Sunday, May 26, 2013

WUJUDKAN INDUSTRI HILIR KARET BERDAYA SAING TINGGI DI SUMSEL

Category: Berita Teknologi Informasi,Energi & Material

“Indonesia mempunyai luas perkebunan karet terbesar di dunia yaitu seluas 3,4 juta ha. Namun produktifitas lahannya masih rendah sekitar 994 kg/ha/tahun. Hal ini menunjukan tingkat produktifitas karet Indonesia masih harus ditingkatkan. Bahkan dari produksi yang ada, 85% diantaranya di ekspor, sementara hanya sekitar 15% dari produksi hulu dikonsumsi oleh industri hilir dalam negeri. Dari hal ini terlihat perlu adanya peningkatan hilirisasi produk karet,” ungkap Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM), Unggul Priyanto pada acara penandatanganan Kesepakatan Bersama antara BPPT dan Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan (21/5).

Kerjasama peningkatan mutu bahan baku karet dan pengembangan industri hilir karet di Sumsel tersebut dilakukan dalam rangka mendukung Program Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Koridor Ekonomi Sumatera (MP3EI-KES), mengingat Sumsel sebagai penghasil karet terbesar di Indonesia. BPPT sendiri dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk hulu karet berupaya mengembangkan karet sebagai salah satu komoditas utama pada pembangunan ekonomi nasional dengan mengembangkan upaya terpadu dalam rangka pengembangan dan pelayanan teknologi, informasi, sertifikasi di bidang karet, termasuk perumusan teknologi, inovasi dan transfer teknologi.

Apalagi menurut Unggul dengan naiknya harga minyak bumi akan semakin memberi peluang bagi perkembangan industri karet. “Selama ini karet alam tidak bisa bersaing dengan karet sintetis yang berasal dari minyak bumi. Dengan naiknya harga minyak bumi, maka karet alam akan menjadi primadona. Karena itu perlu dilakukan kajian pengembangan produktifitas karet selain di sisi hulu juga sisi hilir,” jelasnya.

Beberapa kegiatan yang sedang dan akan dilaksanakan saat ini diantaranya adalah pengembangan pilot project sarana produksi kompon karet di Ogan Ilir, yang diharapkan akan beroperasi dengan optimal pada tahun anggaran 2014 mendatang, dan revitalisasi klaster industri karet di Sumatera Selatan.

“Semoga kerjasama ini dapat menjadi pengungkit untuk meningkatkan penggunaan produk hulu karet melalui hilirisasi karet di Indonesia sesuai amanat MP3EI, yang dimulai dari Sumatera Selatan. Oleh karena itu, kita semua mengharapkan realisasi dari kerjasama ini dan melihat hasil-hasil yang kongkrit yang dapat meningkatkan nilai tambah karet dalam waktu dekat,” urai Unggul.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Ogan Ilir yang diwakili Sekretaris Daerah Kabupaten Ogan Ilir, H. Sobli, mengatakan bahwa sebagai kabupaten pemekaran yang baru berusia 9 tahun Ogan Ilir masih tergolong sebagai kabupaten tertinggal. “Kerjasama ini sangat tepat sekali mengingat perkebunan karet yang dimiliki wilayah kami seluas 30 ribu ha. Itu baru perkebunan rakyat, belum termasuk perkebunan perusahaan. Namun selama ini yang terjadi adalah karet yang dihasilkan dijual dalam bentuk bahan baku mentah ke industri. Dengan bantuan BPPT diharapkan pendapatan masyarakat dapat meningkat melalui penambahan nilai pada produk karet,” ungkapnya.

Ke depannya Sobli berharap kerjasama tersebut tidak hanya di bidang karet saja tapi juga meluas ke bidang lainnya seperti energi, perikanan dan pertanian. “Ogan ilir memiliki potensi di bidang energi diantaranya yaitu kelapa sawit, dan potensi perikanan air tawar yaitu budidaya ikan patin. Terdapat juga kerajinan songket dan pandai besi. Kalau potensi ini bisa diangkat dan dikembangkan dapat memberi nilai lebih pada masyarakat,” tegasnya.

Pada kesempatan tersebut dilakukan pula penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pusat Teknologi Material (PTM) dan Dinas KUKM, Industri dan Perdagangan Provinsi Sumsel mengenai Pengembangan Industri Kompon Karet di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumsel dan PKS antara PTM dan Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Sumsel tentang Pengembangan Industri Hilir Karet. (SYRA/humas)



View the Original article

No comments:

Post a Comment