Wednesday, February 13, 2013

TMC BPPT TERUS BERUPAYA REDISTRIBUSI CURAH HUJAN JABODETABEK

Sejak dimulainya operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) (26/01) lalu di wilayah DKI Jakarta, sampai Selasa (29/01) kemarin, UPT Hujan Buatan BPPT telah melakukan 7 sorti penerbangan dengan menggunakan bahan semai 28 ton. Pada tiap penerbangan dilakukan penyemaian awan di sebelah barat Jabodetabek terutama di sekitar Pantai Barat Pulau Jawa, seperti Selat Sunda dan Pantai Pelabuhan Ratu.

Tujuannya agar awan yang bergerak menuju Jabodetabek bisa dipercepat turunnya, sehingga hujan dapat turun lebih awal sebelum memasuki Jabodetabek, yang disebabkan massa udara yang masuk di Jabodetabek berkurang. Kegiatan penyemaian selama empat hari belakangan dinilai cukup berhasil, ditandai dengan hujan yang terjadi di Jabodetabek bersifat lokal dan tidak begitu deras.

Kemudian berkaitan dengan data cuaca, dari analisa gradient wind, angin dominan dari baratan. Hal tersebut terlihat dari adanya penumpukan massa udara di Selatan Jawa karena adanya konvergensi angin dari Utara dan Australia.

Pada Rabu (30/01) dilanjutkan 2 sorti penerbangan. Sorti pertama dilakukan pukul 10.00 untuk mengejar awan-awan yang ada di Barat Laut Jakarta. Dan sorti 2 dilakukan pukul 13.00 untuk mengejar awan-awan di sebelah Selatan. Bahan semai yang dibawa sebanyak 4 ton untuk masing-masing sorti.

Pelaksanaan TMC

Seperti diketahui bahwa tanggal 27 Januari kemarin diperkirakan akan muncul pasang surut air laut dan curah hujan tinggi sehingga berpotensi banjir di Jakarta. Untuk mengurangi risiko itu, maka Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan BNPB melaksanakan operasi TMC untuk mengurangi curah hujan di wilayah DKI Jakarta.

Terdapat dua metode yang akan digunakan, yakni yang pertama mempercepat proses hujan bagi awan-awan yang akan masuk ke Jakarta. Sehingga, ketika curah hujan yang dibawa awan mendung tersebut sudah berkurang ketika sampai di atas area Jabodetabek.

Kepala UPT Hujan Buatan BPPT, F Heru Widodo menjelaskan bahwa para kru sudah siap melaksanakan modifikasi cuaca. Ia menjelaskan dari prediksi pergerakan awan, pada 26-28 Januari mendatang akan terjadi hujan tetapi intensitasnya tidak sebesar hujan yang terjadi pada 17-19 Januari lalu. " Untuk mencegah terjadinya hujan besar ini, kami sudah bersiap-siap untuk melakukan operasi TMC ini selama dua bulan," imbuhnya.

Ia kemudian menjelaskan metode modifikasi untuk mencegah terjadinya hujan besar di daratan DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurutnya, jenis awan Cumulus yang berbentuk seperti bunga kol merupakan awan yang berpotensi hujan. Metode yang dipakai BPPT adalah metode kompetisi. Para perekayasa akan mencari calon-calon awan di sekitar barat daya, barat laut, dan sebelah barat Pulau Jawa, atau di wilayah Selat Sunda dan Anyer.

Mereka akan menyemai bahan ke dalam awan. Bahan yang berbagai aneka garam dengan ukuran 2-5 mikron ini ditanam di awan dengan bantuan pesawat terbang. Selain memakai pesawat terbang, juga bisa menggunakan sistem statis melalui wahana Ground Base Generator (GBG). Menurut Heru, akan ada lima GBG yang ditempatkan di sekitar Gunung Gede dan 25 titik di wilayah DKI Jakarta. Penggunaan GBG ini untuk memodifikasi awan agar terpecah. Ditambah dengan lima pos meteorologi yang melaporkan kondisi cuaca terkini.

Metode lainnya yang dilakukan BPPT berupa metode penyemaian awan dengan teknologi flare perak iodida yang berbentuk tabung. Mirip roket, tabung yang dipasang di sayap pesawat siap ditembakkan ke awan. Dengan terpecahnya awan-awan Cumulus, seluruh awan akan berkompetisi. Semakin banyak kompetisi, akan banyak awan yang menjadi impoten atau mandul karena tidak bisa menghasilkan air sama sekali. Awan-awan yang akan berpotensi jadi hujan terus diawasi hingga pergerakan di ketinggian sekitar 9.000-10.000 kaki. "Dari ketinggian itu, sudah bisa hujan, dengan intensitas lebih rendah karena sudah dipecah," ujarnya. (SRA/humas)


Newer news items:

Older news items:




View the Original article

No comments:

Post a Comment