa Isopoda, Asellota, dan famili Stenasellidae. Sebagian cerita tentang penemuan ini pernah dituliskan Cahyo untuk Majalah National Geographic Indonesia edisi September 2007.

Karst merupakan rumah bagi aneka spesies unik yang belum banyak dikenali dan diteliti. Bahkan, kemungkinan besar masih banyak spesies gua yang belum ditemukan di tempat yang siang maupun malamnya selalu gelap gulita itu. Selain itu, perut Bumi di kawasan karst adalah lumbung air. Sistem hidrologi yang dikandungnya dapat bermanfaat bagi aneka kehidupan termasuk manusia.

Bagaimanapun, tantangan terbesar dalam pengelolaan kawasan karst di Indonesia adalah laju eksploitasi dan pemanfaatannya sebagai bahan baku semen yang terlalu pesat jika dibanding laju pengetahuan mengenai manfaatnya secara lebih luas dan berkelanjutan. Karst dipandang sebagai kawasan tanpa manfaat, kecuali sebagai bahan baku semen. (Reynold Sumayku/National Geographic Indonesia)



» Arsip
» Diakses : 47 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment