Friday, September 20, 2013

KURANGI KETERGANTUNGAN IMPOR, LIPI FOKUSKAN RISET CIPTAKAN TERNAK UNGGUL

Kurangi Ketergantungan Impor, LIPI Fokuskan Riset Ciptakan Ternak Unggul
Jumat, 20 September 2013

(Jakarta, 20 September 2013 Humas LIPI). Negeri ini sekarang masih mengimpor daging sebesar 30 persen dan susu 70 persen untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Kondisi ini tentu cukup memprihatinkan bagi Indonesia yang sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan tersebut tanpa harus impor dengan optimalisasi industri peternakan.

Melihat kondisi tersebut, Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr. Siti Nuramaliati Prijono yang mewakili Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim dalam sambutannya mengatakan, Indonesia seharusnya melakukan penguatan internal dalam upaya mengurangi ketergantungan impor. Salah satunya dengan teknologi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ternak melalui penciptaan ternak-ternak unggul.

Hal itu perlu dilakukan dalam rangka peningkatan populasi dan mutu genetik ternak Indonesia, tandasnya saat membuka Seminar Nasional dan Forum Komunikasi Industri Peternakan dalam Rangka Mendukung Kemandirian Daging dan Susu Nasional, Rabu (18/9) lalu, di Bogor Jawa Barat.

Siti katakan, salah satu aspek yang menonjol dan memerlukan pemecahan masalah adalah kurangnya ketersediaan bibit yang memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pembibitan merupakan segmen yang harus mendapatkan perhatian serius, tukasnya.

Ia melanjutkan, aplikasi bioteknologi peternakan menjadi salah satu solusi yang perlu dipertimbangkan karena mampu meningkatkan populasi dan mutu genetik ternak. Aplikasi teknologi ini sangat strategis dalam upaya pengembangan ternak sapi potong dan sapi perah nasional.

Dua Teknologi

Kepala Pusat Penelitian (P2) Bioteknologi LIPI Dr. Witjaksono mengungkapkan, pihaknya saat ini telah berupaya mengoptimalisasikan penciptaan ternak sapi potong dan perah agar menghasilkan bibit yang bagus. Langkah optimalisasi sapi kita dengan mengembangkan dua teknologi, yakni inseminasi buatan dan embrio transfer, tuturnya.

Inseminasi buatan merupakan cara membuat hamil sapi betina dengan memasukkan sperma indukan sapi jantang terpilih melalui suntikan. Sedangkan, embrio transfer, tidak jauh berbeda dengan inseminasi. Embrio terbaik dimasukkan ke sapi betina.

"Intinya dititipkan sperma, nanti ke induk-induk kemudian yang keluar nanti keturunan dan anak yang bagus. Tetapi di sisi yang lain ada peningkatan optimalisasi produktivitas di sana," imbuhnya. Dua cara tersebut mampu meningkatkan produktivitas populasi sapi di Indonesia hingga 60 persen.

Dr. Syahruddin Said, Peneliti P2 Bioteknologi LIPI menambahkan, sayangnya terdapat sejumlah persoalan teknis dalam pengembangan dua cara peningkatan populasi. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya betina produktif. Mesin produksi sapi betina harus diperbaiki.

Sehingga, impor yang dilakukan adalah sapi ternak betina bukan sapi bakalan atau daging sapi. Sebab, sapi betina bila dikembangkan di peternakan rakyat susah, tutupnya. (pw)



» Arsip
» Diakses : 48 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment