Friday, September 13, 2013

BPPT GELAR SEMINAR INTERNATIONAL INNOVATION FUNDING

Category: Berita Layanan Info Publik

“Komitmen seluruh stakeholdder dari kalangan akademisi, bisnis  serta  pemerintah harus dibangun guna mendukung pembiayaan inovasi dalam memperkuat sistem inovasi nasional dan daerah. Selain itu, peran swasta dan BUMN dalam berinvestasi di bidang Iptek serta inovasi di Inodonesia harus lebih ditingkatkan,” ungkap Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Aziz Iskandar saat membuka Seminar Internasional “Innovation Funding” Pembiayaan Inovasi  dalam mendukung sistem Inovasi Nasional dan Daerah di Auditorium BPPT (12/9).

Marzan menerangkan jika seminar ini mengikutsertakan sejumlah negara seperti Amerika, Finlandia, Jerman, lalu Nigeria untuk bisa mendapatkan masukan dalam pengalaman mengelola dana risetnya.  Ia mengakui sistem pembiayaan yang mendukung inovasi di Indonesia belum sepenuhnya memadai. Berdasarkan pengalaman mereka, Marzan melanjutkan,  kita ingin menyusun bagaimana skema pendanaan inovasi yang baik.

“Dana riset untuk mendukung sistem inovasi di Indonesia hanya 0,08% dari produk domestik bruto. Jumlah ini jauh tertinggal dibanding negara-negara ASEAN, seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darusalam. Dana riset negara tersebut di atas 1% dari produk domestik bruto. Berbeda dengan Finlandia dan Australia yang memiliki sejumlah upaya strategis pembiayaan riset untuk memudahkan munculnya inovasi. Sehingga, temuan teknologi bisa diproses lebih lanjut atau diproduksi dan menjadi kegiatan bisnis,” ungkapnya.

Di Finlandia, Marzan melanjutkan, alokasi dana riset mencapai 3,9 persen dari produk doomestik bruto, sedangkan Australia mencapai dua persen. Marzan mengatakan, tumbuh dan berkembangnya inovasi ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk kesejahteraan dan daya saing bangsa. “Untuk bangkit dari minimnya ketersediaan dana ini, daerah wajib berperan dalam peningkatan sistem inovasi daerah.Tidak ada kemajuan nasional kalau tidak ada kemajuan daerah," ujarnya.

“Pendanaan riset di Indonesia saat ini hampir 80% berasal dari pemerintah, namun jumlahnya hanya 0,08 % dari produk domestik bruto. Indonesia menargetkan anggaran riset 1% di tahun 2014, namun dikhawatirkan hal itu sulit tercapai. Diperkirakan anggaran di 2014 hanya Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun dari total APBN yang mencapai Rp 1.000 triliun lebih,” paparnya. (Syra/Humas)



View the Original article

No comments:

Post a Comment