Saturday, March 2, 2013

Menghadirkan Sensasi Air Kendi di Rumah Kita

Menghadirkan Sensasi Air Kendi di Rumah Kita

Posted on 8 Januari 2013

Dari luar, bangunan berpagar bata merah di kawasan Gang Gurame, Purwakarta, itu terlihat seperti rumah tinggal biasa. Tidak ada kesibukan yang menonjol semisal hilir mudik pekerja. Tapi siapa sangka, dari bangunan yang tampak asri itu, harapan tentang air layak minum bermula.

Di sinilah Ris Sukarma (63) memproduksi saringan keramik Tirta Cupumanik (TCM). Saringan keramik TCM adalah saringan air berbahan keramik yang menghasilkan air layak minum. “Air yang disaring menggunakan TCM bebas bakteri dan virus, sehingga bisa langsung diminum. Selain itu, ada sensasi seperti air kendi, jadi terasa lebih segar,” ungkapnya.

Ide awal pembuatan saringan keramik TCM dimulai pada 2007. Saat itu Ris membaca publikasi hasil penelitian saringan keramik di Kamboja yang diterbitkan oleh Water and Sanitation Program/WSP-EAP. Lulusan teknik lingkungan ITB ini kemudian melakukan studi yang lebih intens dan mendalam tentang saringan keramik.

Ris Sukarma sedang menjelaskan tentang saringan air dari bahan keramik

Baru pada 2008, Ris memproduksi saringan keramiknya sendiri. Produksi dilakukan di ruangan seadanya di samping bengkel mobil. Proses pembakaran juga masih menitip pada pengrajin keramik di daerah lain.

Perbaikan dilakukan dari waktu ke waktu, baik dari segi manajemen maupun operasional. Pada 2009, Ris bersama enam orang rekannya mendirikan Yayasan Tirta Indonesia Mandiri, sebuah badan yang menaungi kegiatan produksi dan distribusi saringan keramik TCM. Secara bertahap, Ris membangun pusat pembuatan saringan keramik terpadu. Pada 2011, proses pembakaran saringan keramik TCM sudah dilakukan dengan menggunakan tungku milik sendiri dengan desain khusus.

Pembuatan Saringan Keramik TCM

Saringan air berbahan keramik sendiri sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai media untuk mengolah air secara sederhana. Di banyak negara berkembang, saringan berbahan keramik sudah banyak digunakan. Selain harga yang terjangkau, air yang dihasilkan juga terasa segar.

TCM dibuat dengan mengadopsi rancangan keramik dari Resource Development International – Cambodia (RDIC). Saringan keramik dibuat dengan campuran lempung dan bahan pengisi. Lempung memiliki sifat liat dan mudah dibentuk. Melalui proses pembakaran, susunan kimia lempung berubah menjadi kuat, keras, sedikit berpori, dan tidak larut dalam air.

Adapun bahan pengisi, dapat berupa sekam padi atau serbuk gergaji. Ketika dibakar pada suhu tinggi, bahan pengisi akan terbakar dan menyisakan alur-alur halus pada lempung. Alur-alur ini berfungsi untuk mempercepat aliran air.

Saringan air TCM

Hal yang perlu diperhatikan, jangan sampai kecepatan aliran air melampaui batas toleransi yang diijinkan. Jika hal itu terjadi, kemungkinan bakteri akan tetap lolos. Karenanya, sangat penting membuat kombinasi yang pas antara lempung dan bahan pengisi, sehingga proses penyaringan dilakukan dengan baik dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Pada pembuatan saringan keramik TCM, campuran lempung dan bahan pengisi dibentuk menyerupai pot. Setelah itu berturut-turut melawati proses pengeringan, pembakaran pada suhu di atas 900o C, dan perendaman dalam air dingin. Keramik juga dilapisi dengan larutan perak nitrat berkonsentrasi rendah untuk mencegah tumbuhnya enzim yang menjadi sumber makanan bakteri, sehingga air terbebas dari bakteri dan virus penyebab penyakit. Total dibutuhkan sekitar tiga pekan untuk membuat saringan keramik TCM siap pakai.

Keunggulan Saringan Keramik TCM

Yeti, salah satu pengguna saringan keramik TCM

Saringan keramik TCM merupakan jawaban dari kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan air layak minum. Bagaimana kriteria air yang akan disaring? Sebaiknya menggunakan air yang bersumber dari sumur, PAM, atau kolam yang tidak tercemar logam berat. Tidak disarankan menggunakan saringan keramik TCM untuk menyaring air yang tercemar racun, logam berat, dan bersifat payau.

Jika kriteria air sudah dipenuhi, maka air hasil saringan keramik TCM bisa langsung diminum. Berdasarkan hasil laboratorium, air hasil saringan dinyatakan bebas bakteri dan virus. Air juga akan terasa lebih segar karena penggunaan saringan keramik TCM mampu menghadirkan sensasi air kendi.

Salah seorang pemakai saringan keramik TCM di daerah Cimahi, Jawa Barat, mengakui hal tersebut. “Air hasil saringan bisa langsung diminum dan terasa lebih segar,” ujar Yeti (49). Untuk sumber air, Yeti menggunakan air yang berasal dari sumur.

Saringan keramik TCM juga hemat energi. Karena dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan tenaga listrik dan gas. Harganya juga relatif terjangkau untuk semua kalangan masyarakat, yaitu mulai dari Rp. 125.000/set dengan kapasitas 8 liter.

Contoh purwarupa (prototype) TCM komunal

Selain itu, saringan keramik dapat dikembangkan menjadi saringan keramik TCM komunal. Dengan memanfaatkan pot saringan yang tidak lolos tes aliran, unit ini digunakan untuk memproduksi air bersih (bukan air layak minum). Air hasil saringan bisa digunakan untuk mencuci atau kepentingan lainnya. Sangat cocok digunakan di daerah yang kesulitan air bersih.

Sejauh ini, saringan keramik TCM sudah menyebar ke beberapa kota di Indonesia, seperti Bogor, Purwakarta, Bandung, Jakarta, Padang, Alor, dan Bali. Pemesannya pun beragam, mulai dari individu, kelompok masyarakat, dan lembaga.

Kerja Sama dengan INOTEK

Ris Sukarma bersama tim dari Yayasan INOTEK

Usaha mengembangkan saringan keramik TCM tidak tergolong mudah. Di sisi pemakai, edukasi kepada masyarakat tentang keunggulan saringan keramik TCM masih harus dilakukan. Di sisi pengembang, harus siap modal dan melakukan inovasi.

“Saat itu modal sudah mulai menipis, mulai was-was untuk melanjutkan usaha,” ungkap Ris. Tapi ia merasa lega ketika terjalin kerja sama antara pihaknya dengan Recognition and Mentoring Program (RAMP) Indonesia. RAMP sendiri dijalankan oleh Yayasan INOTEK dan Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan dukungan dari The Lemelson Foundation.

Dengan tujuan untuk memfasilitasi pengembangan invensi dan inovasi, RAMP menyediakan beberapa dukungan. Di antaranya adalah networking, capacity building, dan funding. “Selain mendapat dukungan dana, saya juga dikenalkan dengan rekanan INOTEK yang lain. Itu sangat membantu untuk perluasan jaringan,” kata Ris.

Ris juga menjelaskan bahwa ia bersedia menjalin kerja sama dengan pihak manapun. “Bisa kerja sama untuk membuat produk, bisa juga untuk sharing knowledge, atau yang lainnya,” pungkasnya.

Dedi Setiawan
Bandung, Desember 2012
INOTEK Fellow Batch 1.




View the Original article

No comments:

Post a Comment