Thursday, April 25, 2013

Potensi Energi Angin

Angin adalah sumber energi yang tersedia cukup berlimpah di alam. Pemanfaatannya telah dimulai sejak tahun 5000 SM untuk menggerakkan baling-baling perahu di Sungai Nil. Tahun 200 SM, Cina telah memanfaatkan energi angin untuk pompa air, dan di Timur Tengah telah dimanfaatkan untuk menggiling biji-bijian. Pada abad ke-20, energi angin telah banyak dimanfaatkan untuk pengolahan makanan, pompa air, dan pembangkit listrik.


Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Angin) merupakan pembangkit listrik yang sangat ramah lingkungan. Penerapannya bisa dalam bentuk wind farm ataupun stand alone, baik yang terhubung ke dalam grid maupun tidak. PLT Angin sangat cocok diterapkan pada lokasi terpencil maupun yang telah mempunyai grid. Keberadaan dan kelangsungan suatu PLT Angin ditentukan oleh pemilihan lokasi (sitting) yang tepat berdasarkan data angin yang akurat dan berlaku sepanjang waktu guna (service life) mesin turbin angin. Oleh sebab itu studi potensi angin sepanjang tahun pada lokasi yang mempunyai potensi merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan sebelum diputuskan untuk membangun PLT Angin.


Untuk itu kegiatan Pengukuran Potensi Energi Angin bertujuan untuk memperoleh suatu lokasi yang secara teknis dan ekonomi layak dibangun pembangkit listrik tenaga angin (PLT Angin) terutama di daerah yang belum terjangkau Pembangkit Listrik yang berasal dari energi fosil maupun energi baru terbarukan lain.






Pada tahun 2005 telah dipasang 2 Menara Anemometer di Universitas Cendrawasih, Waena, Abepura, Provinsi Papua dan Desa Borongloe, Kecamatan Pajukuhang, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Sebelum Pemasangan Anemometer ini telah dilakukan Pengumpulan data sekunder, terrain dan lingkungan, informasi rencana pengembangan daerah, dan data pendukung lainnya terutama bidang energi. Setalah data tersebut dianalisis dan dievaluasi selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data primer profil kecepatan angin dengan memasang anemometer pada ketinggian 10 meter, 30 meter dan 50 meter, dan wind vane pada ketinggian 30 meter pada menara setinggi 50 meter.




Gambar 1. Lokasi Menara Anemometer di Bantaeng, Makassar, Sulawesi Selatan, dan Universitas Cenderawasih, Jayapura



1. Bantaeng


Lokasi menara anemometer berada di Desa Borongloe, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Koordinat: S 05o34’67” dan E 120o02’85”. Sejak tanggal 7 Januari 2006 data logger tidak berfungsi untuk mencatat hasil pengukuran anemometer, sehingga dari tanggal tersebut tidak terdapat data. Baru pada tanggal 16 Juni 2006 data logger berhasil dioperasikan kembali.



Gambar 2. Distribusi Kecepatan Angin Rata-rata untuk Bantaeng



Gambar 3. Wind Rose Arah Angin Bantaeng



Gambar 4. Interval Kecepatan Angin dalam 24 Jam


Berdasarkan data Pengukuran di Bantaeng yang mulai beroperasi kembali sejak 16 Juni 2006 hingga 15 Desember 2006 memperlihatkan hasil pengukuran Distribusi kecepatan angin rata-rata untuk Bantaeng (Gambar 2), Wind rose arah angin Bantaeng (Gambar 3), dan Interval Kecepatan Angin dalam 24 Jam (gambar 4). Dari data distribusi kecepatan angin diperoleh besaran kecepatan angin rata-rata sebesar: 4.66 m/s, sedangkan arah angin didominasi arah N, dan puncak kecepatan rata-rata angin tertinggi pada interval pukul 12.00 hingga 16.00 Waktu Indonesia Bagian Tengah.






View the Original article

No comments:

Post a Comment