Monday, April 14, 2014

LIPI REKOMENDASIKAN DUA SOLUSI UNTUK MEMINIMALISASI LONGSOR DI JALUR KA

LIPI Rekomendasikan Dua Solusi untuk Meminimalisasi Longsor di Jalur KA
Senin, 14 April 2014

(Jakarta Humas LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) setidaknya merekomendasikan dua solusi untuk mengatasi ancaman tanah longsor di jalur kereta api (KA). Hal ini guna meminimalisir kecelakaan KA akibat tanah longsor tersebut seperti tergulingnya KA Malabar pada Jumat (4/4) lalu di KM 244+0/1 di Desa Mekarsari, Kec. Kadipaten, Kab. Tasimalaya.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Dr. Adrin Tohari mengungkapkan, rekomendasi pertama untuk mengatasi ancaman longsor itu adalah perlu pemetaan kembali daerah rentan tanah longsor pada jalur kereta api lintas selatan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi kestabilan lereng di sisi jalur kereta api ini, tandasnya dalam Diskusi Media bertajuk Penanggulangan Longsor di Jalur Kereta Api, Kamis (10/4), di Media Center LIPI Jakarta.

Dia melanjutkan, rekomendasi kedua adalah aliran air permukaan dan bawah permukaan pada daerah lereng di jalur kereta api merupakan faktor penyebab tanah longsor, sehingga perlu diperhatikan dan ditangani dengan baik dan efektif.

Adrin menjelaskan bahwa sistem drainase air permukaan maupun bawah permukaan tanah bertujuan untuk mengurangi derajat kejenuhan tanah saat musim hujan. Dengan tidak berfungsinya sistem drainase di sisi dan bawah jalan kereta api, saat musim hujan, aliran air hujan akan meningkatkan derajat kejenuhan tanah pada lereng di bawah tubuh baan jalan kereta. Akibatnya, terjadilah longsor, imbuhnya.

Gandeng LIPI

Sementara itu terkait berbagai kecelakaan KA akibat tanah longsor, Hanggoro Budi Wiryawan, Direktur Keselamatan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan menuturkan, pihaknya akan menggandeng LIPI untuk meneliti tanah di jalur KA.

Dikatakannya, Ditjen Perkeretaapian akan membuat kontrak panjang dengan LIPI untuk mengidentifikasi titik rawan longsor di jalur selatan Jawa Barat. "LIPI dan PT KA yang melakukannya di lapangan sementara kami yang membiayainya," ujarnya.

Dr. Bambang Widiyatmoko, Kepala sekaligus Peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI menambahkan, kerja sama sebagai upaya mengatasi longsor di jalur KA bisa ditempuh dengan memasang teknologi sistem monitoring pergerakan tanah on-line untuk mengukur secara langsung gejala-gejala fisis penyebab utama longsor.

Gejala-gejala umum dari tanah longsor atau pergeseran/pergerakan tanah yang dapat diukur adalah kadar air tanah, pergerakan rekahan, perubahan kemiringan dan hal hal lain seperti strain tanah. Data data yang diperoleh dari pengukuran tersebut dapat diolah sehingga dapat memprediksi longsor, tutupnya. (pw)



» Arsip
» Diakses : 63 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment