Thursday, March 21, 2013

LIPI TELITI SPESIES MERANTI DI PULAU MURSALA

LIPI Teliti Spesies Meranti Di Pulau Mursala
Kamis, 21 Maret 2013

TAPTENG Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Kebun Raya Bogor meneliti jejak salah satu jenis/spesies kayu meranti yang sudah punah dari muka bumi ini di hutan Pulau Mursala, Tapteng. Nama Latinnya Hipterocarpus Sinereus atau Lagan Beras/Bras.

Tujuan kami untuk menelitinya. Dari cacatan dan data literatur LIPI, endemi meranti jenis ini memang adanya di Pulau Mursala.

Sesuai catatan merah ICM, salah satu lembaga konservasi alam internasional, menetapkan meranti jenis ini yang sudah punah di alam, terang Yayan, usai audensi dengan Wakil Bupati Tapteng Sukran Jamilan Tanjung bersama Kadishut Tapteng Darmi Siahaan dan stafnya, Rabu (20/3).

Yayan bersama dengan timnya, Wihermanto, Rahmat, dan Serin Siahaan.Dulu, sambung dia, meranti jenis itu pertama kali ditemukan pada tahun 1916 silam. Meski sempat dideskripsikan oleh peneliti dari luar negeri, namun data populasinya belum sempat diketahui lebih jauh.

Karena itu, jika jejak genetiknya masih bisa ditemukan, maka LIPI akan berupaya mengembangkannya. Rencananya penelitian ini kami lakukan selama dua pekan. Tujuan kami ingin membuktikan, apakah memang sudah benar-benar punah di alam.

Selama ini kan belum ada pihak yang menelitinya. Jika jejaknya bisa ditemukan kembali, seperti spesimen bijinya, maka LIPI akan mengembangkannya kembali, atau penguatan populasi kembali. Jika berhasil, kami akan kembalikan atau tanam kembali ke habitat aslinya. Kami sudah pernah melakukan hal seperti itu beberapa kali, ujar Yayan.

Menurut Yayan, Lagan Beras/Bras memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi karena sudah punah di alam, dan hanya ditemukan di Pulau Mursala. Kayu jenis ini juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Kayu jenis ini bisa digunakan untuk konstruksi atau pun pembuatan kapal.

Diakuinya, jika jejak genetiknya berhasil ditemukan dan dikembangkan kembali, maka dunia akan mengetahuinya. Dan meranti jenis itu hanya tumbuh di Tapteng. Kalau ditemukan, maka kayu jenis ini bisa jadi spesies penting.

Bahkan tidak menutup kemungkinan peneliti internasional juga akan datang melakukan penelitian lebih dalam. Selain manfaat ekonomisnya tadi, ucap seraya mengatakan mereka juga akan meneliti kekayaan jenis hayati lainnya yang ada di pulau yang dikenal dunia internasional dengan nama Mansalar Island itu.

Kadis Kehutanan Tapteng Darmi Siahaan menyambut positif rencana penelitian LIPI tersebut. Dikatakannya, Pulau Mursala memang banyak ditumbuhi meranti. Namun, penelitian tersebut demi mengetahui spesies meranti yang sudah lama punah.Itu akan menambah deretan kekayaan jenis hayati yang tumbuh di Tapteng. Nah, kalau memang ada atau berhasil ditemukan, rencananya akan dikembangkan di Kebun Raya Bogor. Tentu akan menjadi catatan bahwa pohon itu hanya ada di Tapteng, ucap Darmi.

Minta LIPI Teliti Pohon Kapur Barus
Darmi Siahaan juga meminta kesediaan LIPI untuk meneliti jejak atau sejarah tumbuhnya pohon kapur barus di Barus, Tapteng. Sebab, ada program Pemkab Tapteng untuk membudidayakan pohon langka tersebut.

Kami juga berharap LIPI membantu penelitian pohon induk kapur barus di Barus untuk tujuan budidaya. Karena seperti kita tahu, kapur barus itu sejarahnya dulu sebagai salah satu produk yang dicari-cari seluruh dunia, ujarnya. (mor/nasa)



» Arsip
» Diakses : 57 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment