Category: Berita Kebijakan Teknologi
Sebagai upaya untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan berbasis teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyelenggarakan `Technopreneurship Camp` (10-12/9). "Teknoprener saat ini sangat diperlukan karena Indonesia punya begitu banyak sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang berusia produktif. Usia produktif ini merupakan syarat utama teknoprener karena usaha berbasis teknologi ini membutuhkan kreativitas, daya juang yang besar, serta upaya yang besar dan intelektualitas yang tinggi, " ungkap Kepala BPPT Marzan A. Iskandar pada pembukaan `Technopreneurship Camp` di Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, (10/9).
Indonesia, menurut Kepala BPPT merupakan negara dengan keuntungan ganda dari sisi demografi karena penduduknya didominasi oleh kalangan usia produktif dan sumber daya alam yang melimpah. "Kita beruntung memiliki bonus demografi itu dan harus kita manfaatkan seoptimal mungkin agar sumber daya yang kita miliki dapat berguna," jelas Marzan.
Menurutnya, teknoprener harus dilakukan di negara dengan penduduk yang mayoritas merupakan golongan usia produktif. Teknoprener di Indonesia dijelaskan Marzan dapat menjadi kunci untuk negara ini dalam mempersiapkan dan melalui era pembangunan yang disebut sebagai 'Innovation Driven Economy'. “Kalau kita tidak membangun bisnis dengan inovasi, bangsa ini akan terjebak pada situasi middle income trap, dimana pendapatan perkapita diyakini akan stuck di level tertentu. Untuk mencegah itu kita perlu membangun teknoprener Indonesia. Technopreneurship Camp ini merupakan sarana strategis untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar bangsa ini melaju pembangunan ekonominya menuju 8 besar di tahun 2025 mendatang,” terangnya.
Lebih lanjut Marzan berpendapat bahwa Indonesia bisa mencapai dan melewati era pembangunan tersebut tentu setelah sejumlah persiapan dan program yang dicanangkan oleh pemerintah dijalankan dengan baik. Program seperti pengusaha pemula berbasis teknologi (PPBT) diperlukan untuk percepatan dan pembangunan Indonesia sebagai lokomotif tumbuh dan berkembanganya perekonomian Indonesia. "Dengan banyaknya inovasi di bidang teknologi, tentu ini dapat digunakan dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar Internasional," kata Marzan.
Senada dengan Kepala BPPT, Staf Ahli Menristek Bidang Energi dan Material Maju, Idwan Suhardi juga menuturkan bahwa suatu proses inovasi tidak langsung terlihat dampaknya. Oleh karenanya aktivitas seperti ini intinya adalah bagaimana Iptek menghasilkan suatu produk barang dan jasa untuk dikomersialkan. “Technopreneurship camp ini menjadi sangat penting agar kita tidak hanya bisa mencipta tapi bagaimana hasil ciptaan kita itu juga dapat kita komersialisasikan,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Industri Inovasi Teknologi dan Kawasan Ekonomi, Budi Santoso mengharapkan acara ini dapat menjadi fasilitator bagi pengembangan wirausaha berbasis teknologi khususnya bagi generasi produktif. “Karena dengan bisnis berbasis teknologi inilah kita harapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi nasional,” tegasnya.
Adapun kegiatan yang diselenggarakan di Graha Widya Bhakti Puspiptek ini berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 10 hingga 12 September dan diikuti oleh 105 peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, pemuda dan masyarakat bisnis yang berusia kurang dari 35 tahun. Kegiatan dalam `Technopreneurship Camp` ini terbagi menjadi tiga bagian. Pada hari pertama akan diisi dengan pelatihan bisnis dan teknologi, hari kedua peserta akan melakukan praktik penyusunan rencana bisnis dan pembinaan. Selanjutnya pada hari ketiga masing-masing peserta diminta untuk memaparkan proposal rencana bisnis berbasis teknologi. "Ini merupakan salah satu upaya kita untuk menumbuhkembangkan budaya inovasi di kalangan pemuda dan mahasiswa sehingga menghasilkan berbagai inovasi produk berdaya saing," kata Marzan.
Hingga pelaksanaannya yang ke-sepuluh ini, tidak kurang dari 2.000 peserta sudah pernah mengikuti kegiatan 'Technopreneurship Camp' sejak pertama kali diadakan. "Kami berharap dari 2.000 orang ini, paling tidak ada sekitar 10 persen yang benar-benar menjadi pebisnis berbasis teknologi yang menghasilkan produk berdaya saing tinggi," pungkas Marzan. (SYRA/humas)
View the Original article
No comments:
Post a Comment