Wednesday, February 27, 2013

LIPI PRIORITASKAN RISET PENGEMBANGAN SORGUM

LIPI Prioritaskan Riset Pengembangan Sorgum
Selasa, 26 Februari 2013

Periset Tidak Memperoleh Royalti dari Hasil Risetnya

Jakarta, Kompas - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia memprioritaskan riset di beberapa bidang untuk dikomersialkan, di antaranya pengembangan sorgum. Menggunakan fasilitas inkubator baru di Pusat Sains Cibinong, sorgum dimanfaatkan menjadi gula cair dan bioetanol.

Sorgum menjadi contoh inkubasi hasil riset yang pertama komersialisasi, kata Kepala Pusat Inovasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bambang Subiyanto, di Jakarta, Senin (25/2).

Sorgum (sorghum bicolour (L) Moench), ketika diproduksi untuk gula cair, memiliki keunggulan karena biaya produksinya empat kali lebih murah dibandingkan dengan gula tebu. Gula cair itu pun menjadi sangat efisien untuk ditingkatkan menjadi bioetanol melalui proses fermentasi.

Menurut Bambang, fasilitas inkubator LIPI di Cibinong merupakan pengembangan bisnis. Diharapkan, proses inkubasinya bisa menghasilkan berbagai kalkulasi ekonomi yang dapat dimanfaatkan dunia industri.

Peneliti Sarjiya Antonius dari Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan, biomassa sorgum dapat menunjang produksi pakan ternak, sedangkan bijinya untuk menunjang produksi gula cair dan bioetanol.

Peluang ekspor batang sorgum yang masih lengkap ranting bijinya sangat besar. Di Jepang, sorgum dimanfaatkan sebagai sapu.

Riset pengembangan sorgum juga menarik perhatian Jepang. Sekitar 100 jenis sorgum dikirim dari Jepang untuk diteliti lebih lanjut di Pusat Sains Cibonong.

Bidang farmasi

Bambang mengatakan, selain memprioritaskan riset di bidang pangan dan energi, LIPI juga memprioritaskan riset di bidang pangan dan energi. LIPI juga memprioritaskan riset bidang-bidang farmasi dan obat-obatan dari sumber kekayaan keanekaragaman hayati Tanah Air.

Peneliti utama LIPI Endang Sukara mengatakan, pengembangan bisnis dari hasil-hasil riset LIPI ataupun lembaga riset milik pemerintah lainnya saat ini masih mengalami hambatan administrative. Di antaranya, mengenai royalty bagi periset yang belum memungkinkan.

Mestinya periset mendapat royalty dari hasil risetnya sehingga mendorong peneliti lain melakukan riset serupa, kata Bambang.

Menurut dia, setidaknya saat ini terdapat 296 hasil riset LIPI. Pada tahun 2012, terdapat perolehan hak atas kekayaan ilmiah berupa 11 desain industri, 3 perlindungan varietas tanaman, 26 hak cipta, dan 25 merek dagang. (NAW)



» Arsip
» Diakses : 46 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment