Diseminasi Iptek Pupuk Organik, Komitmen LIPI Bantu Masyarakat DaerahSenin, 13 Mei 2013 (Tegal, 13 Mei 2013 Humas LIPI). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukan komitmen terhadap usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Diseminasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) berupa pelatihan pembuatan pupuk cair organik untuk para petani di Kecamatan Margasari, Tegal, Jawa Tengah, Selasa (7/5) lalu, merupakan salah satu langkahnya. Pelatihan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia yang harganya semakin melesat naik karena permainan tengkulak.
LIPI rutin mengadakan Diseminasi Iptek sebagai upaya membantu peningkatan ekonomi masyarakat dan pembangunan berkelanjutan, ujar Prof. Dr. Enny Sudarmonowati yang bertindak sebagai Plh. Sekretaris Utama LIPI dalam sambutannya. Di depan sekitar 100 petani dan beberapa pejabat kabupaten serta anggota DPR, ia mencontohkan skema Iptek untuk Daerah (Iptekda) sebagai salah satu bentuk keperdulian LIPI terhadap usaha peningkatan kemampuan Iptek sekaligus kesejahteraan masyarakat di daerah.Dua peneliti LIPI hadir sebagai pembicara dalam diseminasi tersebut yaitu Dr. Sarjiya Antonius dan Dr. Setya Nugroho. Kami berhasil melakukan isolasi terhadap berbagai mikroba unggul penyubur tanah. Melalui proses formulasi dengan bahan-bahan lokal, mikroba tersebut menghasilkan Pupuk Organik Hayati (POH) yang ramah lingkungan, jelas Dr. Sarjiya saat mempresentasikan penemuannya. Menurutnya, dibandingkan dengan pupuk anorganik yang cenderung merusak tanah, POH ini justru menyuburkan secara alami, meningkatkan ketahanan pangan terhadap hama dan penyakit, serta memelihara kesehatan tanah. Pupuk ini mampu menyediakan nitrogen, phospat, serta kalium, yang baik untuk kesehatan tanah dan pertumbuhan tanaman, urainya.Dalam pengaplikasiannya, pupuk kimia tidak harus diganti total. Perbandingan komposisi antara pupuk anorganik dan POH sebanyak 30-50 persen saja sudah dapat meningkatkan produksi padi dari enam ton menjadi 12 ton per hektar. Contohnya ialah lahan seluas delapan hektar di Desa Selogiri dan Desa Mento di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Dengan penggunaan pupuk yang dicampur tersebut, hasil panen meningkat 15-25 persen per hektar. Selain itu, mampu menurunkan penggunaan pupuk kimia mencapai 30-50 persen per hektar. Hasil serupa terjadi pada panen jagung di lahan seluas 2,5 hektar di Kabupaten Wonogori. Hasil panen meningkat dua kali lipat atau sekitar 16 ton per hektar dari panen sebelumnya. Panen kol dan cabai di Cimelati, Kabupaten Sukabumi, juga meningkat sekitar 10- 25 persen dari panen sebelumnya.Dibuat Sendiri Hal yang menarik adalah pupuk ini dapat dibuat sendiri oleh petani. Pembuatannya menggunakan bahan-bahan lokal yang mudah ditemui di pasaran, seperti air kelapa, telur, agar-agar, dan tepung ikan. Jika tepung ikan tidak ada, maka bisa pula diganti dengan bekatul atau air kelapa dengan tebu tetes. Dalam simulasi pembuatannya, air dicampur dengan bahan-bahan tersebut dan didiamkan dalam kurun waktu tertentu. Pupuk cair tersebut dapat digunakan setelah tercium aroma yang wangi saat proses pengendapan.Selain mudah dalam pembuatan, pupuk ini juga mampu meringankan biaya yang harus dikeluarkan petani sekitar Rp. 10.000,- per kilogram. Jumlah itu jauh lebih kecil daripada biaya yang harus dikeluarkan petani untuk membeli pupuk biasa dengan kisaran harga umum antara Rp. 60.000,- hingga Rp. 80.000,- per kilogram.Sementara itu, acara Diseminasi Iptek sendiri juga dihadiri oleh Anggota DPR dari Daerah Pemilihan (Dapil) IX, Dr. Dewi Aryani. Ia menuturkan suka citanya atas komitmen LIPI untuk memberdayakan petani agar lebih produktif. Pupuk kimia hanya untuk mendorong pertumbuhan tanaman, tetapi mengabaikan kesehatan tanah dan ekosistem lingkungan. Oleh karena itu, saya mengapresiasi peran LIPI dalam kegiatan ini karena manfaatnya nyata bagi petani di daerah ujar Dewi. Dalam acara kali ini, anggota DPR itu memberikan bantuan benih padi Mari Sejahterakan Petani (MSP). Sedangkan, LIPI memberikan POH dan pohon jati platinum kepada petani. Harapannya, petani dapat merasakan manfaat POH dan mengaplikasikan pembuatannya untuk tanah pertanian mereka, pungkas Prof. Dr. Enny S. (yos/pwd)
» Arsip » Diakses : 72 kali » Dikirim : 0 kali | |
View the
Original article
No comments:
Post a Comment