Friday, August 30, 2013

SIMPOSIUM INTERNASIONAL KOMUNIKASI PUBLIK

Category: Berita Layanan Info Publik

Di tengah era globalisasi saat ini, Iptek memegang peranan penting dalam meningkatkan pembangunan. Oleh karenanya sangatlah penting untuk membangun lingkungan yang kondusif guna menumbuhkan pemahaman publik akan pentingnya Iptek, tentunya dimulai juga dari sikap keterbukaan peneliti dan perekayasa untuk mau berbicara ke publik akan apa yang tengah diteliti maupun direkayasa olehnya. “Iptek merupakan instrument untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita. Untuk itu perlu ditumbuhkan kesadaran masyarakat akan hal ini, dimana perlu juga peran aktif dari peneliti dan perekayasa dalam memberikan edukasi Iptek ke masyarakat,” ungkap  Dirjen Aptel Kominfo, Ashwin Sasongko dalam Simposium Internasional Komunikasi Publik tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2013 di Auditorium BPPT, Selasa (27/8).

Simposium internasional ini sendiri selain memiliki tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan Iptek, juga ingin menumbuhkan ketertarikan generasi muda akan Iptek. Oleh karenanya melalui pengkomunikasian Iptek yang aktif dan efektiflah tujuan tersebut dapat terwujud. Acara yang berlangsung selama dua hari ini (27-28/8) dilaksanakan dalam rangka peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional dan juga HUT BPPT ke 35. Adapun banyak pakar dari berbagai negara yang turut hadir menjadi narasumber dalam kegiatan ini.

Salah satunya adalah Presiden Jaringan Komunikasi Publik tentang IPTEK, yang berasal dari Australia, Toss Gascoigne menekankan bahwa jika Iptek ingin mendapat perhatian masyarakat, maka masyarakat harus terlebih dulu mengerti apa itu Iptek. "Masyarakat masih menganggap Iptek layaknya sebuah misteri, hal itu menjadikan mereka tidak mengerti akan sebuah teknologi. Mengatasinya tentu dibutuhkan edukasi Iptek ke masyarakat yang ditunjang dengan proses komunikasi yang tepat. Disinilah peran media massa penting untuk menjembatani Iptek, mulai dari peneliti sampai ke masyarakat," jelas Toss.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden Asosiasi Pusat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Asia Pasifik Pichai Sonchaeng mengatakan bahwa memperkenalkan IPTEK harus dimulai sedini mungkin. "Komunikasi iptek melalui metode pemberian pengalaman kepada anak-anak akan lebih menyenangkan dan lebih mudah diterima. Mengajak anak-anak untuk melihat langsung penemuan dan hasil produksi dari IPTEK akan menarik minat mereka secara tidak langsung," ujar Pichai.

Dengan metode tersebut, lanjut Pichai, anak-anak akan melihat langsung produk hasil IPTEK dan tanpa disadari seorang anak juga dapat menjadi media komunikasi Iptek, dimana nantinya mereka akan menceritakan impresi mereka akan teknologi yang diketahuinya, baik kepada temannya, orangtua, dan masyarakat umum.

"Di beberapa tempat bahkan mereka bisa mencoba sendiri alat-alat penemuan tersebut," ujar Pichai. " Dengan demikian, anak-anak mendapatkan pengetahuan sekaligus pengalaman tentang IPTEK, sehingga mereka dapat melihat dan merasakan langsung manfaat dari IPTEK itu sendiri," tukas Pichai. (SYRA/Humas)



View the Original article

SOUTHEAST ASIA UTILITY BUSINESS PLATFORM

Category: Berita Layanan Info Publik

Asia Tenggara adalah salah satu daerah yang paling cepat berkembang di dunia saat ini. Meningkatnya tingkat urbanisasi dan industrialisasi menjadikan permintaan pasokan listrik semakin tinggi. Menurut International Energy Agency (IEA) permintaan energi primer di wilayah Asia tumbuh sebesar 90% antara tahun 2009 dan 2035, tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 2,3% hampir dua kali lipat, 1,2% rata-rata di seluruh dunia. Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi itu, daerah perlu investasi secara besar-besaran dalam pembangkit energi, salah satunya adalah pengembangan energi terbarukan.

 

Dalam Southeast Asia Utility Business Platform yang diprakarsai oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), terdapat enam utility company Asia Tenggara dan tiga belas industri pendukung ketenagalistrikan dari berbagai negara turut hadir di acara yang dimulai sejak 28-30 Agustus 2013 di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta.

Kepala Bidang Rekayasa Sistem Infrastruktur Energi dan Tenaga Listrik BPPT, Ferdi Armansyah mengatakan jika BPPT dalam pameran tersebut mengenalkan teknologi Smart Grid. Smart Grid merupakan teknologi yang memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi, komputer dan cyber untuk dapat melakukan pengendalian dan pegoperasian sistem tenaga listrik dalam menyalurkan energi listrik.

Smart Grid merupakan solusi terhadap permasalahan pengendalian dan pengoperasian sistem tenaga listrik. Mengingat energi yang berasal dari fosil (BBM) diperkirakan akan habis di tahun 2025. Sudah saatnya Indonesia mengembangkan energi terbarukan seperti menggunakan tenaga surya, air dan angin,” ungkapnya.

Ia juga menerangkan Smart Metering merupakan teknologi yang saat ini sedang dikembangkan. Penggunaan Smart Meter juga dapat memudahkan pengguna dalam melakukan kontrol pemakaian daya listrik. Ia menghimbau sebaiknya industri maupun rumah tangga, bisa mengontrol pemakaian listrik pada saat beban puncak. Ferdi melanjutkan tahun ini konferensi akan berfokus pada bagaimana utilitas dapat diandalkan dan berkualitas melalui peran teknologi terbaru seperti Smart Grid dan Smart Metering.

Pada pameran ini berbagai industri pendukung yang turut hadir juga saling mengisi kebutuhan teknologi kelistrikan. Teknologi kelistrikan sangat penting agar manajemen aset dan pengelolaan bisa lebih baik, serta mengoptimalkan penggunaan jaringan, serta mengajak konsumen untuk berpartisipasi dalam penggunaan listrik dari energi terbarukan,” pungkasnya. (SYRA/Humas)

 



View the Original article

LIPI LUNCURKAN 3 TEMUAN TERBAIKNYA

LIPI luncurkan 3 temuan terbaiknya
Jumat, 30 Agustus 2013

Sindonews.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang terpusat di Graha Widya Bhakti Puspitek Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel), meluncurkan tiga temuan terbaiknya. Peluncuran itu bertepatan dengan perayaan ke 46 tahun LIPI.

Pertama ada smarphone BandrOs yang kepanjangan dari Bandung Raya Operating System. Ponsel cerdas buatan tim LIPI Bandung pimpinan L T Handoko sebagai Kepala Pusat Penelitian Informatikanya, digadang-gadang memiliki kemahiran anti sadap.

"Ponsel cerdas dengan sistem operasi open source berbasis Linux itu merupakan pengembangan dari sistem operasi desktop yang sudah kami ciptakan sebelumnya," jelas Handoko, saat ditemui di Graha Widya Bhakti Puspitek, Serpong, Kota Tangsel, Senin (26/8/2013).

Kecanggihannya pun disesuaikan, bahkan lebih tinggi dari ponsel layar sentuh pada umumnya. Selain memiliki fasilitas dual SIM dan kamera 2 MP, prosesor ponsel buatan dalam negeri ini ternyata memiliki prosesor hingga 1 Ghz.

"Untuk saat ini masih dalam bentuk software, yang support langsung ke hardware berbasis android. Jadi bukan sembarang aplikasi, tapi memang sudah sepaket dengan perangkat hardware handphonenya," tuturnya.

Tidak hanya ponsel cerdas yang diluncurkan dalam perayaan hari jadi LIPI ke-46 tersebut, LIPI ternyata juga meluncurkan mobil dan bus listrik. Yakni Electrik Car dan Electronic Bus Executive, dua kendaraan elegan bertenaga listrik yang diperuntukan sekelas presiden dan menteri.

Dikatakan Abdul Hapid selaku Ketua Tim pencipta mobil dan bus listrik, kedua kendaraan listrik yang baru dihadirkan secara prototypenya itu menghabiskan dana Rp1,8 miliar untuk bus dan Rp500 juta untuk mobil.

"Keduanya baru prototype, bila diproduksi massal kami prediksi untuk harga bus bisa mencapai Rp 1,5 miliar dan sekitar Rp 300 juta untuk harga mobilnya," jelas Hapid.

Untuk sekali isi ulang tenaga listriknya, kedua kendaraan tersebut bisa melaju hingga jarak tempuh 150 km. Karena tenaga listrik yang digunakan, tak ada gas buang atau emisi yang dihasilkan.

Kendaraan yang sudah dikembangkan sejak tujuh bulan lalu itu, dilengkapi dengan interior yang sangat elegan dan mewah.

"Kalau untuk bus kami desain untuk mobile meeting. Misalnya kepala LIPI kami ingin pergi kesuatu tempat, dalam perjalanan bisa rapat bersama staf disana, kami buat senyaman mungkin," jelas Hapid.

Malah untuk sedan listrik berbody elegan berwarna putih, rencananya akan digunakan untuk mengangkut peserta APEC dari berbagai negara. Hal tersebut diutarakan Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti Muhamad Hatta, yang juga turut mencoba mengendarai sedan listrik tersebut.

"Sudah ada pihak swasta yang mengajukan diri untuk memproduksi massal sedan listrik, nantinya buat mengangkut negara sahabat peserta APEC di Bali," ujarnya.

(maf)

» Sumber : Sindonews.com

» Kontak : Kedeputian Bidang IPT

» ARTIKEL TERKAIT :


» Arsip
» Diakses : 27 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI KEMBANGKAN METROLOGI BIOLOGI

LIPI Kembangkan Metrologi Biologi
Jumat, 30 Agustus 2013

Jakarta - Jurnal Nasional
LEMBAGA Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan mengembangkan metrologi (pengukuran) biologi sebagaimana dikatakan oleh Direktur Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi dan Metrologi (P2 KIM) LIPI, Mego Pinandito. Saat ini, kita sedang mempelajari metrologi biologi, ini sebetulnya pengembangan dari bio-science, kata Mego ketika dijumpai di Puspiptek Tangerang Selatan, Selasa (27/8).

Mego menjelaskan metrologi biologi saat ini juga baru mulai diteliti oleh beberapa negara besar lainnya. Di Asia sendiri metrologi biologi belum selesai diteliti. Menurut Mego hal itu dikarenakan pengukuran biologi akan menjadi hal yang sangat sensitif karena menyangkut kehidupan, sehingga sangat sulit untuk diteliti pengukurannya. Tiga sampai lima tahun lagi pengembangannya baru selesai. Itu sudah yang paling cepat, malah bisa lebih lambat daripada itu, ujar Mego.

Mengenai apa keungtungan yang didapat dari metrologi biologi untuk Indonesia terutama bidang perekonomian, Mego mengaku belum tahu persis karena belum diketahui cara pengukurannya.

Soal keuntungannya apa, jujur saya belum tahu. Tapi saya pastikan ini akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, ucap Mego.

Lebih lanjut Mego mengungkapkan bahwa metrologi biologi yang sedang dikembangkan oleh LIPI, masih bergantung pada tuntutan kebutuhan. Menurut Mego salah satu produk yang dapat diukur melalui metrologi biologi kemungkinan besar adalah produk buah-buahan. Tapi kalau masalah buah itu mengandung bahan-bahan insektisida, itu masih masuk ke dalam kategori metrologi kimia, ujar dia.

LIPI juga mengklaim produk standart pengukuran teknologi metrologi di Indonesia telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional. Artinya, seiring perkembangan sosial ekonomi masyarakat modern, produk Tanah Air harus meningkatkan daya saing di pasar global.

Kepala LIPI Lukman Hakim menjelaskan, perkembangan sosial ekonomi kehidupan telah menuntut masyarakat modern dan industri melahirkan produk jaminan mutu. Jaminan itu berupa standart nasional dan standart internasional yang diakui skala global akan produk-produk yang dihasilkan anak bangsa khususnya hasil penelitian dan teknologi diciptakan LIPI.

Pengelolaan metrologi secara terpadu, memiliki kepastian hukum, dan pengakuan secara nasional serta internasional justru meningkatkan kredibilitas pengukuran di Indonesia, kata Lukman kepada pers, Selasa (27/8).

Sudah jauh hari, menurutnya, P2 KIM mencoba melakukan pengakuan sistem penyelenggaraan metrologi di forum internasional. Indonesia selaku salah satu anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentu mengikuti kebijakan WTO, menghilangkan non-tarif perdagangan.

Syarat itu meminta regulasi teknis nasional dalam bidang metrologi harus transparan dan tidak diskriminatif dalam transaksi komersial melibatkan semua pihak. Namun secara eksternal produk Indonesia mengalami hambatan dengan sistem non-tarif perdagangan yang semakin terus dipacu. Belum lagi, persaingan dipasar eksport di negara ASEAN, memaksa terus bergulirnya waktu dengan persaingan yang lebih ketat.

Karenanya butuh penguatan infrastruktur metrologi sebab produk nasional sangat membutuhkan proses pengukuran yang dilakukan di pasar global, kata lukman. Sabaruddin



» Arsip
» Diakses : 42 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

3 INOVASI RISET LIPI TERPILIH DALAM “18 BUKU KARYA INOVASI UNGGULAN ANAK BANGSA”

3 Inovasi Riset LIPI Terpilih dalam 18 Buku Karya Inovasi Unggulan Anak Bangsa
Jumat, 30 Agustus 2013

(Jakarta, 30 Agustus 2013 Humas LIPI). Kita patut memberi apresiasi kepada tiga (3) orang peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini. Mereka adalah Abdul Hapid (Peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik [Telimek]), Ignasius Dwi Atmana Sutapa (Peneliti Pusat Penelitian Limnologi), serta Mashury (Peneliti Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi).

Melalui karya-karya penelitiannya, ketiga orang tersebut terpilih dan mendapat penghargaan untuk masuk dalam buku berjudul Sumber Inspirasi Indonesia 18 Buku Karya Inovasi Unggulan Anak Bangsa. Ketiganya terpilih setelah melalui seleksi dari puluhan karya ilmuwan Indonesia lainnya yang dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

Abdul Hapid terpilih berkat karya inovasi mobil listrik (sedan listrik Hevina dan bus listrik Executive Meeting). Ignasius Dwi Atmana Sutapa terpilih berkat karya riset Instalasi Pengolah Air Gambut (IPAG) menjadi layak minum. Sedangkan, Mashury terpilih dengan karya inovasi Radar Pengawas Pantai ISRA.

Dalam gelaran acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke 18 di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada Kamis (29/8) kemarin, Menristek Prof. Dr. Gusti Muhammad Hatta secara spesial memberikan buku karya inovasi tersebut kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Buku ini adalah karya inovasi untuk kemajuan bangsa, ungkapnya seusai memberi pidato sambutan dan menyerahkan buku tersebut ke Presiden SBY.

Sementara itu, pemberian penghargaan bagi peneliti yang masuk dalam 18 karya unggulan anak bangsa dilakukan selepas acara puncak peringatan Hakteknas. Penghargaan tersebut secara khusus diberikan oleh Menristek kepada setiap peneliti yang terpilih dalam buku karya inovasi tersebut. (pw)



» Arsip
» Diakses : 118 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

SBY SAMBANGI SEDAN HEVINA, BUS LISTRIK DAN STAND PAMERAN LIPI

SBY Sambangi Sedan Hevina, Bus Listrik dan Stand Pameran LIPI
Jumat, 30 Agustus 2013

(Jakarta, 30 Agustus 2013 Humas LIPI). Presiden Republik Indonesia (RI) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tampak sangat antusias tatkala berkeliling melihat-lihat pameran RITech Expo 2013 seusai mengikuti peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) Ke 18, Kamis (29/8) kemarin, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Hal yang menarik tatkala berkeliling tersebut adalah saat menyambangi stand pameran Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), serta melihat sedan Hevina dan Bus listrik karya dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) yang terparkir di salah satu sudut lapangan luar stand pameran.

Saat bertandang ke stand LIPI, SBY bersama rombongan lainnya disambut ramah oleh Kepala LIPI, Kepala Pusat Penelitian Telimek, serta Kepala Bagian Humas LIPI beserta tim lainnya. SBY pun bersalaman dan berbincang hangat dengan Kepala LIPI. Hasil-hasil karya inovasi yang bagus dan perlu terus dikembangkan dan dilanjutkan, seloroh presiden sembari mengamati satu per satu hasil karya penelitian LIPI.

Prof Dr. Lukman Hakim (Kepala LIPI) menimpali presiden pun dengan menjelaskan satu per satu hasil riset yang terpampang rapi pada stand LIPI. Salah satunya Moro LIPI yang mampu bergerak 360 derajat, ungkapnya.

Selepas beranjak dari stand LIPI, sang presiden berlanjut ke stand-stand lainnya. Dan, kemudian keluar menuju stand penelitian yang berada di lapangan. Tampak di pojok lapangan terparkir dua buah mobil berwarna putih. Ya, itu adalah sedan listrik Hevina dan Bus Listrik Executive Meeting hasil karya LIPI bekerja sama dengan Kemenristek.

SBY pun bersama rombongan menteri dan pejabat lainnya menyambangi kedua mobil tersebut dengan antusiasme tinggi. SBY dengan ibu Ani berkesempatan untuk naik ke dalam bus listrik. Keduanya kemudian diikuti oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa berserta ibu dengan dipandu Abdul Hapid, Peneliti kedua mobil listrik tersebut.

SBY mendukung mobil listrik yang dikembangkan oleh Kemenristek bersama LIPI tersebut. Ia berharap agar mobil tersebut dapat diproduksi secara massal karena ramah lingkungan. Setelah puas menjajal kedua mobil listrik ini, SBY bersama rombongan kemudian melanjutkan berkunjung ke stand pameran lainnya sebelum meninggalkan lokasi pameran. (pw)



» Arsip
» Diakses : 100 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

BJ HABIBIE: TINGKATKAN INOVASI UNTUK KEMAJUAN BANGSA

Category: Berita Layanan Info Publik

“Generasi muda perlu untuk terus belajar dan konsisten terhadap pengembangan karya-karya teknologi anak bangsa,” demikian dikatakan Presiden RI ke 3 BJ Habibie kala Rakornas Ristek dengan tema "Inovasi Untuk Kemajuan Bangsa: Sinergi Iptek, Pendidikan Dan Industri Untuk Mendorong Inovasi Nasional Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Ekonomi" di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta. (28/8)

Lebih lanjut, pendiri BPPT ini juga mengharapkan agar generasi muda bisa belajar dari kesalahan dan melanjutkan perjuangan bangsa melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM)."Kita harus belajar untuk melanjutkan perjuangan itu,dengan apa adanya, juga belajar dari kesalahan", jelas Habibie

Menyinggung soal SDM, yang mengembangkan karya inovasi teknologi dalam negeri, Habibie mengingatkan pentingnya proses pembelajaran dan ilmu untuk bisa membuat karya inovasi teknologi yang berkualitas.

Adapun pidato dari BJ Habibie ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-18. Kemudian pada hari ini juga (29/8) akan digelar Pameran Teknologi RITECH 2013 yang  akan dibuka langsung oleh Menteri Riset Teknologi (Menristek) Gusti M Hatta di Sasana Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah serta dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. 

Rakornas Ristek ini digelar untuk menghasilkan kesepakatan antara berbagai pemangku kepentingan Iptek tentang naskah akademik Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek) 2015--2019, dan naskah akademik Agenda Riset Nasional (ARN) 2015--2019. Selain itu, Rakornas ini juga dilaksanakan untuk menyelaraskan naskah akademik Kebijakan Strategis Pembangunan Nasional Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Jakstranas Iptek) 2015--2019 dan naskah akademik Agenda Riset Nasional (ARN) tahun 2015--2019 dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015--2019.

Para peserta Rakornas selanjutnya juga akan dibagi ke dalam tujuh sidang komisi sesuai bidang fokus pengembangan iptek yakni pangan, energi, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan dan obat, Hankam, dan material maju untuk membahas tentang prioritas penelitian, pengembangan, dan penerapan teknologi bidang pangan beserta target dan strategi pencapaian pada masing-masing bidang focus yang masing-masing komisi di ketuai oleh Kepala LPNK di bawah koordinasi Kementrian Ristek.  (SYRA/HUMAS)



View the Original article

PRESIDEN RI TINJAU PUNA BPPT: “Selamat, Sukses, Teruskan,”

Category: Berita Layanan Info Publik

Delapan belas tahun yang lalu, tepatnya 10 Agustus 1995, adalah tonggak sejarah peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas), saat pesawat N250 Gatotkaca buatan anak bangsa yang dirintis Menristek/Kepala BPPT kala itu, BJ Habibie, melakukan penerbangan perdana. Tahun ini Hakteknas diperingati dengan mengusung tema  "Inovasi Untuk Kemajuan Bangsa". Tema ini dipilih dengan menyadari bahwa penelitian dan pengembangan Iptek haruslah bertumpu pada kebutuhan nyata masyarakat, sehingga Iptek merupakan jawaban terhadap persoalan yang ada di masyarakat.

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan dalam pidatonya mengenai beberapa isu teknologi yang patut diperhatikan. “Isu pertama adalah pangan dan energi, kedua adalah bagaimana teknologi dapat menunjang pembangunan ekonomi, dan ketiga adalah pentingnya sinergi antara akademisi, bisnis (industri) juga pihak pemerintah (government),” tegas Presiden RI.

Adapun Hakteknas ke-18 tahun 2013 ini, perhatian ditujukan secara khusus pada Iptek untuk perlindungan bangsa dalam bentuk dukungan riset terhadap peningkatan pertahanan dan keamanan negara. Pada puncak peringatan Hakteknas 18, yang diselenggarakan Kamis ini, di Sasono Utomo Taman Mini Indonesia Indah, dihadapan Presiden RI juga dikenalkan produk terbaru hasil pengembangan industri pertahanan dalam bentuk Kendaraan Multifungsi “KOMODO”; Senapan Sniper Kal 12,7 dengan silencer oleh PT PINDAD; Bahan Semai Awan “CoSAT 1000” kerjasama PT PINDAD dan BPPT; Daya Prime Pentolite Boosters oleh PT DAHANA; berbagai peralatan sistem Radio oleh PT LEN; serta pelat baja tahan peluru dan aus oleh PT Krakatau Steel. Adapun hal tersebut merupakan tindak lanjut penyerahan “Cetak Biru Riset dan Pengembangan Produk Peralatan Hankam” yang dilaksanakan pada peringatan Hakteknas setahun lalu di Bandung.

Pada kesempatan yang sama juga dilakukan penandatanganan delapan perjanjian kerjasama antara pihak pemerintah dengan dengan BUMN dan perusahaan swasta, yaitu Kemenhan, BPPT, PT. PINDAD, PT. DI, PT. LEN, CV. Maju Mapan, PT. Garda Persada dan PT. Daya Radar Utama. Penandatanganan ini merupakan bukti bahwa kemampuan industri dalam negeri sudah dapat memenuhi kebutuhan alutsista yang pada akhirnya mendorong kerjasama integratif sumber daya nasional.

Sesaat setelah menyampaikan pidatonya, Presiden RI juga mengunjungi beberapa benda pamer dimana salah satunya adalah Pesawat Udara nir Awak (PUNA) BPPT. Presiden juga menyempatkan diri memperhatikan dengan seksama PUNA BPPT sembari mengatakan, “Selamat, Sukses, Teruskan,” tegasnya. (SJRA/humas)



View the Original article

EMPAT SYARAT PELUANG BONUS DEMOGRAFI MEMAJUKAN BANGSA INDONESIA

Empat Syarat Peluang Bonus Demografi Memajukan Bangsa Indonesia
Rabu, 28 Agustus 2013

(Jakarta, 28 Agustus 2013 Humas LIPI). Tren bonus demografi peningkatan penduduk usia muda yang besar hingga tahun 2030 menjadi sebuah peluang tersendiri. Agar bonus demografi yang saat ini mulai dinikmati oleh Indonesia menjadi kenyataan dan bisa dimaksimalkan, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof. Dr. Fasli Jalal mengungkapkan, setidaknya ada empat syarat yang mesti harus dipenuhi.

Setiap jendela peluang akan menjadi kenyataan bila dikelola dengan baik, kata Fasli saat jumpa pers, Rabu (21/8) lalu, terkait Seminar Internasional bertema Mengoptimalkan Potensi Bonus Demografi untuk Kemajuan Bangsa melalui Pembangunan SDM yang Berdaya Saing secara Global yang telah diselenggarakan di Auditorium LIPI Jakarta, Kamis (22/8). Seminar itu hasil kerja sama antara BKKBN, LIPI, Koalisi Kependudukan, Ikatan Ilmuwan Internasional Indonesia, dan Asosiasi Profesor Indonesia.

Ia katakan bahwa segala peluang bonus demografi menjadi nyata dan maksimal bila memenuhi, yakni pertama sumber daya manusia yang berkualitas dan yang kedua dapat terserap di pasar kerja.

Syarat ketiga, lanjutnya, adalah adanya tabungan rumah tangga. Kemudian, keempat ialah meningkatnya porsi perempuan dalam pasar kerja. Keempat persyaratan tersebut harus terpenuhi agar peningkatan kelompok usia muda menjadi peluang yang menjadi kenyataan dan bukan menjadi ancaman bagi kelanjutan pembangunan, tandasnya.

Dikatakan Fasli, segala persyaratan tadi bisa terpenuhi apabila pemerintah melalui lintas sektor terus berupaya membuat kebijakan unggulan di bidang pendidikan dan pembangunan kesehatan. Tak hanya itu, pemerintah juga harus membuat kebijakan tentang penyerapan tenaga kerja dan peningkatan tabungan. Selain itu, pemerintah perlu pula melakukan berbagai upaya terkait pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender, ungkapnya.

Energik dan Kreatif

Mengutip Siaran Pers Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kepala Pusat Penelitian (P2) Kependudukan LIPI, Dra. Haning Romdiati, MA mengatakan, Indonesia menikmati penduduk usia produktif dalam jumlah besar terutama kaum muda yang energik dan kreatif. Ditambah dengan postensi sumber daya alam yang melimpah dan kebijakan ekonomi yang prudent (bijaksana), proporsi penduduk usia produktif menjadi faktor kunci dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia ke depan, tandasnya.

Apalagi sejak awal tahun 2000 hingga sekarang, kata Haning, Indonesia terus menikmati pertumbuhan ekonomi yang positif. Di antara banyak faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi tersebut adalah konsumsi dalam negeri yang besar dan kreativitas penduduk usia muda atau produktif. Dengan melihat hal itu, perlu lebih mengoptimalkan lagi pontensi bonus demografi untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa, imbuhnya.

Menurutnya, bonus demografi dalam kurun waktu 2020-2030 akan membuat Indonesia menikmati apa yang disebut window of opportunity, di mana rasio ketergantungan sangat rendah (sekitar 44 persen). Pada kurun waktu tersebut, jumlah penduduk Indonesia berkisar antara 268 juta jiwa (2020) dan 293 juta jiwa (2030). Jumlah penduduk usia produktif pada kurun waktu yang sama adalah 198,5 juta dan 200,3 juta jiwa. Disebut sebagai window opportunity karena kondisi tersebut baru berupa potensi yang aktualisasinya tergantung pada banyak faktor, pungkas Haning. (pw)



» Arsip
» Diakses : 66 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI KEMBANGKAN SMARTPHONE DAN OS LOKAL ANTISADAP

LIPI Kembangkan Smartphone dan OS Lokal Antisadap
Jumat, 30 Agustus 2013

Sistem operasi (OS) perangkat telepon seluler (ponsel) saat ini masih didominasi oleh Android buatan Google dan iOS dari Apple. Kedua OS tersebut merupakan produk buatan perusahaan luar negeri.

Untuk mengangkat potensi lokal, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pun meluncurkan sistem operasi mobile buatan lokal bernama Bandros (Bandung Raya Operating System), lengkap dengan handsetnya yang juga buatan anak negeri.

Ponsel Bandros ini diklaim memiliki kegunaan khusus yaitu sebagai ponsel antisadap, untuk digunakan kalangan pemerintah dan korporat. Bandroid dibangun dengan menggunakan sistem operasi Linux.

"Ponsel ini dipakai untuk kegunaan khusus, salah satunya bisa diatur sebagai telepon antisadap," ujar Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko di Puspiptek Tangerang Selatan.

Karena difungsikan untuk kegunaan khusus, ponsel pintar ini dibuat sesuai dengan pesanan saja. Awalnya para peneliti LIPI mengembangkan piranti lunak Bandros ini untuk pasien rumah sakit dan pemberian informasi perihal sistem peringatan dini.

Penelitian sistem operasi Bandros sendiri baru dimulai pada 2010, dengan melakukan penelitian terhadap perangkat sistem tertanam. Sistem operasi tersebut merupakan pengembangan dari sistem operasi 'desktop' yang sudah diciptakan sebelumnya.

Untuk mengembangkan sistem operasi ponsel ini dibutuhkan dana sekitar Rp 50 juta, yang dibiayai oleh APBN melalui Dipa Pusat Penelitian Informatika - LIPI. Dana awal pengembangannya semula bernilai Rp250 juta, namun dikurangi dengan alasan penghematan anggaran. (ANT/Dew)



» Arsip
» Diakses : 14 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI GARAP SMARTPHONE BERSENJATAKAN OS LOKAL

LIPI Garap Smartphone Bersenjatakan OS Lokal
Jumat, 30 Agustus 2013

Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang mengembangkan ponsel cerdas yang memiliki fitur anti sadap. Ponsel yang diberi nama BandrOS ini dikembangkannya untuk kegiatan intelijen.

"Ini bisa digunakan untuk kepentingan intelijen, karena nggak bisa disadap. Jadi special purpose," ujar peneliti LIPI, LT Handoko kepada wartawan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek), Serpong, Tangerang, Senin (26/8/2013).

Handoko menjelaskan bahwa tidak semua orang nantinya bisa memiliki ponsel ini. Penjualannya terbatas, dengan tetap memperhitungkan regulasi terkait komunikasi dan informatika yang ada.

Handoko bercerita bahwa awalnya penelitian ini dilakukan untuk menciptakan alat untuk keperluan rumah sakit dan panti jompo. Dengan mengganti tombol dengan ponsel, maka fungsinya akan semakin efektif karena tidak memerlukan kabel sehingga bisa dibawa ke mana pun. Handoko juga menjelaskan hardware yang diperlukan pun tak perlu mahal.

"Kita beri aplikasi khusus, jadi kalau misalnya dia jatuh bisa ketahuan di mana. Mereka bisa lacak orang ini ada di mana. Kalau ada telepon, bisa diforward ke pasien itu. Dia juga bisa dipanggil lewat (ponsel) itu," ulasnya.

(sip/yud)



» Arsip
» Diakses : 9 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

HIU BERJALAN JENIS BARU DITEMUKAN DI HALMAHERA

Hiu Berjalan Jenis Baru Ditemukan di Halmahera
Jumat, 30 Agustus 2013

JAKARTA, KOMPAS.com Harta karun laut dari kawasan Segi Tiga Terumbu Karang kembali diungkap, kali ini di wilayah Halmahera. Ilmuwan mengonfirmasi keberadaan spesies baru hiu berjalan di wilayah tersebut yang kemudian dinamai Hemiscyllum halmahera.

Kisah penemuan hiu berjalan itu cukup panjang, bermula dari foto yang diambil oleh penyelam asal Inggris, Graham Abbott, di perairan selatan Halmahera pada tahun 2007.

Abbot mengirim foto jepretannya kepada Conservation International (CI) untuk menanyakan apakah foto menunjukkan spesies hiu berjalan sama dengan yang ditemukan di Kaimana dan Cendrawasih, yang baru saja ditemukan saat itu.

Dari foto itu, ilmuwan di CI menyadari adanya perbedaan. Tahun 2008, bekerja sama dengan pemerintah provinsi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Khairun, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan The Nature Conservancy (TNC), CI melakukan survei potensi konservasi kelautan dan pariwisata bahari di Halmahera, di mana hiu berjalan ini dapat difoto lagi, tetapi spesimennya belum berhasil dikoleksi.

Baru pada tahun 2012, dua spesimen hiu tersebut berhasil dikoleksi. Penelitian berdasarkan spesimen itu akhirnya berhasil mengungkap kebaruan spesies hiu berjalan di Halmahera itu. Secara resmi, hiu berjalan Halmahera diumumkan sebagai spesies baru lewat publikasi di Journal of Ichtyology yang terbit pada Juli 2013.

"Perbedaan signifikan spesies hiu berjalan ini adalah pada pola warnanya, utamanya adanya sepasang bintik di bagian bawah kepalanya, sementara bintik-bintik yang ada di bawah kepala lainnya membentuk pola menyerupai huruf U," kata Mark Erdmann dari CI, yang juga terlibat dalam identifikasi.

Pakar hiu dari LIPI, Fahmi, yang sedang melakukan penelitian tentang genus Hemiscyllium, mengungkapkan bahwa penemuan ini semakin menggarisbawahi keragaman hiu di perairan Indonesia timur.

"Ini merupakan spesies hiu berjalan ketiga yang dideskripsikan dari Indonesia timur dalam enam tahun terakhir, yang menunjukkan keanekaragaman elasmobrach di Indonesia," kata Fahmi.

Fahmi mengungkapkan, hiu berjalan merupakan spesies yang hidup di perairan laut dangkal. Dikatakan berjalan karena gerakannya yang mirip dengan gerakan berjalan fauna darat. Kenyataannya, hiu berjalan meliuk dengan menggunakan siripnya. Hiu ini bisa berenang, tetapi hanya mempergunakan kemampuan berenangnya untuk melarikan diri dari predator.Menurut Fahmi, hiu berjalan memiliki perbedaan dengan hiu yang pada umumnya dikenal manusia. Hiu berjalan jinak. Cara pernapasannya pun berbeda. Golongan hiu ini hanya memakan udang, kepiting, dan hewan-hewan kecil lainnya. Hiu berjalan punya gigi yang membantunya menggerus makanan yang bercangkang.

Hingga kini, baru ada sembilan spesies hiu berjalan yang ditemukan. Enam dari sembilan spesies tersebut ditemukan di wilayah Indonesia, sementara tiga lainnya tersebar terbatas di wilayah Papua Niugini dan utara Australia.

Hiu berjalan yang pertama ditemukan adalah H ocellatum di Australia. Selanjutnya, hiu berjalan ditemukan di Raja Ampat pada tahun 1824 (H freycineti), Australia pada 1843 (H trispeculare), dan Papua Niugini pada 1967 (H hallstromi dan H strahani).

Dalam satu dekade terakhir sebelum temuan kali ini, ditemukan tiga spesies hiu berjalan baru, di Kaimana (H henryi) dan Cendrawasih (H galei) tahun 2008 dan Papua Niugini (H michaeli) tahun 2010.

Fahmi menguraikan, hiu berjalan yang berhabitat di laut dangkal merupakan hiu yang lebih modern dari hiu perenang dan buas yang hidup di laut dalam. Semakin ke darat maka semakin modern. Jadi, hiu berjalan ini lebih modern dari hiu umumnya, kata Fahmi.

Hiu berjalan merupakan jenis hiu yang relatif baru dikenal. Istilah hiu berjalan sendiri tergolong baru. Dahulu, ilmuwan biasa menyebutnya hiu tokek.

Karena baru, masih banyak yang belum kita ketahui tentang hiu ini, ungkap Fahmi.

Saat ini, Fahmi dan timnya akan berupaya untuk mengungkap genetikanya, hubungan kekerabatan antar-jenis hiu berjalan, serta proses evolusi yang menciptakannya.

Petunjuk sejarah geologi Halmahera

Erdmann mengatakan, temuan H Halmahera menarik karena mampu menunjukkan kemiripan distribusi hiu berjalan dengan burung cenderawasih dan sejarah geologi Halmahera.

"Penemuan spesies ini menarik karena genus Hemiscyllium sebelumnya hanya ditemukan di Papua dan wilayah utara Australia. Kini, seperti burung cenderawasih, ditemukan pula spesies yang berasal dari Halmahera. Ini menunjukkan betapa dekat hubungan Papua dengan Halmahera."

Hiu berjalan adalah fauna yang memiliki kemampuan gerak yang sangat terbatas. Bahkan, dalam publikasi penemuan ini di Journal of Ichtyology, Juli 2013, Erdmann mengungkapkan bahwa hiu berjalan ini mungkin tidak sanggup mengatasi banyak hambatan di lautan.

Dengan keterbatasan tersebut, pertanyaan tentang keberadaan hiu berjalan di Halmahera muncul. Bagaimana bisa spesies yang semula tersebar hanya di Papua dan Australia bagian utara itu bisa terdapat juga di Halmahera yang berjarak 300 kilometer ke barat?

Publikasi menyebutkan bahwa sangat mungkin spesies H halmahera yang ada kini merupakan keturunan dari moyangnya yang hidup di salah satu fragmen wilayah Halmahera yang dulu masih berdekatan dengan Papua.

Salah satu teori mengungkapkan, ada fragmen wilayah Halmahera dahulu berdekatan dengan Papua. Namun, pada masa Miocene dan Pleistocene, fragmen itu bergerak menjauh ke barat, mencapai wilayahnya kini pada beberapa juta tahun lalu.

Akibat proses tersebut, moyang H halmahera seperti terseret ke wilayahnya sekarang, sedemikian sehingga jenis itu terus berkembang dan bisa eksis di perairan Halmahera hingga saat ini.

Pakar tektonik dari Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano, mengungkapkan bahwa skenario geologi yang kemudian memengaruhi biodiversitas Halmahera itu "sangat mungkin."

Menurutnya, Halmahera setidaknya dipengaruhi oleh lempeng Filipina dan subduksi ganda yang berada di tengah wilayahnya. Subduksi ganda adalah pertemuan antar dua lempeng yang saling mendorong satu sama lain. Subduksi ganda seperti di Halmahera hanya sedikit di dunia.

Pergerakan fragmen wilayah Halmahera di menjauhi Papua sendiri, kata Irwan, diduga kuat karena aktivitas lempeng Filipina. Kepastian waktu pergerakan itu belum diketahui.

"Kalau saat ini, Halmahera sedang bergerak ke barat," kata Irwan. Secara teoretis, pergerakan itu sangat mungkin memengaruhi keragaman fauna di Halmahera pada masa mendatang.

Rentan dan perlu perlindungan

Selain memiliki gerak yang terbatas, penyebaran spesies baru hiu berjalan ini pun sangat terbatas. H halmahera sendiri hanya bisa ditemui di Halmahera dan Pantai Weda, wilayah selatan Halmahera.

"Karena H halmahera memiliki distribusi yang sangat terbatas maka sudah secara otomatis spesies itu dikategorikan rentan terhadap kepunahan," kata Erdmann lewat surat elektronik kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

"Total populasinya sangat sulit untuk dikatakan, tetapi saya memperkirakan dengan terbatasnya wilayah distribusi, jumlahnya tidak lebih dari 10.000 individu," papar Erdmann.

Memang, saat ini hiu berjalan tidak banyak mendapatkan ancaman seperti hiu lain yang diburu untuk siripnya. Namun, dengan kekhasan dan endemisitasnya, hiu ini layak mendapatkan perlindungan khusus.

Perlindungan spesies hiu berjalan tidak hanya memberikan manfaat bagi eksistensi spesies itu sendiri. Bak harta karun yang bila ditemukan akan memperkaya pemiliknya, demikian pula halnya dengan hiu berjalan di Halmahera ini.

Perilaku hiu berjalan meliuk dengan siripnya selama ini banyak menarik perhatian penyelam. Bila dipelihara kelestariannya, Pemerintah Provinsi Maluku bisa memanfaatkan spesies H halmahera sebagai aset pariwisata bawah laut. Paket wisata seperti walking shark sighting bisa dijual.

Agus Dermawan, Direktur Direktorat Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen KP3K, Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, selama ini terbukti bahwa harta karun laut seperti hiu dan manta memiliki nilai ekonomi besar bila dipelihara kelestariannya.

Hiu yang dibiarkan hidup menjadi obyek wisata bahari memberi sumbangan devisa Rp 300 juta hingga Rp 1,8 miliar per tahun. Sementara bila dibunuh untuk mendapatkan siripnya, nilainya hanya Rp 1,3 juta per ekor.

Sementara, ungkap Agus, bila dibiarkan hidup, manta dapat memiliki nilai hingga 1,9 juta dollar AS untuk perekonomian kita sepanjang hidupnya, dibandingkan dengan nilai jual dari daging dan insangnya yang hanya bernilai 40200 dollar AS.

Agus mengungkapkan, banyak spesies hiu, manta, serta jenis ikan lain di perairan Indonesia timur terancam oleh praktik perikanan yang tak ramah lingkungan, seperti pengeboman ikan dan penangkapan sirip hiu untuk mendapatkan siripnya.

Direktur CI, Ketut Sarjana Putra, mengatakan, Hiu berjalan baru dari Halmahera dapat menjadi duta sempurna untuk menarik perhatian publik pada kenyataan bahwa kebanyakan hiu tidak berbahaya bagi manusia dan layak mendapat perhatian konservasi pada saat populasi hiu-hiu ini sangat terancam oleh penangkapan berlebih."

Kawasan Maluku dan Papua adalah surga biodiversitas. Namun, biodiversitas itu kini menghadapi ancaman, tidak hanya oleh aktivitas di laut, tetapi juga di daratan, seperti sampah plastik dan program reklamasi pantai.

Hiu halmahera, si harta laut yang langka, bisa menyejahterakan atau hilang sia-sia. Semua tergantung bagaimana kita memperlakukannya. Satu hal yang perlu diingat pula, belum semua harta karun laut timur Indonesia yang terungkap. Bila hiu Halmahera ini sampai hilang, maka boleh jadi Indonesia juga kehilangan harta lainnya yang belum diketahui.



» Arsip
» Diakses : 71 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

FLORA MALESIANA TERANCAM PUNAH

Flora Malesiana Terancam Punah
Jumat, 30 Agustus 2013

(Bogor, 30 Agustus 2013 Humas LIPI). Dr. Siti Nuramaliati Prijono, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menuturkan bahwa kawasan Malesia sangat penting karena kaya dengan keanekaragaman flora. Tapi sayangnya data flora kawasan ini belum lengkap, ujarnya saat konferensi pers dengan para wartawan di sela-sela acara International Flora Malesiana Symposium Ke-9 yang berlangsung di IPB International Convention Center, Bogor, Selasa (27/8) kemarin.

Siti mengkhawatirkan kondisi flora yang sudah mengalami kepunahan sebelum dapat terdokumentasikan dengan baik. Oleh karena itu, ia berharap melalui acara simposium flora Malesiana dapat melengkapi informasi taksonomi, kegunaan, dan kemungkinan potensi tumbuhan di kawasan Malesia untuk kepentingan di masa depan.

Chairman Flora Malesiana Foundation, Prof. Dr. Dedy Darnaedi menjelaskan, sebetulnya Flora Malesiana memiliki dampak terhadap peningkatan kesejahteraan, walaupun tidak disadari secara langsung. Para peneliti taksonomi telah mengumpulkan, memiliki data yang lengkap mengenai tumbuhan untuk obat, tekstil, industri, dan lain-lain. Jika digunakan dengan baik, maka informasi dalam Flora Malesiana akan sangat bermanfaat terhadap peningkatan ekonomi rakyat, tandasnya.

Sementara itu, acara simposium sendiri diikuti sekitar 425 orang ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Mereka umumnya adalah pemerhati flora yang bertemu untuk saling bertukar informasi tentang hasil-hasil penelitian flora di kawasan Malesia yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Simposium tersebut diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Biologi LIPI dan Flora Malesiana (FM) International Foundation dengan tema Kontribusi Flora Malesiana untuk Kesejahteraan Masyarakat di Asia. Flora Malesiana International Foundation merupakan organisasi yang memiliki perhatian untuk merangkum dan menyebarluaskan informasi yang berhubungan dengan penelitian flora di kawasan Malesia. (ys)



» Arsip
» Diakses : 11 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

Wednesday, August 28, 2013

HEVINA SEDAN, MODIFIKASI TOTAL SEBUAH TIMOR?

Hevina Sedan, Modifikasi Total Sebuah Timor?
Rabu, 28 Agustus 2013

TANGERANG SELATAN - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) masih samar-samar ketika menjelaskan pertanyaan apakah Hevina sedan menggunakan basis dari sedan Timor yang pernah beredar tahun 90-an dan menggendong label mobil rakyat.

"Bisa saja dikatakan demikian, tapi kita ubah semua mulai dari mesin, kaki-kaki, interior dan eksterior," kata Abdul Hapid, Koordinator Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, di Puspitek, Tangerang Selatan baru-baru ini.

Signal Kustom yang bertanggung jawab masalah estetika Hevina sedan bekerja keras mengubah tampilan wajah dengan membuat ulang bagian bumper sekaligus spoiler. Signal juga mendesain ulang penempatan lampu kabut yang sudah disandingkan bersama sepasang DRL (Daytime Running Light) LED. Desain grille juga berubah total dari sosok Timor, modelnya kini lebih menyipit karena motor listrik tidak butuh banyak asupan udara layaknya mesin konvensional.

Bahunya kini melebar dengan penambahan daging sekitar 2-3 cm, termasuk fender roda. Mobil yang aslinya punya plat nomer RI 35 ini dilengkapi dengan velg corak bintang, membuatnya tampil dengan rasa elegan.

Lain hal dengan bagian depan dan samping, di bagian belakang barulah terlihat jelas ciri khas sebuah mobil Timor. Tidak butuh banyak pengetahuan automotif, cukup sekedar atau setidaknya pernah sekali melihat sosok Timor dijalan, pasti akan mengamini mobil Hevina sedan tersirat seperti sebuah Timor yang sudah dimodifikasi besar-besaran.

Penyebabnya, LIPI enggan mengganti model lampu bagian belakang Timor, Signal hanya mendapat perintah untuk melakukan penyelesaian akhirnya saja.

Masuk ke dalam kabin, bentuk dashboard memang telah berbeda dari asli Timor namun rasa yang muncul hanya seperti dashboard timor yang telah dilapisi kulit berkualitas. Meter cluster terdapat lambang 'Hevina', panel instrumen sebelah kanan masih model jarum sedangkan sebelah kiri sudah digital.

Sebagian besar kabin ditunjang dari lapisan kulit berwarna coklat dan krem, termasuk pada Jok pengemudi dan penumpang, trim pintu, dan plafon. Hevina sedan juga dilengkapi perangkat sistem audio, tweeter dapat terlihat di pilar A.

Ditel pada kemudi yang justru mengherankan, lambang 'T' khas Timor tidak bisa disembunyikan dengan baik. Meski telah dilapisi kulit, lambang tersebut masih menonjol dan tercetak ke permukaan kulit.

Meski masih berstatus prototipe riset sebagai sedan 5 penumpang bertenaga listrik, satu hal yang tidak bisa ditampik adalah nomer kode sasis yang masih tertera di salah satu dinding ruang mesin. Kode tersebut berawalan KNAFA, yang sudah terkonfirmasi merupakan platform Timor, lebih lengkapnya KNAFA3232V5687334. (ian)



» Arsip
» Diakses : 16 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI LAHIRKAN SISTEM OPERASI PONSEL ASLI INDONESIA BERLABEL BANDROS

LIPI Lahirkan Sistem Operasi Ponsel Asli Indonesia Berlabel Bandros
Rabu, 28 Agustus 2013

Solopos.com, JAKARTA Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencoba mengembangkan sistem operasi telepon seluler (ponsel) asli Indonesia. Sistem operasi ponsel yang dilabeli nama Bandung Raya Operating System (Bandros) itu ditujukan komersial menyasar segmen korporat.

Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI L.T. Handoko menyebutkan pengembangan Bandros telah dimulai sejak 2006 bersamaan dengan sistem operasi IGOS Nusantara 2006. IGOS Nusantara ditujukan untuk laptop dan desktop, sementara Bandros untuk ponsel. Adapun, BandrOS menggunakan basis open source Linux.

Penyempurnaan Bandros kami lakukan selama 1 tahun belakangan. Segmen pasar korporat yang bisa menjadi pengguna seperti rumah sakit, kepentingan sensus dan pemilu, serta kegiatan intelijen, ujar Handoko di sela-sela soft launching Bandros, bus, dan mobil listrik LIPI di Serpong, Senin (26/8/2013).

Handoko mengatakan, Bandros dapat digunakan untuk panggila darurat dan pelacak keberadaan pasien. Selain itu, untuk kepentingan internal perusahaan dan pemerintah. Dia mencontohkan, Bandros dapat digunakan untuk membantu sensus penduduk atau pemilu.

Misalnya untuk rekapitulasi data pemilu, disebar ke TPS. Atau untuk pengisian data Keluarga Berencana [KB]. Kami juga ingin menyasar berbagai lembaga survei. Kami bisa membuat ponsel tidak bisa untuk berkomunikasi, hanya untuk ke call center sehingga tidak ada kekhawatiran dijual kembali.

Untuk perangkat keras Bandros menggunakan pasokan dari PT. INTI yang sempat memproduksi komponen untuk vendor ponsel lokal yakni IMO. Selain itu, LIPI juga menggunakan perangkat keras impor dari China. Untuk harga, Handoko mengklaim mampu membuat ponsel Bandros dengan harga berkisar Rp350.000 hingga Rp500.000. Ada pun, harga akan disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Selain menyediakan perangkat keras dan lunak, LIPI juga menyediakan jasa server untuk menampung data klien. Saat ini LIPI memiliki pusat data di Cibinong. Jika klien membutuhkan, LIPI mampu menyediakan server untuk menampung jumlah data yang lebih banyak.

Yang akan kami pasarkan bukan ponsel dengan sistem operasinya saja, tetapi end to end enterprise solution. Kami dapat menyesuaikan kebutuhan konsumen dengan BandrOS, tambah Handoko.

Adapun, pemilihan segmen pasar korporat dengan kebutuhan khusus, kata Handoko memiliki celah bisnis yang lebih luas daripada harus bersaing dengan ponsel multi purpose seperti bersistem operasi Android. Namun, saat ini solusi korporat ini belum dipasarkan oleh LIPI. Handoko menyebutkan pihaknya masih bernegosiasi untuk membahas pembagian royalti dengan pihak ketiga.

Pada peluncuran, LIPI memamerkan prototipe ponsel pintar berbasis Bandros dengan menggunakan prosesor MTK 6575-Cortex A9 1GHz yang sudah mampu menggunakan jaringan GSM. Tak hanya itu, prototipe ini menggunakan layar sentuh, dual SIM, dan kamera 2 MP. LIPI membagikan 15 prototipe kepada pada pimpinan kementerian dan lembaga yang hadir.

Penelitian BandrOS sebelumnya dianggarkan Rp250 juta. Namun, kami hanya menghabiskan Rp50 juta, ujar Handoko.

Selain Bandros, saat ini Pusat Penelitian Informatika LIPI menyiapkan aplikasi early warning system (EWS) untuk bencana alam seperti tsunami. Aplikasi ini bersifat open source dan nantinya dapat digunakan pada sistem operasi manapun.



» Arsip
» Diakses : 11 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI LUNCURKAN PONSEL PINTAR BANDROS

LIPI Luncurkan Ponsel Pintar Bandros
Rabu, 28 Agustus 2013

Metrotvnews.com, Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) meluncurkan ponsel pintar Bandros atau Bandung Raya Operating System sebagai salah satu hasil penelitian unggulan.

"Ponsel ini dipakai untuk kegunaan khusus, salah satunya bisa diatur sebagai telepon antisadap," ujar Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko di Puspiptek Tangerang Selatan, Banten, Senin (26/8).

Sebagai ponsel pintar yang dapat diatur menjadi anti-sadap, maka ponsel ini hanya dipakai untuk kegunaaan khusus terutama untuk segmen pemerintahan. Handoko menjelaskan, LIPI membuat ponsel pintar ini sesuai dengan pesanan dan kebutuhan serta fungsi, dan ditujukan untuk pemerintah serta korporat.

Lebih lanjut, Handoko memaparkan, para peneliti LIPI mengembangkan piranti lunak Bandros pada awalnya ditujukan untuk pasien rumah sakit dan pemberian informasi perihal sistem peringatan dini. Handoko sebagai ketua tim penelitian pengembangan Bandros menjelaskan bahwa ponsel cerdas tersebut menggunakan sistem operasi (OS) 'open-source' berbasis Linux.

Penelitian sistem operasi ini baru dimulai pada 2010, dengan melakukan penelitian tergadap perangkat sistem tertanam. Sistem operasi tersebut dia jelaskan sebagai pengembangan dari sistem operasi 'desktop' yang sudah diciptakan sebelumnya.

"Sistem operasi BandrOs dikenalkan kepada masyarakat diawali dengan pengembangan Stasiun Pemantau Cuaca," jelas Handoko.

Pengembangan sistem operasi ponsel ini dibiayai oleh APBN melalui Dipa Pusat Penelitian Informatika - LIPI, dengan dana awal yang direncanakan Rp250 juta namun pada akhirnya hanya sekitar Rp50 juta yang diberikan dengan alasan penghematan anggaran. (Antara)



» Arsip
» Diakses : 8 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI LUNCURKAN DUA PRODUK UNGGULAN: SMARTPHONE BANDROS DAN MOBIL LISTRIK

LIPI Luncurkan Dua Produk Unggulan: Smartphone BandrOS dan Mobil Listrik
Rabu, 28 Agustus 2013

(Serpong, 28 Agustus 2013 Humas LIPI). Di usianya yang kini mencapai 46 tahun, LIPI terus menunjukkan baktinya untuk negeri. Dalam momen acara puncak peringatan Hari Ulang Tahun ke-46 LIPI yang berlangsung di Puspiptek, Serpong, Banten, Senin (26/8) lalu, LIPI meluncurkan dua produk unggulannya, smartphone BandrOS dan sedan dan bus listrik Hevina.

BandrOs yang merupakan kepanjangan dari Bandung Raya Operating System adalah ponsel cerdas anti sadap yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Informatika LIPI dengan menggunakan sistem operasi (OS) open-source berbasis Linux. Sistem operasi itu merupakan pengembangan dari sistem operasi desktop yang sudah diciptakan sebelumnya. Prototipe dari ponsel pintar ini menggunakan processor MTK 6575-cortex A9 1Ghz, memanfaatkan jaringan GSM, layar touchscreen, Dual SIM, dan kamera 2MP.

"Ini bisa digunakan untuk kepentingan intelijen, karena tidak bisa disadap. Jadi special purpose," ujar Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI Dr. Laksana Tri Handoko dihadapan jurnalis. Dirinya menjelaskan tidak semua orang nantinya bisa memiliki ponsel ini. Penjualannya terbatas dengan tetap memperhitungkan regulasi terkait komunikasi dan informatika yang ada.

Selain itu, ponsel ini juga akan dikembangkan menjadi sistem peringatan dini bencana. "Kita kembangkan juga dengan Kementerian Ristek untuk early warning system tsunami. Itu bisa dipakai di semua HP, karena sudah lebih aplikatif," papar Handoko. Khusus untuk fungsi-fungsi yang berkaitan dengan kebencanaan, pihaknya akan membuka mekanisme open source di aplikasi PlayStore yang ada di ponsel berbasis Android. "Kita membuat semacam WhatsApp, ada aplikasi khusus terhubung ke server. Jadi informasi kebencanaan dari BMKG dan badan bencana semuanya masuk," lanjutnya.

Sedangkan sedan dan bus listrik Hevina merupakan rancangan dari Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI. Mobil dan bus listrik ini memiliki keunggulan antara lain tidak bising dan irit bahan bakar. Mobil dan Bus Listrik ini rencananya secara resmi akan diluncurkan dan diserahkan ke Menteri Negara Riset dan Teknologi RI Prof. Dr. Gusti Mohammad Hatta di acara puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional tanggal 29 Agustus 2013 besok di Taman Mini Indonesia Indah.

Dengan total biaya riset dan pengembangan mencapai 1,8 Miliar rupiah, sedan listrik Hevina direncanakan menjadi kendaraan operasional Menristek RI. Sedangkan bus listrik dikembangkan menjadi Executive Meeting Bus untuk para eksekutif Jakarta yang waktunya sering terbuang di jalan karena kemacetan. Sebelumnya bus Hevina juga dikembangkan menjadi bus kota yang diperuntukkan untuk sarana transportasi di kota Yogyakarta.

Menristek RI Prof. Dr. Gusti Muhamma Hatta menunjukkan rasa antusiasnya dengan mencoba mengemudikan sedan listrik Hevina. Bersama tim peneliti mobil listrik Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Menristek mengendarai sendiri sedan listrik bercat putih berharga 500 juta rupiah ini mengelilingi kawasan Puspiptek Serpong. Top. Saya kasih dua jempol. Saya sudah empat tahun tidak nyopir sendiri. Mobil ini enak dipakai. Kita sudah susun roadmap-nya. Tahun 2016 kita uji coba untuk produksi massal di tahun berikutnya, jelasnya seraya menambahkan mobil listrik ini ditargetkan untuk pasar dalam negeri untuk mengurangi polusi. (fza)



» Arsip
» Diakses : 29 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

BANDROS, PONSEL PINTAR ANTI SADAP LIPI

Bandros, Ponsel Pintar anti Sadap LIPI
Rabu, 28 Agustus 2013

Jakarta, GATRAnews - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia meluncurkan ponsel pintar Bandros atau Bandung Raya Operating System sebagai salah satu hasil penelitian unggulan.

"Ponsel ini dipakai untuk kegunaan khusus, salah satunya bisa diatur sebagai telepon antisadap," ujar Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko di Puspiptek Tangerang Selatan, Senin.

Sebagai ponsel pintar yang dapat diatur menjadi antisadap, maka ponsel ini hanya dipakai untuk kegunaaan khusus terutama untuk segmen pemerintahan.

Handoko menjelaskan bahwa LIPI membuat ponsel pintar ini sesuai dengan pesanan dan kebutuhan serta fungsi, dan ditujukan untuk pemerintah serta korporat.

Lebih lanjut Handoko memaparkan bahwa para peneliti LIPI mengembangkan piranti lunak Bandros pada awalnya ditujukan untuk pasien rumah sakit dan pemberian informasi perihal sistem peringatan dini.

Handoko sebagai ketua tim penelitian pengembangan Bandros menjelaskan bahwa ponsel cerdas tersebut menggunakan sistem operasi (OS) `open-source` berbasis Linux.

Penelitian sistem operasi ini baru dimulai pada 2010, dengan melakukan penelitian tergadap perangkat sistem tertanam.

Sistem operasi tersebut dia jelaskan sebagai pengembangan dari sistem operasi `desktop` yang sudah diciptakan sebelumnya.

"Sistem operasi Bandros dikenalkan kepada masyarakat diawali dengan pengembangan Stasiun Pemantau Cuaca," jelas Handoko seperti dikutip Antara.

Pengembangan sistem operasi ponsel ini dibiayai oleh APBN melalui Dipa Pusat Penelitian Informatika - LIPI, dengan dana awal yang direncanakan Rp250 juta namun pada akhirnya hanya sekitar Rp50 juta yang diberikan dengan alasan penghematan anggaran. (DH)



» Arsip
» Diakses : 13 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI PERKENALKAN SEDAN DAN BUS LISTRIK

LIPI Perkenalkan Sedan dan Bus Listrik
Rabu, 28 Agustus 2013

Ini bukti ilmuwan Indonesia tidak kalah dengan insinyur negara maju.

VIVAnews - Seolah tak ingin ketinggalan dari negara-negara maju, di acara rangkaian Hari Ulang Tahun Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang ke-46 tahun, LIPI memamerkan mobil listrik terbaru buatannya.

Mobil ramah lingkungan yang diberi nama Havina itu terdiri dari dua varian, yakni mobil sedan dan bus lengkap dengan fungsi executive meeting.

Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, mengatakan, sebenarnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih menginginkan produk berjenis bus, bukan sedan. Mengapa? Karena, menurutnya, bus lebih mampu mengangkut banyak orang dan sangat mungkin menjadi transportasi massal. Selain itu, kendaraan ini akan membuat udara di Indonesia lebih bersih.

"Tapi, mobil sedan listrik ini sangat nyaman dikendarai, walaupun sudah sekitar empat tahun saya tidak nyetir," kata Gusti di acara Soft Launching Electric Car LIPI Green Technology, di Puspitek, Serpong, 26 Agustus 2013.

Gusti menambahkan, mobil listrik ini baru berbentuk prototipe dan belum diprosuksi massal. Selain itu, yang memproduksi mobil listrik ini adalah industri, peneliti hanya menciptakan teknologinya.

"Langkah pemerintah dari sebuah produk prototipe adalah dengan mengundang para industri untuk memapaparkan apa kelebihan dan kekurangannya, selanjutnya kita lihat, vendor mana yang mau memproduksinya," terang Gusti.

Selain itu, dia juga menyampaikan, harga dari mobil listrik memang mahal, tapi apabila produk ini diproduksi massal, harganya bisa turun sebesar 30 persen dari harga prototipe, dihitung dari potensi pasar yang ada. Apalagi, kalau pajaknya dikurangi, harganya akan lebih murah lagi.

"Sudah ada Peraturan Presiden mengenai mobil murah ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC). Pajaknya diringankan atau dihilangkan sama sekali, sehingga biaya produksi bisa ditekan, lebih murah," jelas Gusti.

"Apabila mobil listrik ini bisa diproduksi secara massal, saya harapkan penggunaannya dikhususkan di dalam negeri terlebih dahulu, karena untuk mengurangi pencemaran udara di Tanah Air," tutup Gusti.



» Arsip
» Diakses : 10 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

SISTEM OPERASI BANDROS BUATAN LIPI AKOMODASI KEBUTUHAN KHUSUS

Sistem Operasi BandrOS Buatan LIPI Akomodasi Kebutuhan Khusus
Rabu, 28 Agustus 2013

JAKARTA, KOMPAS.com - Memperingati ulang tahunnya yang ke 46, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada Senin (26/8/2013) memperkenalkan sistem operasi untuk telepon genggam pintar buatannya yang diberi nama BandrOS.

BandrOS dikembangkan sejak tahun 2010. L,T. Handoko, Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI yang terlibat pengembangan ini mengatakan, nama BandrOS merupakan singkatan dari Bandung Raya Operation System.

Handoko mengatakan, BandrOS dikembangkan untuk mengakomodasi keperluan umum seperti game, messaging, dan sebagainya. Namun, kelebihan BandrOS adalah kemampuan mendukung keperluan khusus seperti peringatan dini bencana dan anti sadap.

"BandrOS ke depan bisa dimanfaatkan untuk perkantoran, pemerintah, ataupun rumah sakit. Di rumah sakit, BandrOS yang dicangkokkan pada ponsel bisa dimanfaatkan untuk memantau pasien," kata Handoko saat ditemui Kompas.com di sela peluncuran sedan listrik Hevina LIPI di Puspiptek Serpong, kemarin.

Keperluan khusus setiap pemakai itulah yang nantinya disasar dengan pengembangan BandrOS. Dengan sistem operasi BandrOS, pengguna bisa meminta pembuatan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan. LIPI nantinya berperan sebagai pengembang aplikasi khusus itu.

"Akhirnya nanti kita akan menjual aplikasi untuk kebutuhan khusus. Jadi, kita bukan mau memproduksi ponsel secara massal, tapi mengembangkan sistem operasi dan aplikasinya. Menjual ponsel secara massal sudah tidak terlalu menguntungkan," jelas Handoko.

Salah satu aplikasi yang dikembangkan saat ini adalah aplikasi untuk tujuan peringatan dini bencana. Aplikasi ini belum ada namanya. Namun, direncanakan, dengan aplikai ini pengguna bisa menerima peringatan dini bencana dan melaporkan ancaman dan kejadian bencana serta dampaknya.

LIPI juga mengembangkan aplikasi yang bertuuan untuk mencegah penyadapan. Aplikasi ini nantinya bisa bermanfaat bagi kalangan intelijen. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah yang bertujuan mendukung e-office, ditargetkan untuk kalangan perkantoran, serta aplikasi lain untuk mendukung pemilihan umum.

Handoko mengatakan, BandrOS nantinya direncakan agar bisa berjalan di berbagai ponsel. Saat mengenalkan BandrOS kemarin, LIPI mencagkokkan sistem perasi ini pada ponsel produksi IMO.

Pengembangan BandrOS semula direncanakan menghabiskan dana Rp 250 juta. Namun, akhirnya BandrOS hanya menghabiskan dana Rp 50 juta.



» Arsip
» Diakses : 11 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

LIPI BIDIK 250 PENELITI BARU DI INDONESIA

LIPI Bidik 250 Peneliti Baru di Indonesia
Rabu, 28 Agustus 2013

Jumlah peneliti di Tanah Air masih sangat kurang. Anda tertarik?

VIVAnews - Tepat pada 23 Agustus 2013 lalu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah genap berusia 46 tahun.

Sebagai lembaga penelitian tertua dan terbesar di Indonesia, LIPI terus ditantang untuk terus berkontribusi terhadap pembangunan dan kesejahteraan masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun, seiring berkembangannya iptek, maka dibutuhkan para peneliti-peneliti yang kompeten di bidangnya. Sementara di LIPI, dikatakan jumlah peneliti masih dirasa cukup kurang.

"Komposisi jumlah peneliti lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah petugas administrasi di LIPI. Untuk itu, kami akan mengubah komposisinya dengan menambah jumlah peneliti," kata Kepala LIPI Lukman Hakim, di acara Peluncuran Smartphone Bandros dan Bus Listrik di Puspitek, Serpong, 26 Agustus 2013.

Lukman menambahkan, penambahan jumlah peneliti itu dilakukan melalui rekrutmen dengan alokasi penerimaan pegawai baru LIPI sebanyak 250 orang di tahun 2013.

"Saya berharap melalui rekrutmen ini komposisi antara peneliti dan tenaga kerja pendukung lainnya mencapai 50:50 dalam lima tahun ke depan," ujar Lukman.

Dia juga menyampaikan, saat ini LIPI membutuhkan sekitar 200 peneliti lagi untuk menciptakan penelitian-penelitian yang nantinya bisa langsung diterapkan oleh masyarakat Indonesia.

"Terlebih pada Pemilu tahun 2014 ini, mudah-mudahan pemimpin baru yang terpilih lebih memprioritaskan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam agenda kepemimpinannya," tutup Lukman.

Harusnya 200.000 peneliti

Berdasarkan data LIPI, jumlah peneliti yang terdaftar di Indonesia saat ini hanya 8.000 orang, dan yang masih berada di perguruan tinggi sekitar 16.000 orang. Jika dijumlah total peneliti Indonesia hanya 24.000 orang, atau 100 peneliti per satu juta penduduk.

Jumlah itu sangat sedikit apabila dibandingkan dengan negara maju yang rata-rata memiliki 1.000 peneliti per sejuta penduduk. Bahkan, di Belarus saja, negara kecil di Eropa, memiliki 3.600 peneliti per sejuta penduduk.

"Seharusnya Indonesia memiliki 200.000 peneliti per sejuta penduduk jika dihitung dari data tersebut. Mudah-mudahan dari rekrutmen ini, pelan-pelan jumlah peneliti Indonesia terus bertambah," tutup Lukman.

Tertarik untuk jadi ilmuwan LIPI? Anda bisa mengklik tautan ini untuk mendaftar dan mencari tahu syarat-syaratnya.



» Arsip
» Diakses : 134 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article