Tuesday, February 12, 2013

LIPI: BURUH JANGAN MAU HANYA DIPERALAT

LIPI: Buruh Jangan Mau Hanya Diperalat
Selasa, 5 Februari 2013

INILAH.COM, Jakarta - Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro mengingatkan kepada kelompok buruh untuk bijak dalam menuntut kenaikan upah.

Siti mengatakan, jika buruh terlalu memaksakan dan tuntutanya cenderung tidak masuk akal, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan membawa kerugian bagi mereka sendiri, dan negara pada umumnya.

Harus proporsional, tidak mungkin upah buruh di kota besar sama dengan daerah. Kalau dipaksakan, perusahaan akan gulung tikar dan pindah ke negara yang upahnya rendah seperti Vietnam, ujarnya, Senin (4/2/2013).

Siti, menilai aksi demo buruh saat ini sangat kental aroma politis, utamanya di sejumlah daerah yang akan menggelar Pemilukada dan Pemilu 2014 yang tinggal beberapa tahun lagi.

Karenanya ia mengingatkan para buruh agar jangan mudah terprovokasi. Sebab hanya segelintir elit buruh dan pihak-pihak tertentu yang diuntungkan dari aksi tersebut.

Mayoritas buruh sebenarnya hanya ikut-ikutan. Siapa sih yang tidak mau gaji naik? Doktrin seperti itu yang digunakan pihak-pihak tertentu sehingga buruh akhirnya mau turun ke jalan. Padahal, kalau perusahaan bangkrut atau memilih hengkang ke luar negeri atau daerah lain, imbas yang paling besar justru pada buruh itu sendiri, jelasnya.

Ia juga berharap pemerintah, terutama DPR dan LSM untuk ikut memberikan pemahaman kepada para buruh, agar tidak mau diperalat untuk kepentingan pihak tertentu, namun justru akan menyengsarakan kelompok buruh sendiri pada akhirnya.

"Kalangan DPR dan LSM yang konsen dengan buruh semestinya berperan lebih. Persoalan buruh tidak boleh dipandang hanya dengan gaji naik saja. Harus ada perencanaan jangka panjang. Dikatakan, tidak ada yang salah dengan kenaikan upah buruh. Namun perlu digarisbawahi, jangan sampai para buruh hanya menjadi korban saja. Kalau akhirnya terjadi PHK besar-besaran bagaimana?," tandasnya.

Kenaikan UMP terutama di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang mencapai 40 persen, langsung berimbas pada kelangsungan usaha sejumlah pabrik. Perusahaan kesulitan jika harus memberikan upah yang kenaikannya sangat signifikan.

Selain kenaikan upah, permintaan buruh lainnya seperti biaya kesehatan hingga uang pensiun sangat membebani perusahaan. Akibatnya, 600 pengusaha asal Korea Selatan siap-siap angkat kaki dari Indonesia.

Padahal, pengusaha yang berinvestasi di daerah Bekasi, Karawang, Subang, dan Purwakarta ini sudah beroperasi selama 10 tahun. Namun, investor tersebut menyatakan bertekad hengkang karena tidak mampu memenuhi tuntutan buruh dan menjadi sasaran amuk dalam aksi buruh di Bekasi beberapa waktu lalu.

Begitupun pengusaha industri sepatu dan sejumlah pabrik di Jawa Barat dan Banten. Mereka mengancam pindah ke Myanmar karena dirongrong kenaikan upah buruh. Jika ini terealisasi, sekitar 500 ribu buruh yang bekerja di sektor tersebut terancam menganggur.[bay]



» Arsip
» Diakses : 107 kali
» Dikirim : 0 kali



View the Original article

No comments:

Post a Comment