Wednesday, April 23, 2014

MERAKIT VARIETAS BUAH UNGGUL

Merakit Varietas Buah Unggul
Minggu, 20 April 2014

Tanaman triploid lebih tahan penyakit, seperti serangan penggerek batang dan serangan virus.

Teknik kultur jaringan endosperma bisa menghasilkan jumlah produksi buah lebih banyak secara cepat, kualitas seragam, tahan serangan penggerek serta virus, dan buah tanpa biji.

Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) Institut Pertanian Bogor (IPB) mencatat konsumsi buah-buahan di negara Jepang dan Malaysia lebih tinggi dibandingkan daging, telur, beras, maupun gandum. Rata-rata tingkat konsumsi buah-buahan di dua negara itu lebih tinggi tiga kali lipat ketimbang konsumsi beras.

Berbeda dengan tingkat konsumsi buah di Indonesia, masih lebih rendah daripada daging, telur, beras, maupun gandum. Maklum, tingkat pendapatan di Jepang dan Malaysia lebih tinggi daripada di Indonesia.

Walaupun demikian, fakta itu seharusnya tidak menjadi alasan rendahnya produksi buah-buahan di Indonesia. Pasalnya, tingginya produksi buah lokal diharapkan dapat membendung produk buah impor.

Pada sisi lain, dengan menanam tanaman buah dalam jumlah banyak, diharapkan dapat mengurangi erosi dan longsor, memperbaiki resapan air, dan mengurangi emisi karbon.

Sejauh ini, dari 60 komoditas buah yang dikembangkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), masih dikembangkan 26 komoditas buah. Kementan mencatat dari 26 komoditas buah itu, total produksi sebesar 18.089.952 ton pada 2012. Pencapain produksi tersebut naik 0,99 persen dibandingkan 2011, sebanyak 18.037.554 ton.

Untuk meningkatkan produksi buah tersebut, ada beberapa komoditas yang memiliki potensi untuk ditingkatkan secara signifikan. "Sekitar 10 komoditas bisa dikembangkan potensinya, antara lain pisang, pepaya, nanas, durian, dan alpukat," kata Sobir, guru besar Buah Tropika IPB kepada Koran Jakarta di ruang kerjanya, Bogor, Jawa Barat, Senin (6/1).

Kini PKHT IPB tengah membudidayakan empat jenis buah, yaitu pisang, melon, manggis, dan nanas. Dari jenis empat buah itu, pisang dan melon untuk kebutuhan dalam negeri, sedangkan manggis dan nanas guna keperluan ekspor.

PKHT IPB mulai mengembangkan varietas buah-buahan dimulai dengan pemilihan sumber daya genetik hingga karakterisasi dan evaluasi. Sobir menjelaskan ada beberapa proses pemuliaan verietas buah-buahan setelah karakterisasi dan evaluasi, di antaranya mutasi, hibridisasi, dan transformasi genetik. Masing-masing dari proses tersebut akan diperoleh varietas unggul.

Proses pemuliaan verietas buah-buahan berusaha menciptakan produk yang berkualitas. "Kalau bisa kita berada di atas gelombang tren karena mendahului dan ketinggalan tren juga nggak bagus. Tren kita penampilan menjadi nomor satu, rasa berikutnya, dan kesehatan berikutnya," ujarnya.

Adapun untuk meningkatkan kualitas buah lokal, ada beragam tantangan yang harus dihadapi petani, seperti penyediaan buah-buahan harus selalu segar, dan tampilan fisik yang menarik.

Tampilan fisik buah yang dimaksud yakni rasanya segar dan ukurannya lebih kecil.

"Ke depan, orang makin sibuk, sudah malas melakukan persiapan (memasak makanan). Ke depan akan laku buah-buah fresh cut (potongan segar)," ucap Sobir.

Endosperma

Sementara itu, Pusat Penelitian (Puslit) Biologi, Bidang Botani, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berpendapat standar kualitas buah-buah yang dihasilkan dalam satu areal tanaman tidak seragam.

Kandungan biji dalam buah-buahan lokal juga sebagai kekurangan dibandingkan buah-buahan dari sebagian negara di dunia. Buah-buah berbiji yang dimaksud, seperti pepaya, pisang, delima, srikaya, dan sirsak. Untuk buah berbiji besar, antara lain kedondong, kepel, matoa, nanas, gowok, jamblang.

"Secara ekonomi buah-buahan berbiji kurang laku di pasaran," ucap Lazarus Agus Sukamto, profesor riset Biologi Sel dan Biokimia, LIPI, kepada Koran Jakarta di Puslit Biologi Botani LIPI, Senin (6/1).

Pemulian tanaman triploid bisa menjawab kebutuhan di atas. Pasalnya, tanaman ini dapat menghasilkan buah dengan jumlah produksi lebih banyak secara cepat, standar kualitas yang seragam, dan buah tanpa biji.

Bahkan, tanaman triploid lebih tahan penyakit, seperti serangan penggerek batang dan serangan virus. Selain itu, tanaman ini mencegah persebaran biji tumbuhan pengganggu, tepung sari, bulu-bulu buah penyebab alergi, dan kejatuhan buah.

Tanaman triploid memiliki inti sel dengan tiga set kromoson. Tanaman ini bisa dikembangkan dengan enam teknik, yakni persilangan antara tanaman normal diploid dan tanaman tertraploid, kultur jaringan endosperma, fusi protoplas haploid dengan diploid, kultur tepung sari, induksi radiasi sinar gama, dan induksi kolkisin atau oryzalin.

"Tanaman triploid paling efisien dihasilkan kultur jaringan endosperma," jelas Lazarus.

Buah Berbiji

Namun, kandungan yang terdapat pada buah tanpa biji yang dihasilkan dari tanaman triploid dari beragam teknik termasuk kultur jaringan endosperma yang lebih rendah dibandingkan buah berbiji seperti jeruk.

"Bagaimanapun buah yang berbiji kandungannya lebih besar dibandingkan yang tidak berbiji dan rasa buah berbiji lebih terasa," jelas Sobir.

Jeruk berbiji memunyai diameter lebih besar, ukuran lebih tinggi, tingkat Brix (kandungan gula dari larutan berair) lebih tinggi, volume saat dijus lebih besar, keasaman tidak tinggi, dan lebih matang.

Manfaat biji buah-buahan, papar Sobir, juga tidak sekadar untuk bibit tanaman tersebut. Namun, ini bisa dipakai untuk bahan obat-obatan.

"Unsur-unsur yang terdapat dalam biji baik untuk kesehatan tubuh," ucapnya.

Namun, Agus membantah kandungan buah berbiji lebih tinggi ketimbang buah tanpa biji, seperti semangka. Rasa semangka buah tanpa biji lebih manis dibandingkan semangka berbiji. "Namun, kandungan ini masih diteliti lebih lanjut," jelasnya.

Agus juga berpandangan keseragaman produksi buah dari teknik kultur jaringan endosperma belum tentu seragam. Sebab, ini masih bergantung keseragaman genetik dan kepadatan buah didorong jumlah daun berbeda.

"Pohonnya rindang bisa buahnya sedikit, tapi ukurannya besar. Pohon yang sama bisa dengan buahnya banyak, tapi ukurannya kecil-kecil," urainya.

Sobir meneruskan tidak semua tanaman triploid menghasilkan buah seperti semangka. Walaupun tanaman ini menghasilkan bunga.

"Namun, tanaman ini memerlukan induksi penyerbukan dengan tanaman semangka diploid," tegasnya.

Tanaman jeruk bisa menghasilkan buah dengan inkubalitas. Jadi, tanaman ini tetap diserbuki menjadi buah tanpa biji. mochamad ade maulidin



» Arsip
» Diakses : 49 kali
» Dikirim : 0 kali


View the Original article

No comments:

Post a Comment