Wednesday, June 25, 2014

SINERGI, KUNCI PENINGKATKAN KEMAMPUAN LABORATORIUM EMC INDONESIA

Sinergi, Kunci Peningkatkan Kemampuan Laboratorium EMC Indonesia
Rabu, 25 Juni 2014

(Jakarta Humas LIPI). Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan kredibilitas bangsa dalam persaingan perdagangan internasional. Salah satu persyaratan produk perdagangan bebas adalah adanya program SNI wajib, tak terkecuali untuk produk berbasis kelistrikan dan elektronik. Untuk mengarah pada SNI tersebut, Indonesia memerlukan sarana berupa Laboratorium Electromagnetic Compability (EMC) yang terstandar baik berskala internasional.

Deputi Bidang Jasa Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Bambang Subiyanto mengungkapkan, kunci utama untuk pengembangan laboratorium EMC adalah sinergi dari berbagai pihak yang terkait. Di sinilah peran peneliti, regulator, pengusaha dan perguruan tinggi dituntut untuk mewujudkan sinergi itu, ungkapnya saat membuka seminar bertajuk The Future Challenge of EMC di Auditorium LIPI Jakarta, Senin (23/6) lalu.

Dikatakannya, peneliti berperan dalam pengembangan melalui penelitian, lalu regulator akan membuat kebijakan terkait hasil penelitian tersebut. Sementara itu, pengusaha bisa memanfaatkannya untuk memenuhi standar EMC internasional, sedangkan perguruan tinggi berperan dalam penyediaan sumber daya manusia yang kompeten.

Selain itu, lanjut Bambang, pengembangan laboratorium ini tentu tidak mudah bagi negara berkembang karena membutuhkan investasi dan peralatan yang tidak murah. Tapi, ia berkeyakinan itu bisa dilakukan asal ada kemauan yang kuat.

Belum Standar Internasional

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (P2 SMTP) LIPI Dr. Harry Arjadi menuturkan bahwa belum ada laboratorium EMC Indonesia yang sesuai dengan standar internasional.

Padahal, ada puluhan swasta asing dan dalam negeri yang membutuhkan laboratorium EMC di Indonesia, khususnya untuk melaksanakan SNI wajib dan ekspor produk. Akan lebih efisien jika Indonesia juga memiliki laboratorium dengan standar yang diakui secara internasional, tuturnya.

Oleh karena itu, pihaknya pun berharap agar laboratorium berstandar internasional itu bisa segera terwujud. Sebab, perkembangan EMC di dunia saat ini sudah semakin pesat. Selain itu, perkembangan standar EMC pun turut berubah secara signifikan. Dalam beberapa tahun belakangan ini, beberapa negara maju seperti Uni Eropa, AS, Jepang mulai mencanangkan berlakunya sistem dan pengujian EMC untuk diterapkan pada peralatan elektronik.

Dikatakan oleh Jang Tae Heon dari Electromagnetic Technology Center, Korea Testing Laboratory yang hadir sebagai pembicara seminar, Korea sangat concern terhadap pengembangan EMC. Korea Selatan memiliki Institut EMC, EMC Community, aktif dalam organisasi internasional seperti ISO dan aktif melakukan pengembangan keilmuan bidang EMC. Korea memang tidak mengadopsi standar internasional secara utuh, namun inovasi yang kami lakukan dalam pengembangan EMC tidak bertentangan dengan standar internasional, pungkasnya.

Mengambil pelajaran dari Korea, Indonesia harus lebih memetakan kebutuhan laboratorium EMC Indonesia dan memperjelas kompetensinya, sehingga ke depannya laboratorium EMC di Indonesia bisa lebih berfungsi dan tidak tumpang tindih dan siap menunjang daya saing bangsa dalam perdagangan internasional. (ms)



» Arsip
» Diakses : 48 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment