Saturday, July 26, 2014

Jejak penguburan Homo sapiens di Watu Eli

Ambon (ANTARA News) - Salah satu gua di situs prasejarah Watu Eli menyimpan jejak penguburan tradisional dari lusinan tengkorak Homo sapiens yang diletakkan di relung-relung dinding batu gamping, kata arkeolog Marlon Ririmasse dari Balai Arkeologi Ambon di Ambon, Rabu.

"Gua itu disebut batu tengkorak karena terdapat hampir lusinan tengkorak Homo sapiens, beberapa tengkorak yang ditemukan masih dalam kondisi utuh, sementara sebagian lain sudah pecah dan rusak," katanya.

Ahli purbakala itu mengatakan, lokus penguburan tradisional Homo sapiens berada di kawasan perbukitan karet sebelah selatan situs terbuka Elivavan di Desa Romean, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Situs tersebut ditemukan tim yang dipimpinnya ketika berupaya mencari jejak perkampungan kuno di Kecamatan Tanimbar Utara pada 11 Maret hingga 20 Maret 2014.

"Himpunan tengkorak itu ditemukan dalam asosiasi dengan fragmen gerabah dan keramik asing, model penguburan tradisional seperti ini memang umum ditemukan di situs-situs pemukiman kuno di Tanimbar dan pulau-pulau di bagian tenggara Kepulauan Maluku," katanya.

Dia mengatakan, sebagai kawasan berbatu gamping, situs Watu Eli memiliki banyak ceruk dan gua bertipe gua payung. Tak hanya pemakaman kuno di dalam komplek situs juga ditemukan sebaran fragmen gerabah polos dan keramik asing.

Yang paling menarik dari situs tersebut adalah adanya penanda-penanda yang melekat dengan sejarah tutur masyarakat Desa Romean, yakni sumber air yang disebut dengan Air Watu Eli di titik tertinggi perbukitan karst Watu Eli.

Dalam konsep kepercayaan masyarakat setempat sumber air tersebut memiliki daya menyembuhkan penyakit.

"Pada bagian tertinggi situs ini kita bisa mengamati seluruh kawasan pesisir utara Pulau Fordata, termasuk pulau-pulau tetangga seperti Larat dan Molu Maru," ucapnya.

Editor: Jafar M Sidik

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Anjing juga bisa cemburu

California (ANTARA News) - Anjing adalah sahabat terbaik manusia, dan hasil riset memperlihatkan bahwa mereka ingin tetap seperti itu.

Hasil penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah PLOS ONE pada Rabu (23/7) menunjukkan bahwa anjing juga bisa merasakan bentuk dasar dari cemburu.

Riset yang disebut sebagai eksperimen pertama tentang kecemburuan pada anjing itu bisa mendefinisikan kembali pandangan bahwa emosi kompleks dalam bentuk rasa iri merupakan sifat manusia, kata Christine Harris, psikolog dari Universitas California, San Diego, dan penulis hasil penelitian itu.

Penelitian itu dilakukan dengan meminta pemilik 36 ekor anjing kecil melakukan tiga hal dalam pengujian --mencurahkan perhatian pada anjing animasi mewah, pada ember plastik wadah permen berbentuk labu dengan simbol Halloween, dan membaca buku anak-anak keras-keras -- sementara mengabaikan binatang piaraan mereka.

Para peneliti kemudian mengamati reaksi anjing-anjing tersebut.

Hampir 80 persen anjing mendorong atau menyentuh majikannya saat mereka memanjakan anjing mainan, dua kali lebih sering saat majikannya bermain-main dengan ember plastik, dan sekitar empat kali lebih sering saat si pemilik membaca.

Seperempat dari anjing-anjing itu bahkan mencoba menggertak anjing mainan yang juga bisa menggonggong, melolong, dan mengibaskan ekor, ketika majikan mereka bermain dengannya. Hanya seekor anjing yang menggertak pada ember dan buku.

"Tentu saja kami tidak bisa benar-benar berbicara tentang pengalaman subjektif anjing, tapi tampaknya mereka seperti termotivasi untuk menjaga hubungan sosial yang penting," kata Harris dalam pernyataan yang menyertai studi itu.

Menurut hasil riset yang didasarkan pada studi serupa untuk mengukur kecemburuan pada bayi itu menunjukkan bahwa anjing dan kemungkinan binatang-binatang lain memperlihatkan sebuah bentuk primordial emosi.

Para peneliti mengatakan kecemburuan mungkin telah berkembang menjadi cara bagi binatang yang berpasangan untuk menjaga hubungan seksual mereka atau bagi anak-anak binatang untuk bersaing mendapatkan makanan serta perhatian dari induk mereka.

Mereka mengatakan, rasa cemburu mungkin juga telah berkembang pada anjing setelah mereka sekian lama menjadi binatang peliharaan manusia.

"Manusia, bagaimanapun, telah menjadi penyedia sumber yang kaya dalam ko-evolusi kita," tulis para peneliti seperti dilansir kantor berita Reuters.

Para peneliti mengatakan, memahami kecemburuan merupakan tugas ilmiah yang penting dan menekankan bahwa kecemburuan seringkali dianggap sebagai penyebab bunuh diri dalam berbagai macam budaya. (Uu.S022)

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Arah pandangan bisa mengungkap perasaan

Jakarta (ANTARA News) - Hasil riset baru menunjukkan bahwa arah pandangan bisa mengungkapkan perasaan. .

Menurut hasil penelitian, pandangan pada wajah cenderung mengindikasikan perasaan cinta romatis sedang pandangan ke tubuh berhubungan dengan hasrat seksual.

Pandangan yang mengungkap perasaan ini bisa berlangsung kurang dari setengah detik, kata Stephanie Cacioppo, Direktur High-Performance Electrical NeuroImaging Laboratory di University of Chicago, penulis hasil studi itu.

Meski masih sedikit ilmu yang diketahui tentang cinta pada pandangan pertama atau bagaimana orang jatuh cinta, ia menjelaskan, pola respons ini memberikan petunjuk pertama tentang bagaimana proses perhatian otomatis terjadi.

"Seperti tatapan mata, bisa membedakan perasaan cinta dari perasaan menginginkan orang asing," kata Cacioppo seperti dilansir laman LiveScience.

Perasaan cinta romantis dan hasrat seksual mengaktifkan bagian yang berbeda dalam otak manusia menurut kajian yang dilakukan tahun 2012 oleh Cacioppo dan koleganya dan dipublikasikan dalam Journal of Sexual Medicine.

Studi yang baru menguji apakah para peneliti bisa mengidentifikasi perbedaan antara perasaan cinta dan nafsu berdasarkan data lacak-mata.

Pada tes pertama, para peneliti menunjukkan 120 foto hitam putih pada 16 mahasiswa heteroseksual di University of Geneva di Swiss. Setiap foto menggambarkan satu pasangan heteroseksual saling berinteraksi.

Dalam tes kedua, para mahasiswa melihat 40 foto orang menarik yang jenis kelaminnya berbeda dengan mereka. Para peneliti tidak menggunakan gambar erotis atau orang telanjang dalam percobaan mereka.

Peserta dalam kedua pengujian itu secara cepat dan tepat melaporkan apakah mereka merasakan cinta atau nafsu setelah melihat gambar-gambar itu.

Menurut para peneliti, pandangan berhubungan dengan cinta dan nafsu dalam waktu yang sama, menggambarkan kemampuan otak untuk secara cepat memproses kedua emosi.

Namun analisis data lacak-mata menunjukkan bahwa mereka yang menatap wajah orang cenderung melaporkan perasaan cinta romantis.

Sebaliknya, mereka yang lama memandang tubuh orang cenderung melaporkan hasrat seksual.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Psychological Science edisi 16 Juli itu, pengujian pada perempuan dan laki-laki menunjukkan hasil yang sama.

"Paradigma pelacakan mata pada akhirnya bisa menawarkan jalan diagnosis baru untuk praktik klinis harian atau pemeriksaan klinis rutin dalam terapi psikiatri dan atau pasangan," kata penulis studi yang lain, John Cacioppo, profesor dan direktur Center for Cognitive and Social Neuroscience di University of Chicago.

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Brasil perangi demam berdarah dengan nyamuk "mutan"

Moskow (ANTARA News) - Brasil akan menyebarkan gerombolan nyamuk hasil rekayasa genetika untuk melawan demam berdarah, penyakit tropis akut yang memengaruhi lebih dari 50 juta orang setiap tahun, demikian laporan majalah New Scientist.

Menurut New Scientist, satu perusahaan bioteknologi berbasis di Inggris, Oxitec, berencana untuk membuka pabrik di Campinas untuk meningkatkan hingga jutaan "makhluk penghisap darah" hasil rekayasa genetika itu dan melepaskan mereka ke alam liar untuk kawin dengan nyamuk betina, yang keturunannya akan mati sebelum mencapai usia dewasa.

RIA Novosti melaporkan, Oxitec berharap ini akan membantu mengurangi jumlah serangga pembawa demam berdarah.

Tidak ada vaksin untuk mencegah demam berdarah ini, yang juga disebut demam ngilu. Itu berarti yang bisa dilakukan hanya menyemprotkan insektisida pada area yang luas untuk membunuh nyamuk sebanyak mungkin.

Perusahaan Inggris yang mengembangbiakkan nyamuk itu berencana menyebarkan kawanan nyamuk itu di kota Jacobina di Bahia, negara bagian Brasil yang merupakan salah satu daerah yang paling terpengaruh demam berdarah di negeri ini.

(Uu.H-AK)

Editor: Heppy Ratna

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Peneliti latihan hidup di Mars tanpa meninggalkan Bumi

Cape Canaveral (ANTARA News) - Dalam empat bulan terakhir, satu tim peneliti hidup latihan hidup terisolasi di Mars dalam maket habitat Planet Merah di gunung berapi Hawaii.

Pemimpin ekspedisi Casey Stedman dan lima awak lain menghabiskan sebagian besar waktu tinggal di dalam kubah bertenaga surya dengan luas sekitar 93 meter persegi, hanya menjelajah untuk simulasi perjalanan antariksa dan melakukannya hanya ketika mengenakan tiruan pakaian luar angkasa.

"Saya belum melihat pohon, mencium bau hujan, mendengar burung, atau merasakan angin di kulit saya selama empat bulan," tulis Stedman dalam blog di Instagram.

Stedman adalah tentara Angkatan Udara Amerika Serikat dan mahasiswa Embry-Riddle Aeronautical University Worldwide.

"Kami melakukan simulasi misi jangka panjang di Mars, dengan fokus pada psikologi awak dalam isolasi," kata para awak dalam wawancara dengan Reddit pada Minggu.

Anggota awak, yang antara lain meliputi insinyur kimia Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dam ahli neuropsikologi dari Fort Wayne Neurological Center di Indiana, telah menjalani isolasi dari kontak langsung dengan manusia dan makan makanan kering yang sudah distabilkan.

"Pada dasarnya kami hidup dengan bubur. Bubur bercitarasa, tapi bagaimanapun tetap bubur," tulis salah satu awak, Ross Lockwood, di Instagram.

Habitat, yang dilengkapi dengan toilet pengompos tanpa-air, pada dasarnya bisa mendukung diri sendiri, kecuali untuk pasokan air dan pemulihan limbah air setiap dua sampai tiga pekan.

Komunikasi dengan dunia luar dilakukan dengan waktu tunda untuk menyesuaikan dengan 20 menit waktu perjalanan gelombang radio antara Bumi dan Mars.

Di samping elemen survei psikologis harian, para peneliti melakukan proyek ilmiah dan studi yang lain, termasuk ekspedisi ke luar habitat serupa Mars di gunung api Mauna Loa, Hawaii, yang lanskapnya mirip dengan kawasan yang disebut Tharsis di Planet Merah.

Menurut Lockwood, yang sedang menyelesaikan pendidikan doktor bidang fisika di University of Alberta, anggota tim juga bisa bersenang-senang dengan menonton film, bermain dengan papan permainan, dan berolahraga selama penelitian.

"Kami tidak punya banyak waktu luang, tapi saya menganggap kerja sebagai bagian dari bersenang-senang juga. Merencanakan EVAs (perjalanan luar angkasa), menyiapkan makanan, bahkan pekerjaan sehari-hari--semua itu kegiatan yang menyenangkan," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Penelitian simulasi hidup di Mars yang didanai oleh NASA dan diawasi oleh University of Hawaii itu bermula 28 Maret. Bagian dari operasi misi Hawaii Space Exploration Analog and Simulation atau Hi-SEAS 2 tersebut tuntas pada Jumat, tapi akan butuh berbulan-bulan untuk menyatukan temuan-temuannya.

Arah proyek itu adalah menciptakan pantuan untuk misi masa depan ke Mars, tujuan jangka panjang program antariksa Amerika Serikat.

"Semoga, ketika kita mengirim manusia ke Mars, kita telah melakukan cukup misi seperti HI-SEAS sehingga kita ingat untuk membawa barang-barang yang sangat penting seperti kertas toilet ekstra," kata anggota tim pendukung misi Gary Strawn di Reddit.

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Friday, July 25, 2014

Janin sudah mulai belajar pada usia 34 minggu

Orlando (ANTARA News) - Hasil riset baru menunjukkan bahwa janin dalam kandungan telah mulai belajar pada usia 34 minggu, tiga pekan lebih awal dibandingkan perkiraan sebelumnya.

"Ini benar-benar melampaui perkiraan sebelumnya tentang seberapa awal bayi mulai belajar, kata ketua peneliti Charlene Krueger dari College of Nursing University of Florida.

Dalam studi yang hasilnya dipublikasikan di jurnal Infant Behavior and Development itu, peneliti mengikuti 32 perempuan dari kehamilan pekan ke-28 sampai ke-38 untuk menyelidiki munculnya kemampuan belajar bayi dalam rahim.

Krueger meminta perempuan-perempuan itu dengan keras mengulang tiga kali puisi anak selama 15 detik, dan melakukannya dua kali sehari selama enam pekan. Sajak yang dipilih sebelumnya tidak diketahui oleh para ibu.

Denyut jantung janin dipantau pada pekan 32, 33 dan 34 saat mereka mendengar rekaman perempuan asing membaca puisi itu.

Para pekan ke-34, Krueger mengatakan, denyut jantung janin ketika mendengarkan rekaman secara menyeluruh sedikit menurun jika dibandingkan dengan janin kelompok kontrol, yang denyut jantungnya sedikit meningkat ketika mendengar rekaman sajak anak baru.

Krueger mengatakan perlambatan denyut jantung telah lama dihubungkan dengan pengenalan pada sesuatu yang baru pada janin.

Para peneliti berhati-hati membuat kesimpulan karena tidak signifikan secara statistik bahwa kemampuan belajar muncul pada pekan ke-34 kehamilan. Mereka kemudian meminta para ibu berhenti membaca puisi untuk bayi mereka dan melakukan pengujian lagi pada janin usia 36 dan 38 pekan.

"Pada usia 38 minggu kami percaya diri menyimpulkan bahwa janin bisa mengingat ritme puisi anak, yakni empat pekan setelah ibu berhenti membacakan sajak," kata Krueger.

"Respons yang lebih dalam dan lebih lama (pada usia 38 minggu), saya makin yakin bahwa pembelajaran berlanjut," katanya.

Krueger mengatakan temuan itu berimplikasi pada perawatan neonatal. Selanjutnya dia ingin mencoba menempatkan rekaman suara ibu di buaian bayi supaya mereka bisa mendapat dampak positig dari suara ibu.

"Apa yang benar-benar terlihat adalah betapa canggihnya interaksi antara seorang ibu dengan bayinya," kata dia seperti dilansir kantor berita Reuters.

Editor: Maryati

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Tuesday, July 22, 2014

Mahasiswa UI presentasikan riset thalasemia di London

Jakarta (ANTARA News) - Tiga mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akan mempresentasikan hasil riset terkait Thallasemia dalam London International Youth Science Forum (LIYSF) ke 56 di Inggris.

Anastasia Michelle Pratanata, Diannisa Paramitha Susantono dan Michelle Audrey Darmadi adalah mahasiswa semester 5 fakultas kedokteran UI.

Mereka akan memaparkan hasil penelitian berjudul "Hubungan antara penumpukan zat besi berlebih dengan potensi gagal tumbuh pada penderita thalassemia usia 10-18 tahun."

Diannisa di Jakarta, Minggu, menjelaskan Thalassemia merupakan penyakit genetik yag berhubungan dengan darah, dimana kandungan hemoglobin dalam darah penderita mudah pecah, dan menimbulkan gejala seperti anemia.

Namun dalam tahapan yang lebih parah, Thallasemia dapat menyebabkan gagalnya pertumbuhan pada anak.

"Terutama di usia 10-18 tahun. Itulah kenapa riset ini kami lakukan pada anak di usia tersebut," jelas Diannisa.

Anastasia menambahkan, tidak hanya gagal tumbuh, sejumlah organ seperti liver, dan limpa dapat membengkak. Penderita Thallasemia dapat hidup normal jika secara rutin melakukan transfusi darah.

Namun transfusi darah ini ternyata seperti pisau bermata dua, di satu sisi dapat membantu penderita hidup normal.

Tapi di sisi lain dapat menyebabkan penumpukan besi berlebih di organ-organ tubuh penderitanya.

Penumpukan besi berlebih ini dapat dikurangi dengan mengkonsumsi obat tepat waktu dan tepat dosis.

"Besi berlebih yang menumpuk di organ-organ tubuh inilai yang menjadi riset kami. Ternyata kelebihan besi ini dapat menyebabkan gagal tumbuh pada penderitanya," ujar Anastasia.

Forum yang berlangsung di London, Inggris tersebut akan menampilkan presentasi hasil riset dari 400 ilmuwan muda usia 17-21 tahun dari 60 negara di seluruh dunia.

"Salah satunya adalah tim kami, mewakili UI, mewakili Indonesia. Sebenarnya kami ada lima orang dalam satu tim, tapi yang akan mempresentasikan di London hanya kami bertiga," kata Michelle.

Sebagian yang hadir adalah para ilmuwan muda berprestasi yang telah memenangkan sejumlah kompetisi, baik dari tingkat nasional maupun internasional.

Michelle mengatakan, dirinya sangat senang mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil riset timnya tersebut di hadapan audiens internasional.

"Terlebih lagi mereka adalah para ilmuwan muda internasional, kami sangat antusias," tambahnya.

Selama dua minggu, para mahasiswa tersebut tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan hasil risetnya tentang Thallasemia.

Mereka juga berkesempatan untuk berkeliling sejumlah kampus-kampus terkenal yang unggul dalam bidang penelitian.

"Kami juga akan diperkenalkan juga belajar budaya setempat," tutup Michelle.

Dalam LIYSF tersebut akan hadir sejumlah pembicara kunci, Professor Peter Jenni, pendiri ATLAS collaboration, dan Profesor Roy Anderson dari London.

Editor: Aditia Maruli

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Monday, July 21, 2014

LIPI: antibiotik mikroba Indonesia jadi incaran asing

Jakarta (ANTARA News) - Keanekaragaman hayati Indonesia banyak memiliki potensi dengan nilai tak terhingga karenanya selalu menjadi incaran pihak asing termasuk mikroba penghasil antibiotik, kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Siti Nuramaliati Prijono.

"Asing banyak cari antibiotik mikroba dari Indonesia. Kebanyakan dari Amerika, Jerman, dan Prancis," kata Siti Nuramaliati Prijono, di Jakarta, Minggu.

Ia mengatakan selama ini sangat sulit untuk menangkal pencurian mikroba mengingat ukurannya yang begitu kecil.

"Terkadang oknum peneliti asing cukup mengambil segenggam tanah dari tempat ekstrim di Indonesia, dan isinya bisa mikroba sebanyak makhluk di bumi. Terkadang hanya cukup melekatkan di sepatu, mereka bisa lolos membawa keluar mikroba," ujar dia.

Potensi besar dari mikroba, menurut dia, sudah diketahui banyak pihak. Namun memang perlu penelitian jangka panjang hingga dapat memanfaatkan mikroba tersebut dalam kehidupan.

"Kita ada penelitian mikroba dengan Jerman, dan diketahui itu bisa untuk obat. Tapi ya itu tadi, masih butuh penelitian jangka panjang, dengan transfer knowledge screening dari sana mudah-mudahan hasilnya bisa lebih cepat dirasakan," ujar dia.

Kerja sama penelitian lain yang sudah dilakukan yakni dengan Amerika Serikat. Hasilnya ditemukan mikroba yang hidup dalam usus kumbang yang dapat menjadi sumber energi.

Sedangkan untuk sektor pertanian, sudah ada pupuk organik yang dikembangkan dari mikroba pemicu hormon pertumbuhan. Penelitian lain yang masih dikembangkan yakni yakni mikroba yang dapat menjadi antibiotik dan antikanker.

(V002)

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Mahasiswa Universitas Brawijaya ciptakan deterjen dari getah biduri

Malang (ANTARA News) - Lima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur, menciptakan detergen berbahan baku ekstrak getah biduri atau calotropis gigantae dengan teknologi nano, yakni "Bio-Nano Surf".

Ketua tim peneliti deterjen tersebut Devy Setyana, Selasa, mengatakan getah tanaman biduri memiliki kandungan saponin dan enzim protease yang mampu bertindak sebagai deterjen alami.

Saponin adalah jenis glikosida yang dapat membentuk buih dalam air serta dapat mengangkat kotoran dan menurunkan tegangan air, sedangkan protease adalah enzim yang dapat merombak protein.

"Keberadaan enzim protease dapat membantu kinerja saponin dalam membersihkan noda karena kemampuannya dalam memecah protein yang merupakan salah satu komponen utama kotoran pakaian," kata Devy.

Ia mengatakan biduri merupakan tanaman lokal Indonesia yang ketersediaannya cukup melimpah. Tanaman ini termasuk mudah tumbuh dan tidak bersifat musiman, tapi masih minim pemanfaatan, bahkan sebagian masyarakat masih menganggap hama karena mengandung kalsium oksalat yang menyebabkan gatal-gatal.

Dengan netralisasi menggunakan HCl pada konsentrasi aman sebesar 0,2-1 persen, sebenarnya hal itu dapat diatasi, sehingga masyarakat bisa mengambil manfaat dari saponin dan protease yang ada pada tanaman biduri.

Menyinggung proses pembuatan deterjen alami itu, Devy menjelaskan, menggunakan nanoteknologi sebagai suatu rekayasa molekuler yang mengubah partikel berskala nanometer.

Nanoteknologi ini akan meningkatkan kemampuan deterjen untuk membersihkan noda karena makin kecil partikel akan makin memudahkan masuk ke serat kain terkecil.

Selain itu partikel nano yang berukuran kecil juga akan meningkatkan daya degradasi deterjen, sehingga lebih mudah diurai oleh mikroorganisme. Proses nanofikasi ini menggunakan freeze drying (mesin pengering beku pada suhu minus) yang mampu mengecilkan partikel deterjen sampai 800 nanometer.

Teknologi ini, kata Devy, juga memungkinkan terbentuknya kristalisasi ekstrak getah biduri sehingga menjadi bubuk. Setelah mengalami proses pengujiian yang dilakukan dengan mencuci noda coklat pada kain dengan perendaman 5 menit dan pengucekan 1 menit, terbukti deterjen alami berbahan getah biduri ini mampu menyamai kemampuan deterjen komersial.

Deterjen dari getah biduri itu juga diuji toksisitas dan nilai baku mutu limbah deterjen untuk menguji tingkat biodegradable (kemampuan terurai di alam).

Hasilnya, nilai baku mutu limbah deterjen getah biduri lebih rendah dari batas maksimum ketetapan baku mutu limbah pada deterjen komersial, sehingga lebih ramah lingkungan.

"Saat ini hasil penelitian Bio-Nano Surf sudah didaftarkan untuk memperoleh hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan akan diikutkan pada konferensi ilmiah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Selandia Baru," ujarnya.

Mengenai latar belakang penelitian untuk menciptakan deterjen alami tersebut, Devy mengaku penggunaan zat aktif surfaktan Alkil Benzena Sulfonat (ABS) dan Linear Alkil Sulfonat (LAS) pada produk pembersih detergen diketahui menimbulkan dampak negatif bagi makhluk hidup.

Sebab, zat tersebut adalah bahan aktif berbahaya yang sulit diuraikan oleh mikroorganisme, sehingga dapat mencemari lingkungan, khususnya air sungai, bahkan menyebabkan kematian pada biota laut.

Selain itu, kandungan ABS dan LAS pada deterjen juga memiliki dampak negatif bagi kesehatan akibat residu cemaran yang masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan iritasi kulit.

Kelima mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP UB) yang melakukan penelitian tersebut adalah Devy Setyana, M.Arham, Sugiyati Ningrum, Anggi Nurvianti dan Nur Oktavia Suci. Lima mahasiswa tersebut dibimbing dua dosen, yakni Endrika Widyastuti dan Nur Ida Panca.

Editor: AA Ariwibowo

COPYRIGHT © 2014



View the Original article

Saturday, July 19, 2014

Misteri lubang besar Siberia

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah lubang misterius yang menganga besar ditemukan di Rusia, tepatnya di semenanjung terpencil Siberia, Yamal, tempat yang namanya secara harfiah berarti "ujung dunia".

Lubang yang pertama direkam beberapa awak helikopter yang melintas dan diunggah ke Internet minggu lalu itu mulai diselidiki oleh para ilmuwan.

Berdasarkan foto-foto yang ditampilkan via satelit Google Maps, lanskap dari lubang itu tidaklah rata tapi ada banyak lubang-lubang besar dan kecil.

Berikut beberapa konspirasi teoritis mengenai analisa penyebab lubang yang berdiameter 262 kaki (79,85 meter) dan dalam 200 kaki (60,96 meter) itu muncul atau terbentuk, seperti dilansir Gizmondo mengutip beberapa pendapat para ilmuwan:

Meteorit

"Kami dapat secara pasti mengatakan bahwa itu bukan meteorit (penyebabnya)," kata juru bicara cabang regional Kementerian Darurat Rusia kepada Siberian Times.

Terlepas dari pendapat itu. Kawah itu mungkin memang tercipta karena dampak meteor. Lubang yang besar tersebut salah satu kemungkinannya terbentuk karena meteroit berukuran besar yang menabrak bumi dan lenyap tanpa diketahui oleh peralatan seismik.

Sinkhole

Mungkin karena sinkhole, fenomena-fenomena alami tertentu yang menyebabkan terbentuknya lubang-lubang, seperti air mengalir yang secara terus-menerus menggerogoti lapisan atau bebatuan lunak sehingga membentuk lubang.

Hal seperti itu cukup umum terjadi di tempat-tempat seperti Florida, tapi daerah tersebut tidak sedingin Siberia. Dan berdasarkan bentuk dan pinggiran lubang, itu seperti ada dorongan dari dalam bumi, sesuatu belum pernah ditemui dalam sinkhole alam.

Kombinasi es, gas, dan pemanasan global

Yamal merupakan salah satu daerah yang memiliki kandungan gas terbesar di dunia. Ada teori yang menyebut bahwa pemanasan global telah mempercepat mencairnya apa yang secara historis menjadi permafrost, tanah adalah labil.

Lalu kemudian muncul penjelasan bahwa pemanasan global telah mencairkan gundukan es di dalam bumi yang mengandung gas hingga menyebabkan semburan ke luar sebagai alasan terbentuknya lubang itu.

Kegagalan pingo

Wilayah Yamal merupakan "rumah" bagi formasi geologi yang disebut pingos, yang pada dasarnya adalah gundukan es yang tertutup oleh bumi. Seperti es mencair, pingos gugur dengan sendirinya hingga menimbulkan terbentuknya kawah.

"Ini jelas versi yang sangat ekstrem dari itu," kata Chris Fogwill dari University of New South Wales kepada Sydney Morning Herald.

Para ilmuwan masih terus menyelidiki dan akan memperbarui segala informasi maupun hasil penyelidikan, termasuk kemungkinan itu dibuat oleh makluk asing (aliens).



View the Original article

Friday, July 18, 2014

Bapeten terbitkan 13.393 izin pemanfaatan nuklir

Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) mengeluarkan sebanyak 13.393 izin pemanfaatan nuklir di berbagai bidang sejak 2009.

"Jumlah izin tersebut terdiri dari 6.387 izin di bidang industri, 6.968 izin di bidang kesehatan dan 38 izin di bidang penelitian," ujar Kabag Humas Protokol Bapeten, Akhmad Muktaf Hafaini, di Jakarta, Kamis.

Pemanfaatan nuklir di bidang industri, sambung dia, misalnya digunakan pada alat "gauging".

"Alat tersebut untuk mengetahui larutan di dalam daging," katanya.

Kemudian "logging", yakni alat untuk mengetahui keberadaan minyak bumi.

Sedangkan di bidang kesehatan, izin pemanfaatan nuklir biasanya dipergunakan untuk radiasi pengion seperti CT scan dan rontgen.

"Tapi tidak berarti satu izin tersebut untuk satu instansi. Bisa saja, satu instansi beberapa izin," ujarnya.



View the Original article

Thursday, July 17, 2014

Ikan menelan banyak limbah plastik di lautan

Sydney (ANTARA News) - Beberapa ilmuwan Australia prihatin karena ikan mengkonsumsi ratusan ribu ton plastik yang mengambang di samudra dan limbah itu akan berakhir di dalam makanan laut, demikian laporan media lokal, Jumat.

Profesor Carlos Duarte, ahli oseanografi dari University of Western Australia, mengatakan limbah plastik di permukaan samudra telah berkurang 100 kali lipat daripada perkiraan.

"Kenyataan yang mengganggu adalah kita tak bisa menghitung ke mana perginya 99 persen plastik yang hilang itu," kata Prof. Duarte kepada Australian Broadcasting Commission (ABC).

"Partikel plastik yang hilang mungkin dicerna oleh ikan. Satu kemungkinan itu adalah ... yang paling mungkin," tambah ilmuwan tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua.

Namun para ilmuwan itu mendapati sebanyak 40.000 ton limbah plastik mengambang di lautan, jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan dengan satu juta ton yang telah diramalkan berdasarkan data yang berasal dari 1970.

Duarte mengatakan di antara keprihatinan sehubungan dengan ikan yang mengkonsumsi limbah ialah kemungkinan plastik itu akhirnya bisa berakhir di dalam rantai makanan manusia.

"... Ikan ini yang mengkonsumsi plastik dimangsa oleh tuna, oleh ikan pedang dan juga oleh cumi-cumi. Semuanya tersedia di piring makan malam manusia," katanya.

"Jadi plastik tersebut mungkin akhirnya memasuki jaringan makanan tropis samudra, dan kita manusia adalah bagian dari itu," tambahnya.

(C003)



View the Original article

Sukun ternyata "superfoods"

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah ulasan dalam New Scientist menyebutkan, buah sukun (Artocarpus altilis) merupakan salah satu "superfoods " yang berpotensi mengatasi kelaparan di seluruh dunia sekaligus menyediakan protein dalam dosis yang menyehatkan.

Berat sukun yang secara keseluruhan sekitar tujuh kilogram dapat memberikan porsi karbohidrat untuk lima orang anggota keluarga.

Para ilmuwan percaya, sukun berpotensi memberi makan masyarakat di seluruh dunia jika buah ini menghasilkan sekitar 204 kilogram/musim.

Sukun yang dikonsumsi di seluruh Kepulauan Pasifik ini memiliki kandungan, vitamin, serat, mineral, bebas gluten dengan kandungan karbohidrat dan protein yang kaya.

Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, satu cangkir, atau 220 gram sukun mengandung 1.070 miligram kalium, 60 gram karbohidrat, dan 2,4 gram protein.

Kandungan energi, serat, dan protein dalam sukun ini dapat membantu mengatasi penyebab utama kematian pada anak di negara berkembang: kekurangan gizi.

Kemudian, menurut American Heart Association, peningkatan asupan serat dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh, sekaligus meningkatkan kolesterol baik (HDL) (baik). Hal ini membantu melindungi tubuh terhadap penyakit jantung dan serangan jantung.

Sebuah tim peneliti di National Tropical Botanical Garden Hawaii (NTBG) sekarang ini bekerja bersama Aliansi amal untuk End Hunger mendistribusikan buah ini ke negara-negara yang tidak memiliki pasokan makanan secara teratur.

Diane Ragone, seorang ahli holtikultura dan anggota NTBG , yang mempelajari tanaman ini sejak 1980-an, telah menelusuri kembali asal mula sukun dengan bantuan Nyree Zerega, direktur Program Pascasarjana di Universitas Northwestern dan Chicago Botanic Garden.

Penelitian ini telah membantu para ilmuwan mempelajari bagaimana mereka dapat mendistribusikan sukun ke negara-negara yang tingkat kemiskinan dan kelaparannya tinggi.

"Di Polynesia, secara tradisional, Anda akan menanam sukun ketika anak lahir, karena  akan menjamin ketersediaan makanan sepanjang kehidupan anak," kata Zerega, seperti dilansir Medical Daily.

Saat ini, para ahli sedang menyelidiki varietas tanaman sukun mana yang cocok untuk lingkungan dan iklim tertentu, serta sesuai dengan selera lokal masyarakat di negara-negara kurang dalam ketahanan pangannya.

Selain itu, mereka juga berusaha mengidentifikasi varietas tanaman dapat menghasilkan panen dan mengandung kadar protein terbaik.



View the Original article

Menristek harapkan presiden terpilih perhatikan iptek

Banjarbaru (ANTARA News) - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengharapkan presiden terpilih mampu lebih meningkatkan perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi agar bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan maju.

"Harapan kami, siapa pun presiden terpilih mampu lebih memperhatikan dan meningkatkan iptek," ujarnya usai menyalurkan hak pilih di TPS 24 RT 27 Kelurahan Sungai Besar, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu.

Ia mengatakan, pembangunan dapat dipertahankan bahkan bisa dipercepat peningkatannya melalui iptek sehingga perhatian terhadap kemajuan teknologi dan informasi harus lebih diperhatikan.

Ditekankan, pihaknya mendukung kedua calon presiden yang berjanji meningkatkan perhatian di bidang iptek melalui penambahan dana bagi penelitian yang merupakan langkah awal pengembangan iptek.

"Kami apresiasi dua capres yang berjanji menaikkan dana penelitian karena penelitian dibutuhkan untuk mengawali pengembangan iptek agar program pembangunan yang akan dijalankan bisa lebih baik," ungkapnya.

Menurut dia, dana penelitian yang dialokasikan Kemenristek sebesar Rp10 triliun, tetapi besaran anggaran itu masih kurang dibanding negara lain yang mengalokasikan anggaran bagi penelitian lebih besar.

Disebutkan, anggaran penelitian negara lain ditetapkan berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang besarnya minimal 1 persen, sedangkan Indonesia besarannya masih mencapai 0,08 persen sehingga masih kurang.

"Harapan kami, ada penambahan anggaran penelitian sebesar Rp10 triliun lagi sehingga jumlah penelitian semakin banyak dan teknologi dapat semakin dikembangkan untuk mendukung pembangunan," ujarnya.

Dikatakan, penambahan anggaran penelitian bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas berbagai bidang sehingga kesejahteraan bagi 240 juta rakyat lebih terjamin dan bisa menuju kemakmuran.

"Contohnya produktivitas padi, melalui penelitian sudah mampu meningkatkan produksi mencapai 9-10 ton satu hektare dari sebelumnya hanya berkisar 5-6 ton per hektare," sebut menteri asal Banjarmasin itu.

Selain itu, kata dia, lembaganya juga mengembangkan pusat unggulan iptek yang tersebar pada enam koridor dan 19 daerah yang mengawasi mulai dari produksi awal di bagian hulu hingga akhir atau hilir.

"Pusat unggulan yang dijalankan itu mampu menghasilkan nilai tambah produk setiap daerah sehingga bisa menjadikannya sebagai bahan yang bernilai guna lebih tinggi dibanding produk awal," katanya.

(KR-YRZ/R010)



View the Original article

Jepang akan buat robot Gundam raksasa

Jakarta (ANTARA News) - Tim pembuat animasi dan insinyur Jepang mengungkapkan rencana untuk membuat robot Gundam raksasa setinggi 18 meter.

Serial anime "Mobile Suit Gundam" pertama kali tayang di Jepang tahun 1979, dan tayangan tentang robot-robot yang terkunci dalam perang intergalaksi itu memiliki penggemar antusias di Asia, Eropa dan tempat lainnya.

Pada perayaan ulang tahun ke-30 tayangan itu tahun 2009, patung Gundam setinggi 18 meter didirikan di taman Tokyo.

Sekarang mereka berencana memberikan raksasa baru Gundam gerakan dan meminta masukan publik untuk mewujudkan ide itu.

"Ketika saya membuat Gundam 35 tahun lalu, saya menggunakan imajinasi saya secara bebas karena itu tidak nyata," kata Yoshiyuki Tomino, pencipta utama "Mobile Suit Gundam", kepada wartawan di Tokyo, Rabu (9/7).

"Ini lah yang disebut kreativitas -- ketika kau memimpikan sesuatu. Empat dekade kemudian, Gundam tumbuh menjadi sesuatu yang baru," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.

Saran dari publik yang masuk akan digunakan untuk membangun robot pada 2019, saat perayaan 40 tahun tayangan dan setahun sebelum Tokyo menjadi tuan rumah Olimpic Games.



View the Original article

Kulit punya reseptor bau untuk sembuhkan luka

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah studi terbaru dari Jerman menunjukkan, hidung bukanlah satu-satunya bagian tubuh yang memiliki reseptor untuk mencium bau. Nyatanya, kulit juga memiliki reseptor ini.

Hanya saja, tidak seperti reseptor pada hidung, reseptor di kulit tidak memicu emosi di otak, namun, justru berperan menyembuhkan kerusakan selnya (luka). 

Jurnal New Scientist melaporkan, dalam sebuah studi, Hanns Hatt dan pihak laboratorium Universitas Ruhr Bochum di Jerman menemukan, ketika keratinosit -- jenis kulit utama yang digunakan sebagai objek studi--dicampur dengan Sandalore selama lima hari dalam tabung reaksi, reproduksi sel meningkat sebesar 32 persen dan migrasi sel meningkat hampir setengahnya. Kedua proses ini diperlukan untuk memperbaiki kulit yang rusak.

Sandalore merupakan minyak cendana sintetis yang sering digunakan dalam parfum. 

Menurut mereka, normalnya, ketika Anda mencium sesuatu dengan hidung, reseptor bau mengirim pesan ke otak Anda. Hal ini dapat mengingatkan otak soal bahaya, relaksasi, atau bahkan mendetekasi adanya pasangan yang potensial.

Berbeda dengan reseptor bau di hidung, Hatt dan timnya menemukan, reseptor bau di kulit memicu sel-sel kulit untuk memperbaiki kerusakan dasar padanya.

Sementara itu, menurut Joel Mainland dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia, meskipun ada kecenderungan besar reseptor bau yang ditemukan di bagian tubuh lainnya melakukan fungsi lain, fakta soal reseptor ini memperbaiki luka cukup mengejutkan.

Menurut Mainland, konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencapai perbaikan ini jauh lebih tinggi daripada yang digunakan untuk mengaktifkan reseptor di hidung. Dia mengatakan, dalam hal ini mungkin krim kulit lebih diperlukan dibandingkan minyak berbau kuat yang digunakan dalam aromaterapi.

"Meskipun gagasan tentang krim penyembuhan kulit mungkin terdengar menarik, hasilnya mungkin berbeda tergantung pada setiap individu, karena "variasi genetik dalam reseptor bau," kata Mainland seperti dilansir Medical Daily.

Untuk satu individu, minyak mungkin memiliki efek penyembuh, sementara pada orang lain dengan reseptor bau yang berbeda; hasilnya bisa netral atau bahkan beracun.

Mainland menambahkan, sekalipun kekhawatiran tentang efek obat pada  orang-orang tertentu sangat nyata, namun kasus penggunaan obat atau krim pada satu kasus bermanfaat tetapi di kasus lain justru beracun cukup langka terjadi.

Sementara itu, Hatt menunjukkan studi ini dapat mengawali perkembangan pengobatan penyakit baru dengan menargetkan reseptor bau di daerah lain dari tubuh kita. Misalnya dalam bentuk perawatan untuk menyembuhkan luka, memperbaiki kerusakan kulit yang disebabkan oleh penuaan, dan mungkin akhirnya obat untuk mengobati organ internal.

Mainland menyimpulkan, mungkin dibutuhkan waktu lama untuk menemukan pengobatan baru ini karena diperlukan jangka waktu lama untuk menguji keamanan dan kemajurannya.



View the Original article

Masyarakat Saparua masih gunakan astronomi kuno

Ambon (ANTARA News) - Masyarakat di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, masih menggunakan perhitungan astronomi kuno alias tanoar (perhitungan waktu atau hari baik) dalam pembuatan perahu tradisional, kata ahli arkeologi dari Balai Arkeologi Ambon, di Ambon, Lucas Wattimena, di Ambon, Selasa.

"Tanoar merupakan bagian dari etnoastronomi, walau era sudah berubah tapi sistem itu masih dipertahankan oleh masyarakat di Saparua sejak zaman holosen hingga kini," katanya.

Dikatakan dia, berdasarkan penelitiannya pada 5 Juni-18 Juni 2014 di Jazirah Hatawano dan Jazirah Tenggara, Pulau Saparua, masyarakat di sana memiliki perhitungan perbintangan tertentu ketika membuat perahu tradisional, yakni tanoar dengan cara menghitung jumlah purnama.

Tanoar dilakukan saat akan memilih kayu untuk perahu, sebelum memulai proses pengerjaan perahu dan ketika perahu akan diturunkan ke laut.

"Perhitungan astronomi mereka berdasarkan purnama, berapa kali bulan terang dan bulan gelap, dari perhitungan tersebut dapat diketahui kuatnya kayu yang digunakan untuk membuat perahu, kalau kayu diambil saat bulan tidak tepat maka kayu akan dimakan oleh rayap," katanya.

Dikatakannya lagi, pengetahuan masyarakat Pulau Saparua tentang astronomi kuno tersebut ditulis dalam buku panduan mereka yang dikenal dengan nats, buku itu digunakan oleh semua pembuat perahu tradisional di daerah itu.

"Nats adalah semacam buku panduan yang ditulis dengan tangan, di dalam buku itu ada patokan waktu berdasarkan jenis hewan, bulan dan bintang, ini dimiliki oleh setiap pembuat perahu di sana," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, tak hanya menggunakan sistem perbintangan khusus, kayu yang digunakan untuk perahu pun adalah kayu yang berasal dari pohon yang khusus ditanam oleh masyarakat setempat sebagai bahan untuk perahu tradisional, yakni pohon titi, salawaku, gopasa, dan kayu samar.


"Perahu-perahu mereka dibuat dari kayu yang khusus ditanam khusus di perkebunan rakyat sebagai bahan membuat perahu, kayu yang paling sering digunakan adalah kayu titi karena lebih ringan saat di atas air dan mampu menahan ombak. Harga kayu yang digunakan juga bervariasi, satu gelondongannya berkisar antara Rp300.000 hingga Rp850.000," ucapnya.

Ditambahkannya, ada dua jenis perahu tradisional di Pulau Saparua, yakni kole-kole (perahu yang menggunakan penyangga di kiri dan kanan perahu) yang digunakan untuk melaut, dan belang (sejenis sampan besar) yang hanya digunakan untuk perlombaan perahu manggurebe (perlombaan dayung sampan tradisional).



View the Original article

Orang cenderung pilih teman dengan genetik sama

Washington (ANTARA News) - Hasil studi menunjukkan bahwa orang cenderung memilih teman yang secara genetik memiliki kesamaan dengan mereka, kesamaan yang cukup besar sehingga teman pada level genetik seperti sepupu keempat.

Temuan studi yang dipublikasikan pada Senin (14/7) itu diperoleh berdasarkan pengujian sekitar 1,5 juta penanda variasi genetik dalam satu kelompok yang mencakup hampir 2.000 orang dalam studi kesehatan jangka panjang di Massachusetts, Amerika Serikat.

Para peneliti membandingkan orang yang diidentifikasi sebagai teman dengan mereka yang bukan. Mereka menemukan bahwa orang hampir sama dengan teman mereka dalam gen-gen penciuman, yang melibatkan indra penciuman, dan paling kurang serupa dalam gen-gen sistem kekebalan.

"Gen-gen penciuman punya penjelasan langsung: Orang yang suka dengan bau yang sama cenderung tertarik ke lingkungan yang sama, tempat mereka bertemu dengan orang lain yang punya kecenderungan sama," kata salah satu peneliti, James Fowler, profesor genetika medis dan ilmu politik di University of California, San Diego.

Hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences itu mengikuti hasil riset yang dipublikasikan pada Mei, yang menemukan bahwa orang cenderung memilih pasangan yang memiliki materi keturunan asam deoksiribonukleat atau Deoxyribonucleic Acid (DNA) serupa.

Fowler mengatakan temuan yang baru memperjelas bahwa orang memiliki lebih banyak kesamaan DNA dengan mereka yang dipilih sebagai teman dibandingkan dengan orang asing dalam populasi yang sama.

Karena populasi dalam studi itu sangat homogen, kebanyakan berkulit putih dengan latar belakang Eropa, temuan itu "tampaknya dipicu oleh penjelasan sederhana bahwa orang dengan kesamaan leluhur berteman satu sama lain," kata Fowler.

Sementara menurut peneliti yang lain, Nicholas Christakis, profesor sosiologi, evolusi biologi dan kedokteran dari Yale University, mekanisme yang digunakan orang untuk memilih teman dengan kesamaan genetik masih menjadi misteri.

"Ini bisa melibatkan kerja dalil 'sistem deteksi saudara' pada manusia," kata Christakis seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Nasib kita tidak hanya tergantung pada gen-gen kita sendiri, tapi juga gen-gen orang-orang di sekitar kita, dan khususnya teman-teman kita," katanya.

Christakis mengatakan bahwa dia tertarik mengetahui mengapa orang-orang memiliki teman.

"Pertemanan sangat langka di kerajaan binatang. Primata tertentu lain, di antara mamalia yang lain hanya gajah dan paus yang melakukan ini, dan ini saja memancing keingintahuan kita," katanya.



View the Original article

Gaun merah pemicu cemburu

Jakarta (ANTARA News) - Gaun merah mungkin lebih dari sekedar pilihan fesyen, karena hasil penelitian baru menunjukkan bahwa ketika perempuan melihat perempuan lain bergaun merah, mereka menjadi lebih protektif pada kekasih mereka.

"Memang sedikit terdengar seperti plot komedi romantis yang buruk, tapi warna benar-benar bisa mempengaruhi emosi dan perilaku orang," kata peneliti studi Adam Pazda, mahasiswa psikologi di University of Rochester.

"Ada keengganan sangat besar untuk memperkenalkan atau membiarkan pacar menghabiskan waktu sendiri (dengan perempuan bergaun merah)," kata Pazda kepada laman Live Science.

"Pada dasarnya, kau melihat niat perilaku defensif, seperti, 'Saya tidak ingin pacar saya dekat-dekat dengan perempuan ini'," katanya.

Dalam sejumlah studi para psikolog juga menemukan bahwa apapun niat perempuan ketika mengenakan busana merah, para pria merespons.

"Pria melihat perempuan bergaun merah lebih menarik, mereka ingin menghabiskan lebih banyak uang saat kencan dengan perempuan berbusana merah, pelayan perempuan yang mengenakan seragam merah dapat lebih banyak tips," kata Pazda.

Studi tahun 2010 dalam Journal of Experimental Psychology juga mengungkap bahwa perempuan melihat lelaki yang mengenakan baju merah lebih menarik dibandingkan mereka yang mengenakan warna lain.


Efek Merah

Dalam budaya Barat, merah berkaitan erat dengan romantisme dan seks, terlihat pada warna lambang hati Hari Valentine, lipstik merah, dan bahkan distrik merah.

Pazda dan koleganya tertarik mengetahui bagaimana perempuan merespons perempuan bergaun merah karena riset-riset sebelumnya fokus pada pria.

Para peneliti kemudian merancang tiga eksperimen sederhana.

Pertama 196 perempuan yang direkrut secara daring diperlihatkan gambar, dua-duanya perempuan muda yang cukup menarik mengenakan gaun. Satu gambar perempuan yang dilihat oleh separuh peserta penelitian mengenakan gaun putih, dan yang lain bergaun merah.

Kemudian peneliti menanyakan seberapa menarik gambar perempuan itu secara seksual dalam skala 1-100 (paling menarik).

Mereka menemukan bahwa para peserta memberikan nilai 49,26 untuk gambar perempuan bergaun merah versus 41,06 pada perempuan bergaun putih.

Studi kedua dilakukan menggunakan foto yang sama, tapi kali ini separuh peserta perempuan diminta membayangkan mereka bersaing untuk mendapatkan seorang pria dengan perempuan dalam foto itu.

Total ada 327 perempuan yang berpartisipasi dalam studi itu dan gambar perempuan bergaun merah kembali dianggap lebih menarik dengan skor 46,02 dibandingkan perempuan bergaun putih dengan skor 38,23.

Dan para perempuan cenderung menganggap perempuan bergaun merah lebih mungkin berselingkuh dengan pacar mereka dibandingkan dengan perempuan bergaun putih.

Namun hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Personality and Social Psychology Bulletin pada 11 Juli itu menunjukkan bahwa efek tersebut tidak meluas ke penilaian negatif secara umum tentang perempuan, misalnya, warna tidak mempengaruhi peluang mereka untuk meyakini bahwa perempuan itu miskin.


Warna Kecemburuan

Pazda mengatakan, para peneliti mengontraskan gaun merah dengan gaun putih karena mereka khawatir warna lain akan terlihat condong pada layar komputer.

Pada studi ketiga, para perempuan diminta melihat langsung foto, sehingga para peneliti mengubah warna alternatif menjadi hijau, warna yang tidak seperti putih, tidak berhubungan dengan kesucian.

Kali ini 143 perempuan Slowakia, seluruhnya mahasiswa yang punya hubungan heteroseksual, melihat foto perempuan yang sama mengenakan baju merah atau hijau.

Para peserta menilai bagaimana daya tarik seksual foto perempuan itu, bagaimana mereka akan memperkenalkannya ke pacar mereka, dan bagaimana perasaan mereka jika pacar mereka menghabiskan waktu dengan perempuan itu dalam skala 1 sampai 9.

Meski ada pertukaran dari putih ke hijau, peserta penelitian masih melihat perempuan berbaju merah lebih provokatif.

Perempuan berbaju merah diberi nilai 4,11 dari 9 dibandingkan nilai perempuan berbaju hijau 3,4 dari 9 dalam daya tarik seksual. Dan perempuan cenderung tidak terlalu suka perempuan berbaju merah berada di sekitar pacar mereka.

Padza mengingatkan bahwa hasil itu didasarkan pada apa yang orang katakan, bukan pada apa yang benar-benar mereka lakukan.

"Hasil studi kami hanya kecenderungan rata-rata. Ini jelas bukan bahwa setiap kali perempuan mengenakan merah, dia akan diasingkan atau dikecualikan oleh perempuan yang lain," kata dia.

Namun, ia melanjutkan, belum jelas apakah makna merah di luar konteks romatis. Dan blus merah juga mungkin akan berbeda konteks jika dibandingkan dengan gaun klub merah tua.

"Langkah selanjutnya adalah menempatkan perempuan di ruangan yang sama dengan perempuan yang mengenakan gaun merah dan tidak, dan melihat perlakuan saat berhadapan," katanya.



View the Original article

Ilmuwan temukan fosil dinosaurus dengan "empat sayap"

Washington (ANTARA News) - Para ilmuwan pada Selasa (15/7) mendeskripsikan fosil dinosaurus aneh yang tubuhnya tertutup bulu, terlihat seperti memiliki "empat sayap" dan mungkin bisa melayang.

Menurut hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, dinosaurus pemakan daging yang hidup di Tiongkok 125 juta tahun lalu itu disebut Changyuraptor yangi.

Ekor berbulunya sangat panjang, sampai satu kaki (30 sentimeter) dan merupakan bulu terpanjang yang pernah ditemukan pada dinosaurus.

Bulu juga menutup tungkai depan dan kaki Changyuraptor, yang tidak dianggap sebagai burung tapi lebih seperti dinosaurus yang sangat mirip burung.

Panjang makhluk itu sekitar empat kaki (1,3 meter) dan berat kasarnya sembilan pound (empat kg).

Jika orang melihat Changyuraptor, mungkin reaksinya akan: "Hei! Itu burung yang aneh," kata salah satu peneliti, ahli paleontologi Alan Turner dari Stony Brook University di New York, Amerika Serikat.

"Pikirkan kalkun ukuran sedang dengan ekor sangat panjang," kata Turner seperti dikutip kantor berita Reuters.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi dinosaurus-dinosaurus dengan "dua pasang sayap" yang dikenal sebagai microraptorine dan Changyuraptor adalah yang paling besar.

Burung bermula dari dinosaurus kecil berbulu. Archaeopteryx, seukuran gagak, yang hidup sekitar 150 juta tahun lalu dianggap sebagai burung paling awal yang diketahui.

Tapi banyak dinosaurus sebelum dan sesudahnya yang punya bulu dan karakter serupa burung yang lain.

"Changyuraptor sangat-sangat mirip dengan Archaeopteryx dan burung-burung primitif lain. Jadi ada banyak dinosaurus lain seperti Anchiornis dan Pedopenna. Tapi mereka punya beberapa sifat yang kurang pada burung dan kurang beberapa sifat yang dimiliki burung," kata Turner.

Ahli paleontologi dari Natural History Museum of Los Angeles County, Luis Chiappe, yang memimpin studi itu mengatakan bahwa Changyuraptor hidup di lingkungan berhutan dengan iklim sedang, memburu burung, mamalia, reptilia kecil dan ikan.

"Binatang seperti Changyuraptor mungkin tidak bergerak dengan kekuatan terbang seperti burung-burung modern. Meski demikian, Changyuraptor dan dinosaurus seperti dia bisa mengepakkan sayap dan pastinya permukaan berbulu pada tungkai depan dan belakangnya," kata Turner.

"Jadi ini meningkatkan kemungkinan mereka bisa meluncur atau 'terbang' dengan semacam cara primitif. Yang saya pikirkan: jika kau mendorong mereka dari pohon, mereka akan jatuh cukup pelan," tambah dia.

Jika Changyuraptor bisa terbang, bulu ekor panjangnya bisa membantu menurunkan kecepatan saat turun dan memungkinkannya melakukan pendaratan secara aman.

"Ini membantu menjelaskan bagaimana binatang seperti Changyuraptor bisa bergerak dalam beberapa bentuk gerakan udara - terbang, melayang, dan atau turun secara terkendali - terlepas dari ukuran mereka," kata Turner.

Pada burung-burung sekarang, bulu memiliki macam-macam fungsi di luar terbang, termasuk untuk pamer, pengenalan spesies dan ritual perkawinan. Menurut Turner, bulu Changyuraptor juga punya beberapa fungsi.

Tiongkok menjadi tempat harta karung fosil dinosaurus berbulu. Fosil Changyuraptor digali di Provinsi Liaoning, Tiongkok.



View the Original article

Kulit pisang bisa diolah jadi permen antihiperkolesterol

Kulit pisang bisa diolah jadi permen antihiperkolesterol

Warga membeli pisang di Pasar Lambaro, Aceh Besar, Minggu (29/6). Selain dimanfaatkan buahnya, kulit pisang juga bisa diolah menjadi permen lembut antihiperkolesterol. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Malang (ANTARA News) - Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, mengolah kulit pisang menjadi permen lembut antihiperkolesterol.

"Kulit pisang yang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik, ternyata mampu menurunkan kolesterol dalam darah. Limbah kulit pisang ini kami buat seperti permen atau soft candy," kata Ketua Tim Penelitian Lukman Azis, Rabu.

Lukman bersama rekannya Nisa Alfilasarida dan Clara Arha mengolah pektin dari kulit pisang menjadi marshmallow dengan bimbingan dosen mereka, Nur Ida Panca, dalam Program Kreativitas Mahasiswa dan Penelitian.

Mereka menyortir kulit pisang, lalu mengirisnya kecil-kecil dan mengukusnya selama 10 menit. Setelah itu kulit pisang yang sudah direbus dikeringkan dan dibuat tepung.

Tepung kulit pisang itu kemudian diekstraksi menggunakan metode ekstraksi padat-cair pada suhu 90 Celcius menggunakan pelarut asam untuk menghasilkan bahan dasar marshmallow.

Bahan itu kemudian dipanaskan lalu dimurnikan dengan alkohol 70 persen dan 96 persen. Penyaringan lalu dilakukan untuk mendapatkan pektin.

Menurut hasil penelitian, konsumsi pektin dari kulit pisang selama dua minggu bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah sampai 52 persen.

Para peneliti sekarang sedang dalam proses mendaftarkan paten permen lembut antihiperkolesterol dari kulit pisang itu dan meneliti potensi manfaat lainnya.



View the Original article

Wednesday, July 16, 2014

Masyarakat Saparua masih gunakan astronomi kuno

Ambon (ANTARA News) - Masyarakat di Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, masih menggunakan perhitungan astronomi kuno alias tanoar (perhitungan waktu atau hari baik) dalam pembuatan perahu tradisional, kata ahli arkeologi dari Balai Arkeologi Ambon, di Ambon, Lucas Wattimena, di Ambon, Selasa.

"Tanoar merupakan bagian dari etnoastronomi, walau era sudah berubah tapi sistem itu masih dipertahankan oleh masyarakat di Saparua sejak zaman holosen hingga kini," katanya.

Dikatakan dia, berdasarkan penelitiannya pada 5 Juni-18 Juni 2014 di Jazirah Hatawano dan Jazirah Tenggara, Pulau Saparua, masyarakat di sana memiliki perhitungan perbintangan tertentu ketika membuat perahu tradisional, yakni tanoar dengan cara menghitung jumlah purnama.

Tanoar dilakukan saat akan memilih kayu untuk perahu, sebelum memulai proses pengerjaan perahu dan ketika perahu akan diturunkan ke laut.

"Perhitungan astronomi mereka berdasarkan purnama, berapa kali bulan terang dan bulan gelap, dari perhitungan tersebut dapat diketahui kuatnya kayu yang digunakan untuk membuat perahu, kalau kayu diambil saat bulan tidak tepat maka kayu akan dimakan oleh rayap," katanya.

Dikatakannya lagi, pengetahuan masyarakat Pulau Saparua tentang astronomi kuno tersebut ditulis dalam buku panduan mereka yang dikenal dengan nats, buku itu digunakan oleh semua pembuat perahu tradisional di daerah itu.

"Nats adalah semacam buku panduan yang ditulis dengan tangan, di dalam buku itu ada patokan waktu berdasarkan jenis hewan, bulan dan bintang, ini dimiliki oleh setiap pembuat perahu di sana," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, tak hanya menggunakan sistem perbintangan khusus, kayu yang digunakan untuk perahu pun adalah kayu yang berasal dari pohon yang khusus ditanam oleh masyarakat setempat sebagai bahan untuk perahu tradisional, yakni pohon titi, salawaku, gopasa, dan kayu samar.


"Perahu-perahu mereka dibuat dari kayu yang khusus ditanam khusus di perkebunan rakyat sebagai bahan membuat perahu, kayu yang paling sering digunakan adalah kayu titi karena lebih ringan saat di atas air dan mampu menahan ombak. Harga kayu yang digunakan juga bervariasi, satu gelondongannya berkisar antara Rp300.000 hingga Rp850.000," ucapnya.

Ditambahkannya, ada dua jenis perahu tradisional di Pulau Saparua, yakni kole-kole (perahu yang menggunakan penyangga di kiri dan kanan perahu) yang digunakan untuk melaut, dan belang (sejenis sampan besar) yang hanya digunakan untuk perlombaan perahu manggurebe (perlombaan dayung sampan tradisional).



View the Original article

Orang cenderung pilih teman dengan genetik sama

Washington (ANTARA News) - Hasil studi menunjukkan bahwa orang cenderung memilih teman yang secara genetik memiliki kesamaan dengan mereka, kesamaan yang cukup besar sehingga teman pada level genetik seperti sepupu keempat.

Temuan studi yang dipublikasikan pada Senin (14/7) itu diperoleh berdasarkan pengujian sekitar 1,5 juta penanda variasi genetik dalam satu kelompok yang mencakup hampir 2.000 orang dalam studi kesehatan jangka panjang di Massachusetts, Amerika Serikat.

Para peneliti membandingkan orang yang diidentifikasi sebagai teman dengan mereka yang bukan. Mereka menemukan bahwa orang hampir sama dengan teman mereka dalam gen-gen penciuman, yang melibatkan indra penciuman, dan paling kurang serupa dalam gen-gen sistem kekebalan.

"Gen-gen penciuman punya penjelasan langsung: Orang yang suka dengan bau yang sama cenderung tertarik ke lingkungan yang sama, tempat mereka bertemu dengan orang lain yang punya kecenderungan sama," kata salah satu peneliti, James Fowler, profesor genetika medis dan ilmu politik di University of California, San Diego.

Hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences itu mengikuti hasil riset yang dipublikasikan pada Mei, yang menemukan bahwa orang cenderung memilih pasangan yang memiliki materi keturunan asam deoksiribonukleat atau Deoxyribonucleic Acid (DNA) serupa.

Fowler mengatakan temuan yang baru memperjelas bahwa orang memiliki lebih banyak kesamaan DNA dengan mereka yang dipilih sebagai teman dibandingkan dengan orang asing dalam populasi yang sama.

Karena populasi dalam studi itu sangat homogen, kebanyakan berkulit putih dengan latar belakang Eropa, temuan itu "tampaknya dipicu oleh penjelasan sederhana bahwa orang dengan kesamaan leluhur berteman satu sama lain," kata Fowler.

Sementara menurut peneliti yang lain, Nicholas Christakis, profesor sosiologi, evolusi biologi dan kedokteran dari Yale University, mekanisme yang digunakan orang untuk memilih teman dengan kesamaan genetik masih menjadi misteri.

"Ini bisa melibatkan kerja dalil 'sistem deteksi saudara' pada manusia," kata Christakis seperti dilansir kantor berita Reuters.

"Nasib kita tidak hanya tergantung pada gen-gen kita sendiri, tapi juga gen-gen orang-orang di sekitar kita, dan khususnya teman-teman kita," katanya.

Christakis mengatakan bahwa dia tertarik mengetahui mengapa orang-orang memiliki teman.

"Pertemanan sangat langka di kerajaan binatang. Primata tertentu lain, di antara mamalia yang lain hanya gajah dan paus yang melakukan ini, dan ini saja memancing keingintahuan kita," katanya.



View the Original article

Gaun merah pemicu cemburu

Jakarta (ANTARA News) - Gaun merah mungkin lebih dari sekedar pilihan fesyen, karena hasil penelitian baru menunjukkan bahwa ketika perempuan melihat perempuan lain bergaun merah, mereka menjadi lebih protektif pada kekasih mereka.

"Memang sedikit terdengar seperti plot komedi romantis yang buruk, tapi warna benar-benar bisa mempengaruhi emosi dan perilaku orang," kata peneliti studi Adam Pazda, mahasiswa psikologi di University of Rochester.

"Ada keengganan sangat besar untuk memperkenalkan atau membiarkan pacar menghabiskan waktu sendiri (dengan perempuan bergaun merah)," kata Pazda kepada laman Live Science.

"Pada dasarnya, kau melihat niat perilaku defensif, seperti, 'Saya tidak ingin pacar saya dekat-dekat dengan perempuan ini'," katanya.

Dalam sejumlah studi para psikolog juga menemukan bahwa apapun niat perempuan ketika mengenakan busana merah, para pria merespons.

"Pria melihat perempuan bergaun merah lebih menarik, mereka ingin menghabiskan lebih banyak uang saat kencan dengan perempuan berbusana merah, pelayan perempuan yang mengenakan seragam merah dapat lebih banyak tips," kata Pazda.

Studi tahun 2010 dalam Journal of Experimental Psychology juga mengungkap bahwa perempuan melihat lelaki yang mengenakan baju merah lebih menarik dibandingkan mereka yang mengenakan warna lain.


Efek Merah

Dalam budaya Barat, merah berkaitan erat dengan romantisme dan seks, terlihat pada warna lambang hati Hari Valentine, lipstik merah, dan bahkan distrik merah.

Pazda dan koleganya tertarik mengetahui bagaimana perempuan merespons perempuan bergaun merah karena riset-riset sebelumnya fokus pada pria.

Para peneliti kemudian merancang tiga eksperimen sederhana.

Pertama 196 perempuan yang direkrut secara daring diperlihatkan gambar, dua-duanya perempuan muda yang cukup menarik mengenakan gaun. Satu gambar perempuan yang dilihat oleh separuh peserta penelitian mengenakan gaun putih, dan yang lain bergaun merah.

Kemudian peneliti menanyakan seberapa menarik gambar perempuan itu secara seksual dalam skala 1-100 (paling menarik).

Mereka menemukan bahwa para peserta memberikan nilai 49,26 untuk gambar perempuan bergaun merah versus 41,06 pada perempuan bergaun putih.

Studi kedua dilakukan menggunakan foto yang sama, tapi kali ini separuh peserta perempuan diminta membayangkan mereka bersaing untuk mendapatkan seorang pria dengan perempuan dalam foto itu.

Total ada 327 perempuan yang berpartisipasi dalam studi itu dan gambar perempuan bergaun merah kembali dianggap lebih menarik dengan skor 46,02 dibandingkan perempuan bergaun putih dengan skor 38,23.

Dan para perempuan cenderung menganggap perempuan bergaun merah lebih mungkin berselingkuh dengan pacar mereka dibandingkan dengan perempuan bergaun putih.

Namun hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Personality and Social Psychology Bulletin pada 11 Juli itu menunjukkan bahwa efek tersebut tidak meluas ke penilaian negatif secara umum tentang perempuan, misalnya, warna tidak mempengaruhi peluang mereka untuk meyakini bahwa perempuan itu miskin.


Warna Kecemburuan

Pazda mengatakan, para peneliti mengontraskan gaun merah dengan gaun putih karena mereka khawatir warna lain akan terlihat condong pada layar komputer.

Pada studi ketiga, para perempuan diminta melihat langsung foto, sehingga para peneliti mengubah warna alternatif menjadi hijau, warna yang tidak seperti putih, tidak berhubungan dengan kesucian.

Kali ini 143 perempuan Slowakia, seluruhnya mahasiswa yang punya hubungan heteroseksual, melihat foto perempuan yang sama mengenakan baju merah atau hijau.

Para peserta menilai bagaimana daya tarik seksual foto perempuan itu, bagaimana mereka akan memperkenalkannya ke pacar mereka, dan bagaimana perasaan mereka jika pacar mereka menghabiskan waktu dengan perempuan itu dalam skala 1 sampai 9.

Meski ada pertukaran dari putih ke hijau, peserta penelitian masih melihat perempuan berbaju merah lebih provokatif.

Perempuan berbaju merah diberi nilai 4,11 dari 9 dibandingkan nilai perempuan berbaju hijau 3,4 dari 9 dalam daya tarik seksual. Dan perempuan cenderung tidak terlalu suka perempuan berbaju merah berada di sekitar pacar mereka.

Padza mengingatkan bahwa hasil itu didasarkan pada apa yang orang katakan, bukan pada apa yang benar-benar mereka lakukan.

"Hasil studi kami hanya kecenderungan rata-rata. Ini jelas bukan bahwa setiap kali perempuan mengenakan merah, dia akan diasingkan atau dikecualikan oleh perempuan yang lain," kata dia.

Namun, ia melanjutkan, belum jelas apakah makna merah di luar konteks romatis. Dan blus merah juga mungkin akan berbeda konteks jika dibandingkan dengan gaun klub merah tua.

"Langkah selanjutnya adalah menempatkan perempuan di ruangan yang sama dengan perempuan yang mengenakan gaun merah dan tidak, dan melihat perlakuan saat berhadapan," katanya.



View the Original article

Ilmuwan temukan fosil dinosaurus dengan "empat sayap"

Washington (ANTARA News) - Para ilmuwan pada Selasa (15/7) mendeskripsikan fosil dinosaurus aneh yang tubuhnya tertutup bulu, terlihat seperti memiliki "empat sayap" dan mungkin bisa melayang.

Menurut hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, dinosaurus pemakan daging yang hidup di Tiongkok 125 juta tahun lalu itu disebut Changyuraptor yangi.

Ekor berbulunya sangat panjang, sampai satu kaki (30 sentimeter) dan merupakan bulu terpanjang yang pernah ditemukan pada dinosaurus.

Bulu juga menutup tungkai depan dan kaki Changyuraptor, yang tidak dianggap sebagai burung tapi lebih seperti dinosaurus yang sangat mirip burung.

Panjang makhluk itu sekitar empat kaki (1,3 meter) dan berat kasarnya sembilan pound (empat kg).

Jika orang melihat Changyuraptor, mungkin reaksinya akan: "Hei! Itu burung yang aneh," kata salah satu peneliti, ahli paleontologi Alan Turner dari Stony Brook University di New York, Amerika Serikat.

"Pikirkan kalkun ukuran sedang dengan ekor sangat panjang," kata Turner seperti dikutip kantor berita Reuters.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi dinosaurus-dinosaurus dengan "dua pasang sayap" yang dikenal sebagai microraptorine dan Changyuraptor adalah yang paling besar.

Burung bermula dari dinosaurus kecil berbulu. Archaeopteryx, seukuran gagak, yang hidup sekitar 150 juta tahun lalu dianggap sebagai burung paling awal yang diketahui.

Tapi banyak dinosaurus sebelum dan sesudahnya yang punya bulu dan karakter serupa burung yang lain.

"Changyuraptor sangat-sangat mirip dengan Archaeopteryx dan burung-burung primitif lain. Jadi ada banyak dinosaurus lain seperti Anchiornis dan Pedopenna. Tapi mereka punya beberapa sifat yang kurang pada burung dan kurang beberapa sifat yang dimiliki burung," kata Turner.

Ahli paleontologi dari Natural History Museum of Los Angeles County, Luis Chiappe, yang memimpin studi itu mengatakan bahwa Changyuraptor hidup di lingkungan berhutan dengan iklim sedang, memburu burung, mamalia, reptilia kecil dan ikan.

"Binatang seperti Changyuraptor mungkin tidak bergerak dengan kekuatan terbang seperti burung-burung modern. Meski demikian, Changyuraptor dan dinosaurus seperti dia bisa mengepakkan sayap dan pastinya permukaan berbulu pada tungkai depan dan belakangnya," kata Turner.

"Jadi ini meningkatkan kemungkinan mereka bisa meluncur atau 'terbang' dengan semacam cara primitif. Yang saya pikirkan: jika kau mendorong mereka dari pohon, mereka akan jatuh cukup pelan," tambah dia.

Jika Changyuraptor bisa terbang, bulu ekor panjangnya bisa membantu menurunkan kecepatan saat turun dan memungkinkannya melakukan pendaratan secara aman.

"Ini membantu menjelaskan bagaimana binatang seperti Changyuraptor bisa bergerak dalam beberapa bentuk gerakan udara - terbang, melayang, dan atau turun secara terkendali - terlepas dari ukuran mereka," kata Turner.

Pada burung-burung sekarang, bulu memiliki macam-macam fungsi di luar terbang, termasuk untuk pamer, pengenalan spesies dan ritual perkawinan. Menurut Turner, bulu Changyuraptor juga punya beberapa fungsi.

Tiongkok menjadi tempat harta karung fosil dinosaurus berbulu. Fosil Changyuraptor digali di Provinsi Liaoning, Tiongkok.



View the Original article

Kulit pisang bisa diolah jadi permen antihiperkolesterol

Kulit pisang bisa diolah jadi permen antihiperkolesterol

Warga membeli pisang di Pasar Lambaro, Aceh Besar, Minggu (29/6). Selain dimanfaatkan buahnya, kulit pisang juga bisa diolah menjadi permen lembut antihiperkolesterol. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Malang (ANTARA News) - Tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, mengolah kulit pisang menjadi permen lembut antihiperkolesterol.

"Kulit pisang yang selama ini tidak termanfaatkan dengan baik, ternyata mampu menurunkan kolesterol dalam darah. Limbah kulit pisang ini kami buat seperti permen atau soft candy," kata Ketua Tim Penelitian Lukman Azis, Rabu.

Lukman bersama rekannya Nisa Alfilasarida dan Clara Arha mengolah pektin dari kulit pisang menjadi marshmallow dengan bimbingan dosen mereka, Nur Ida Panca, dalam Program Kreativitas Mahasiswa dan Penelitian.

Mereka menyortir kulit pisang, lalu mengirisnya kecil-kecil dan mengukusnya selama 10 menit. Setelah itu kulit pisang yang sudah direbus dikeringkan dan dibuat tepung.

Tepung kulit pisang itu kemudian diekstraksi menggunakan metode ekstraksi padat-cair pada suhu 90 Celcius menggunakan pelarut asam untuk menghasilkan bahan dasar marshmallow.

Bahan itu kemudian dipanaskan lalu dimurnikan dengan alkohol 70 persen dan 96 persen. Penyaringan lalu dilakukan untuk mendapatkan pektin.

Menurut hasil penelitian, konsumsi pektin dari kulit pisang selama dua minggu bisa menurunkan kadar kolesterol dalam darah sampai 52 persen.

Para peneliti sekarang sedang dalam proses mendaftarkan paten permen lembut antihiperkolesterol dari kulit pisang itu dan meneliti potensi manfaat lainnya.



View the Original article

HUT KE-55, KEBUN RAYA BALI LIPI RESMIKAN TAMAN BAMBU

HUT Ke-55, Kebun Raya Bali LIPI Resmikan Taman Bambu
Rabu, 16 Juli 2014

(Bali Humas LIPI). Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Eka Karya Bali Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-55, Selasa (15/7).

Dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) tersebut, salah satu satuan kerja LIPI ini menandainya dengan peresmian Taman Tematik Bambu. Tak hanya itu saja, Kebun Raya Bali LIPI juga meluncurkan Logo Korporat serta fasilitas pemanduan mandiri bagi pengunjung.

Taman Tematik Bambu sendiri diresmikan oleh Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI, yang diwakili oleh Ace Subarna, M.M. dan penanaman Bambu Tabah (Gigantochloa nigro-ciliata) oleh Kepala Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi Kementrian Kehutanan, Ir. Adi Susmianto, M.Sc.

Refleksi Manfaat Bambu

Di area Koleksi Tematik Bambu itu, telah dibangun sebuah taman yang merefleksikan manfaat bambu bagi masyarakat. Taman Tematik tersebut dirancang oleh Ir. I Dewa Putu Darma, seorang peneliti etnobotani Kebun Raya Bali LIPI.

Menurut Dewa, bambu banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Bali dalam melaksanakan ritual upacara dan budaya secara turun temurun. Beragam jenis artefak yang terbuat dari bambu masih tersimpan di beberapa masyarakat Bali kuno (Bali Age), katanya.

Dewa menegaskan, upaya konservasi bambu menjadi prioritas kegiatan Kebun Raya Bali pada tahun 2014 ini, yaitu mengoptimalkan penataan taman koleksi dengan mengkombinasikan unsur estetika, pendidikan, dan nilai pengetahuan ilmiah.

Kasi Konservasi Ex-situ UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali, Dyan Meiningsasi Siswoyo Putri, S.Si menambahkan, Kebun Raya Bali LIPI mulai mengoleksi bambu sejak tahun 1982, tumbuhan sejenis rumput raksasa ini termasuk suku Poaceae (Rumput-rumputan).

Hingga kini telah terkoleksi 58 jenis bambu dari 14 marga, termasuk di dalamnya enam jenis bambu yang hanya ditemukan (endemik) di Bali dan satu jenis bambu endemik Nusa Tenggara Timur, ungkapnya.

Tingkatkan Pelayanan

Kepala UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI Ir. I Nyoman Lugrayasa, M.Si mengungkapkan, Kebun Raya Bali senantiasa berupaya meningkatkan kualitas tanaman koleksi yang dimilikinya. Selain itu, pelayanan publik sebagai wujud komitmen terhadap ISO 9001:2008 yang telah diimplementasikan sejak 2 Mei 2013 harus terus ditingkatkan, tandasnya.

Berkenaan dengan peningkatan pelayanan, Kebun Raya Bali pun meluncurkan fasilitas pemanduan mandiri bagi pengunjung (self guide). Dr. Bayu Adjie merupakan penggagas teknologi self guide.

Kami memanfaatkan kecanggihan teknologi to educate people, karena banyak informasi di dalam Kebun Raya Bali ini yang belum tersampaikan ke masyarakat, tutur Bayu.

Menurutnya, pemanduan mandiri ini menggunakan fasilitas smartphone yang memadukan penggunaan GPS (Global Positioning System), data base informasi dan peta digital Kebun Raya Bali. (pw)



» Arsip
» Diakses : 61 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Monday, July 14, 2014

PROBLEM PENELITI ADALAH KEPERCAYAAN DIRI

Problem Peneliti adalah Kepercayaan Diri
Senin, 14 Juli 2014

Sebagai institusi yang melakukan tugas pemerintah di bidang ilmu pengetahuan, peneliti dan kinerjanya merupakan elemen penting bagi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Peneliti (Pusbindiklat Peneliti) merupakan satuan kerja di lingkungan LIPI yang mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai pembina peneliti untuk seluruh kementerian dan lembaga negara.

Redaksi web LIPI berkesempatan mewawancarai Kepala Pusbindiklat Peneliti LIPI Prof. Dr. Enny Sudarmonowati. Kepada redaksi web LIPI, sosok yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Himpunan Peneliti Indonesia (Himpenindo) ini mengungkapkan upaya mengoptimalkan karya tulis peneliti LIPI, publikasi di media, juga pengembangan tenaga penunjang peneliti untuk meningkatkan kinerja LIPI.

Bagaimana upaya dari Pusbindiklat Peneliti untuk mengoptimalkan karya-karya ilmiah peneliti LIPI supaya bisa dijadikan rujukan jurnal internasional?

Problem peneliti LIPI adalah kepercayaan diri yang selalu merasa kurang yakin karya tulisnya layak masuk jurnal internasional. Kebanyakan peneliti LIPI membuat karya tulis ilmiah namun formatnya seperti laporan. Untuk membuat yakin, kami selalu melakukan sosialiasi bagaimana karya tulis layak disitasi. LIPI sudah mempunyai Peraturan Kepala LIPI tentang Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah termasuk penulisan jurnal yang kami launching pada Desember 2012.

Peningkatan sitasi tentu saja dari mutu karya tulis ilmiah untuk bisa dimuat di jurnal internasional. Peningkatan bisa melalui workshop, kami mengundang narasumber dari Scopus untuk mendapat trik bagaimana disitasi atau minimal diindeks. Misalnya buat yang unik Indonesia, masalah yang ada di Indonesia, atau kekayaan alam Indonesia yang tidak ada di negara lain. Bisa juga melalui skema kerjasama penelitian dengan luar negeri. Kita mendorong peneliti kita untuk memperluas kerjasama dan join research dengan peneliti luar.

Kami juga belajar dari perguruan tinggi di universitas tertentu yang pengelola jurnalnya bisa membuat karya tulis yang disitasi jurnal ilmiah internasional. Jurnal internasional sebetulnya bukan selalu jurnal yang diterbitkan di luar negeri. Tapi jurnal bereputasi internasional. Bisa jurnal yang terbit di Indonesia namun bereputasi internasional. Jadi kami juga membina pengelola jurnal agar repuitasinya meningkat menjadi jurnal internasional. Dari segi sarana prasarana. Saat ini semua jurnal sudah harus online karena terkait aksebilitas dan visibilitas. Kalau belum online akan susah karena jumlahnya terbatas dan cakupannya mungkin hanya dalam negeri. Beda dengan online. Juga server. Misalnya saat verifikasi data oleh Scopus lalu server ternyata down kita mendapat embargo selama enam bulan.

Seberapa penting peringkat di Webometrics untuk menunjang posisi LIPI sebagai lembaga riset berkelas dunia?

Ini adalah salah satu ukuran. Webometrics kuncinya di visibilitas dan aksesibilitas tadi. Karena itu kita menghimbau bukan hanya karya tulis namun juga laporan-laporan kegiatan ada summary dalam bahasa Inggris supaya semua orang di seluruh dunia bisa mengetahui kinerja LIPI, termasuk juga kegiatan IPTEKDA di daerah juga harus ada laporan dalam bahasa Inggris.

Terkait dengan tulisan peneliti LIPI, masih ada peneliti yang tidak mencantumkan LIPI sebagai afiliasi saat menulis terutama untuk media massa. Bagaimana Pusbindiklat Peneliti menyikapi hal tersebut?

Kami di Pusbindiklat melihat hal itu terkait dengan penelitian. Tujuan mereka menulis di media untuk apa? Apakah untuk meningkatkan angka kredit atau untuk mendapat populer. Di Tim Penilai Peneliti Pusat, kalau instansi setuju untuk tidak membawa afiliasi itu kewenangannya kami serahkan ke instansi.LIPI perlu menentukan sikap. Apakah harus tetap membawa nama LIPI bila itu terkait dengan tugas pokok dan fungsi LIPI bahkan didanai dan memakai fasilitas LIPI, dan sebagainya. Itu ada di Klirens Etik Penelitian dan Publikasi Ilmiah. Dan sekarang yang penting adalah sosialisasinya yang intensif ke peneliti.

RUU Penelitian dan Peneliti saat ini tengah dalam tahap pembahasan di DPR, sejauh ini apa upaya dari Pusbindiklat Peneliti sebagai Pembina peneliti Indonesia untuk mengawal proses tersebut?

RUU ini diusulkan Himpenindo dengan didukung LIPI. Kalau lewat LIPI sebagai instansi pemerintah akan mengantri lama di Prolegnas. Kita ingin inisiatif DPR, akan lebih pas kalau lewat himpunan atau asosiasi profesi. Saat ini kita sekarang sedang menimbang strategi lain. Apakah RUU ini maju lewat DPR dengan anggota yang lama tapisaat ini mereka masih sibuk dengan Pemilu atau menunggu sampai masuknya anggota DPR baru.

Sebagai kepanjangan tangan LIPI di tingkat nasional, kita mensosialisasikan RUU ini kemanapun. Semakin banyak yang menegerti akan banyak dukungan. Kita harus siapkan banyak Focus Group Discussion dan sosialisasi.

Sebagai Kepala Pusbindiklat Peneliti yang juga duduk sebagai Sekretaris Jenderal Himpenindo, bagaimana anda melakukan sinergi dua institusi tadi untuk memajukan dunia penelitian Indonesia ?

Himpenindo awalnya memang dari LIPI namun kami mencari partner dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Pertanian. Kementerian Keuangan terkait pendanaan untuk workshop dan sebagainya, sedangkanKementerian Pertanian merupakan instansi pemerintahdengan peneliti terbanyak dan kinerjanya bagus disbanding yang lain dan ini kita jadikan model.

Kaitannya dengan peneliti LIPI, kalau mereka aktif dalam kegiatan Himpenindo ini akan membantu mereka mencapai hak-hak peneliti, seperti kesejahteraan. Kita punya 10 bidang seperti bidang Hukum dan HAKI, penguatan kelembagaan, penegakan etik, dan kesejahteraan. Ini tergantung apakah peneliti LIPI mau memanfaatkan Himpenindo atau tidak. Semua akan ada benefit-nya. Himpenindo juga mendorong peneliti lebih produktif lewat seminar di berbagai bidang untuk menambah wawasan peneliti, jaringan, juga publikasi.

Bagaimana action plan dari Pusbindiklat Peneliti untuk pembinaan tenaga penunjang peneliti dalam menunjang kinerja LIPI terkait dengan Reformasi Birokrasi?

Kami selalu mengatakan bukan hanya peneliti yang diberi perhatian namun juga penunjang peneliti harus diberi perhatian. Itu satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Akan pincang kalau hanya peneliti yang diperhatikan.Sekarang banyak peneliti yang mengeluh direpotkan dengan urusan administrasi. Kalau ditunjang oleh tenaga penunjang dengan tenaga fungsional yang terkait itu akan sangat membantu. Di luar negeri, peneliti tidak perlu memikirkan administrasi.

Tenaga penunjang peneliti juga penting medapatkan kesempatan training ke luar negeri. Menurut saya seeing is believing, seperti yang dilakukan Direktur Utama PT Kereta Api saat mengirimkan tenaga cleaning service untuk belejar kebersihan stasiun kereta di China. Tenaga penunjang harus diberi porsi lebih banyak untuk training dalam dan luar negeri. Pusbindiklat Peneliti mengalokasikan pendanaan untuk pembinaan SDM tenaga penunjang peneliti seperti pelatihan pengadaan barang jasa, arsiparis, penulisan ilmiah populer, dan sebagainya. Kami berharap kedepannya LIPI bisa lebih banyak menganggarkan untuk Pusbindiklat Peneliti terkait pembinaan tenaga penunjang peneliti. (fz/ms)



» Arsip
» Diakses : 212 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Saturday, July 12, 2014

Menristek harapkan presiden terpilih perhatikan iptek

Banjarbaru (ANTARA News) - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengharapkan presiden terpilih mampu lebih meningkatkan perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi agar bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan maju.

"Harapan kami, siapa pun presiden terpilih mampu lebih memperhatikan dan meningkatkan iptek," ujarnya usai menyalurkan hak pilih di TPS 24 RT 27 Kelurahan Sungai Besar, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu.

Ia mengatakan, pembangunan dapat dipertahankan bahkan bisa dipercepat peningkatannya melalui iptek sehingga perhatian terhadap kemajuan teknologi dan informasi harus lebih diperhatikan.

Ditekankan, pihaknya mendukung kedua calon presiden yang berjanji meningkatkan perhatian di bidang iptek melalui penambahan dana bagi penelitian yang merupakan langkah awal pengembangan iptek.

"Kami apresiasi dua capres yang berjanji menaikkan dana penelitian karena penelitian dibutuhkan untuk mengawali pengembangan iptek agar program pembangunan yang akan dijalankan bisa lebih baik," ungkapnya.

Menurut dia, dana penelitian yang dialokasikan Kemenristek sebesar Rp10 triliun, tetapi besaran anggaran itu masih kurang dibanding negara lain yang mengalokasikan anggaran bagi penelitian lebih besar.

Disebutkan, anggaran penelitian negara lain ditetapkan berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang besarnya minimal 1 persen, sedangkan Indonesia besarannya masih mencapai 0,08 persen sehingga masih kurang.

"Harapan kami, ada penambahan anggaran penelitian sebesar Rp10 triliun lagi sehingga jumlah penelitian semakin banyak dan teknologi dapat semakin dikembangkan untuk mendukung pembangunan," ujarnya.

Dikatakan, penambahan anggaran penelitian bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas berbagai bidang sehingga kesejahteraan bagi 240 juta rakyat lebih terjamin dan bisa menuju kemakmuran.

"Contohnya produktivitas padi, melalui penelitian sudah mampu meningkatkan produksi mencapai 9-10 ton satu hektare dari sebelumnya hanya berkisar 5-6 ton per hektare," sebut menteri asal Banjarmasin itu.

Selain itu, kata dia, lembaganya juga mengembangkan pusat unggulan iptek yang tersebar pada enam koridor dan 19 daerah yang mengawasi mulai dari produksi awal di bagian hulu hingga akhir atau hilir.

"Pusat unggulan yang dijalankan itu mampu menghasilkan nilai tambah produk setiap daerah sehingga bisa menjadikannya sebagai bahan yang bernilai guna lebih tinggi dibanding produk awal," katanya.

(KR-YRZ/R010)



View the Original article

Jepang akan buat robot Gundam raksasa

Jakarta (ANTARA News) - Tim pembuat animasi dan insinyur Jepang mengungkapkan rencana untuk membuat robot Gundam raksasa setinggi 18 meter.

Serial anime "Mobile Suit Gundam" pertama kali tayang di Jepang tahun 1979, dan tayangan tentang robot-robot yang terkunci dalam perang intergalaksi itu memiliki penggemar antusias di Asia, Eropa dan tempat lainnya.

Pada perayaan ulang tahun ke-30 tayangan itu tahun 2009, patung Gundam setinggi 18 meter didirikan di taman Tokyo.

Sekarang mereka berencana memberikan raksasa baru Gundam gerakan dan meminta masukan publik untuk mewujudkan ide itu.

"Ketika saya membuat Gundam 35 tahun lalu, saya menggunakan imajinasi saya secara bebas karena itu tidak nyata," kata Yoshiyuki Tomino, pencipta utama "Mobile Suit Gundam", kepada wartawan di Tokyo, Rabu (9/7).

"Ini lah yang disebut kreativitas -- ketika kau memimpikan sesuatu. Empat dekade kemudian, Gundam tumbuh menjadi sesuatu yang baru," katanya seperti dilansir kantor berita AFP.

Saran dari publik yang masuk akan digunakan untuk membangun robot pada 2019, saat perayaan 40 tahun tayangan dan setahun sebelum Tokyo menjadi tuan rumah Olimpic Games.



View the Original article

Kulit punya reseptor bau untuk sembuhkan luka

Jakarta (ANTARA News) - Sebuah studi terbaru dari Jerman menunjukkan, hidung bukanlah satu-satunya bagian tubuh yang memiliki reseptor untuk mencium bau. Nyatanya, kulit juga memiliki reseptor ini.

Hanya saja, tidak seperti reseptor pada hidung, reseptor di kulit tidak memicu emosi di otak, namun, justru berperan menyembuhkan kerusakan selnya (luka). 

Jurnal New Scientist melaporkan, dalam sebuah studi, Hanns Hatt dan pihak laboratorium Universitas Ruhr Bochum di Jerman menemukan, ketika keratinosit -- jenis kulit utama yang digunakan sebagai objek studi--dicampur dengan Sandalore selama lima hari dalam tabung reaksi, reproduksi sel meningkat sebesar 32 persen dan migrasi sel meningkat hampir setengahnya. Kedua proses ini diperlukan untuk memperbaiki kulit yang rusak.

Sandalore merupakan minyak cendana sintetis yang sering digunakan dalam parfum. 

Menurut mereka, normalnya, ketika Anda mencium sesuatu dengan hidung, reseptor bau mengirim pesan ke otak Anda. Hal ini dapat mengingatkan otak soal bahaya, relaksasi, atau bahkan mendetekasi adanya pasangan yang potensial.

Berbeda dengan reseptor bau di hidung, Hatt dan timnya menemukan, reseptor bau di kulit memicu sel-sel kulit untuk memperbaiki kerusakan dasar padanya.

Sementara itu, menurut Joel Mainland dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia, meskipun ada kecenderungan besar reseptor bau yang ditemukan di bagian tubuh lainnya melakukan fungsi lain, fakta soal reseptor ini memperbaiki luka cukup mengejutkan.

Menurut Mainland, konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencapai perbaikan ini jauh lebih tinggi daripada yang digunakan untuk mengaktifkan reseptor di hidung. Dia mengatakan, dalam hal ini mungkin krim kulit lebih diperlukan dibandingkan minyak berbau kuat yang digunakan dalam aromaterapi.

"Meskipun gagasan tentang krim penyembuhan kulit mungkin terdengar menarik, hasilnya mungkin berbeda tergantung pada setiap individu, karena "variasi genetik dalam reseptor bau," kata Mainland seperti dilansir Medical Daily.

Untuk satu individu, minyak mungkin memiliki efek penyembuh, sementara pada orang lain dengan reseptor bau yang berbeda; hasilnya bisa netral atau bahkan beracun.

Mainland menambahkan, sekalipun kekhawatiran tentang efek obat pada  orang-orang tertentu sangat nyata, namun kasus penggunaan obat atau krim pada satu kasus bermanfaat tetapi di kasus lain justru beracun cukup langka terjadi.

Sementara itu, Hatt menunjukkan studi ini dapat mengawali perkembangan pengobatan penyakit baru dengan menargetkan reseptor bau di daerah lain dari tubuh kita. Misalnya dalam bentuk perawatan untuk menyembuhkan luka, memperbaiki kerusakan kulit yang disebabkan oleh penuaan, dan mungkin akhirnya obat untuk mengobati organ internal.

Mainland menyimpulkan, mungkin dibutuhkan waktu lama untuk menemukan pengobatan baru ini karena diperlukan jangka waktu lama untuk menguji keamanan dan kemajurannya.



View the Original article

REKOMENDASI DUNIA UNTUK PENYELAMATAN AIR

Rekomendasi Dunia untuk Penyelamatan Air
Jumat, 11 Juli 2014

(Jakarta Humas LIPI). The 21st session of the Intergovernmental Council of the International Hydrological Programme (IHP) yang diselenggarakan di Paris, Prancis (18-20/6) telah menghasilkan sejumlah rekomendasi penting terkait water sustainability. Dua dari resolusi tersebut, antara lain mendukung the Worlds Large Rivers Initiative (WLRI) sebagai platform ilmiah berbasis global untuk penelitian sungai terpadu serta menyetujui pembentukan HIDROEX International Institute for Education, Capacity Building dan Penelitian Terapan sebagai bagian institusi UNESCO kategori 1.

Prof. Dr. Iskandar Zulkarnaen, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang hadir mewakili Indonesia mengatakan rekomendasi tersebut merupakan respon terhadap menurunnya kualitas dan kuantitas air akhir-akhir ini. Tidak bisa dipungkiri, pencemaran dan ekploitasi air telah menyebabkan kita kekurangan pasokan air tawar dan hal tersebut tidak hanya merusak eksosistem tapi berpotensi menghambat pembangunan ekonomi, ujarnya.

Iskandar lantas mengutip pidato dari perwakilan Direktur Jenderal UNESCO pada pembukaan sidang yang mengatakan bahwa jawaban untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan memperkuat kerja sama internasional. Kerja sama global diperlukan untuk memperkuat kebijakan ilmiah terkait water security, baik pada skala nasional maupun regional, imbuhnya.

Pemilihan Presiden IHP

Sidang tersebut juga diisi dengan pemilihan presiden, wakil presiden dan anggota komisi. Secara aklamasi, Mr. David Korenfeld Federman dari Meksiko terpilih sebagai presiden karena kontribusinya yang besar terhadap pengelolaan sumber daya air. Pada level komisi, Indonesia pun terpilih sebagai salah satu wakil Resolution Drafting Committee bersama delegasi dari Turki, Rusia, Kenya dan Irak.

Sidang Council juga menyetujui pembentukan berbagai Center di beberapa negara yang ditujukan untuk pengembangan dan penelitian beberapa di antaranya tentang ecohydrology, environmental monitoring, water resources dan watershed management. Persetujuan tersebut selaras dengan agenda IHP yaitu pengembangan divisi ilmu pengetahuan yang terkait dengan air. Sebagai contoh adalah pembentukan HIDROEX yang diajukan Brazilia, pungkasnya.

IHP merupakan flagship UNESCO dan lembaga satu-satunya program Intergovernmental berbasis air dalam sistem PBB. Lembaga ini mendukung negara-negara mendapatkan solusi atas masalah-masalah terkait air. Dengan beranggotakan 36 negara, tahun ini IHP telah berhasil membantu Afrika dalam proses mitigasi terhadap dampak kekeringan serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran informasi ilmiah terkait banjir.

Sidang tersebut juga diisi dengan pemilihan presiden, wakil presiden dan anggota komisi. Secara aklamasi Mr. David Korenfeld Federman dari Meksiko terpilih sebagai presiden karena kontribusinya yang besar terhadap pengelolaan sumber daya air. Pada level komisi, Indonesia pun terpilih sebagai salah satu wakil Resolution Drafting Committee bersama delegasi dari Turki, Rusia, Kenya dan Irak.

Sidang Council juga menyetujui pembentukan berbagai Center di beberapa negara yang ditujukan untuk pengembangan dan penelitian beberapa diantaranya tentang ecohydrology, environmental monitoring, water resources dan watershed management. Persetujuan tersebut selaras dengan agenda IHP yaitu pengembangan divisi ilmu pengetahuan yang terkait dengan air. Sebagai contoh adalah pembentukan HIDROEX yang diajukan Brazilia, pungkasnya.

IHP merupakan flagship UNESCO dan lembaga satu-satunya program Intergovernmental berbasis air dalam sistem PBB. Lembaga ini mendukung negara-negara mendapatkan solusi atas masalah-masalah terkait air. Dengan beranggotakan 36 negara, tahun ini IHP telah berhasil membantu Afrika dalam proses mitigasi terhadap dampak kekeringan serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penyebaran informasi ilmiah terkait banjir.



» Arsip
» Diakses : 37 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article